23: Melupakannya

1K 257 128
                                    

Memperbaiki kaca yang retak kebentuk semula itu sulit, sama halnya kita memperbaiki hubungan yang udah hancur kembali seperti semula lagi itu sangat sulit.

~~~

"Gue udah bilang kan dari awal kalau lo disakiti udah stop kejar dia," tegas Bara yang juga ikut sedih melihat Ara sedih.

"Maafin gue kalau sudah buat lo kecewa," kata Ara sambil tersenyum getir.

Sehabis dari rumah Syakila Bara membawa Ara ke rumah pohon yang ada di samping rumah Bara. Tempat itu merupakan salah satu tempat untung menenangkan pikiran dan hati mereka waktu masih kecil.

"Gue janji nggak akan ketemu sama dia lagi dan akan berusaha melupakan dia dihidup gue," lanjut Ara dan melepaskan kalung yang ada dilehernya.

"Kalung??" Bingung Bara karna dia baru memperhatikan kalau selama ini Ara memakai kalung.

"Hmm kalung ini ...." kata Ara gantung.

"Kalung ini kalung pemberian kak El, kalung ini dia kasi ke gue waktu dia nembak gue di tukang bakso, itu moment yang gue ingat banget dan menjadi kenangan sama dia dan mulai sekarang gue akan melupakan semuanya, karna dengan ini bisa gue sedikit lega," lanjut Ara dan kembali tersenyum.

"Ra yang sabar yah semoga lo bisa lupain dia dan gue berharap lo bisa tepatin janji lo untuk bisa melupakan dia, dan satu lagi jangan pernah lo lakukan perbuatan kek dulu lagi, itu sangat konyol menurut gue," balas Bara.

Walau gue tau lo pasti ngga bisa lupain dia, karna dia salah satu orang yang ada di hati lo, batin Bara.

"Biasalah dulu gue bego banget lukain diri cuman karna dia haha," lanjut Ara dan menatap langit dengan tenang.

"Tapi bentar dehh, lo tau nama tunangan kak El?" tanya Ara dengan serius.

"Gue nggak tau pasti sih karna gue cuman dapat info dari yang lain kalau Adriel sudah punya calon tunangan," jawab Bara dan membaringkan tubuhnya sambil menatap langit.

"Ehh buat apa juga gue urus itu, kan mau berusaha buat lupain dia mulai sekarang, semoga aja gue bisa," kata Ara dan ikut berbaring menatap wajah Bara dengan tenang.

"Bara, gue mau ngomong sesuatu," lanjutnya dan masih menatap lekat Bara

"Mau ngomong apa?" kata Bara dan juga menatap Ara.

"Makasih slalu ada buat gue, lo sahabat yang paling gue sayang karna cuman lo yang slalu ada di saat gue butuh sandaran, dan cuman lo yang sangat gue harapkan slalu ada di kehidupan gue beserta keluarga gue," kata Ara dan mengubah arah pandangannya ke langit.

"Haha gue kira lo mau nembak gue njir ternyata cuman ngomong itu doang," balas Bara dan bangkit dari tempat meninggalkan Ara.

"Eh--ehh woy jangan tinggalin gue woy, entar gue pulang sama siapa eyy kalau bukan sama lo, maapin gue karna cuman anggap lo sebagai sahabat doang lo tau itukan," teriak Ara kepada Bara yang sudah berada dibawah sana dan pergi meninggalkan Ara.

"Wahh parah lo, gue aduin sama Bunda kalau Bara tinggalin gue yah," lanjutnya dan Bara tetap aja pergi.

"Okay lo tinggalin gue, fiks gue aduin lo ke Bunda biar entar Bunda hukum Bara hahaha," kata Ara dan turun dari rumah pohon dan berlari masuk ke dalam rumah Bara.

"Assalamualaikum Bunda ...." teriak Ara dari depan pintu kamar Dewi yaitu Mama Bara.

Ohiya Bunda yang dimaksud Ara itu Dewi, Mama Bara yah karna sejak kecil Ara emang sudah terbiasa manggil Dewi dengan sebutan Bunda.

Naura [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang