Lebih baik menyerah dari pada berjuang sendirian
~~~
Ara memasuki rumah tanpa mengucapkan salam, dirinya cuman menangis dan langsung berlari menuju kamar tanpa memperhatikan sekelilingnya, dirinya tidak sadar kalau kepulangannya itu mendapatkan tatapan bingung dari Diana.
Diana terus saja memanggil Ara tapi tak digubris olehnya.
"Aneh ... kenapa lagi sih tuh anak."
"Byan ... cepat turun ke sini, Mama tunggu cepatan!!" panggil Diana dari ruang tamu.
Beberapa menit dia menunggu tapi tidak mendapat balasan dari Byan, mulai geram dengan anaknya yang ngga mau turun dengan sigap Diana langsung menuju ke kamar Byan.
Tok! Tok! Tok!
"Byan kamu ada di dalam?" teriak Diana dari depan pintu.
Beberapa kali sudah memanggil tapi tak ada jawaban, dia langsung saja membuka pintu kamar Byan.
Ceklek
"Astaga nih bocah, pantas aja dipanggil-panggil tapi ngga nyahut huft ... stress nih aku lama-lama, ternyata Byan tidur astagfirullah," kata Diana dan hanya geleng-geleng melihat Byan.
"Heh bocah bangun cepatan, kalau ngga bangun Mama sita hp kamu satu bulan yah," ancam Diana sambil memukul Byan dengan bantal guling.
"Ehh jangan Mah, kok gitu sihh entar Byan pake apa kalau hp Byan disita, kenapa sihh Mah? Sini cerita sama Byan," mohon Byan, dengan sigap bangun dari tidurnya.
Diana yang melihat Byan langsung bangun, membuat dirinya terkekeh karna akhirnya dia mendapatkan stok ancaman buat Byan lagi.
Diana dengan cemas menceritakan ke Byan tentang Ara yang menangis waktu pulang ke rumah, sedangkan Byan hanya mengangguk-angguk mendengarnya.
"Astagfirullah nih bocah, Ara kenapa sih jangan cuman mengangguk aja kamu yah," geram Diana.
"Astagfirullah Mah, ngga usah khawatir pasti itu semua ulah Adriel jadi santai aja kali Mah," balas Byan sambil menguap dan kembali berbaring di paha Diana.
"Hah? Maksudnya gimana sihh, Mama ngga ngerti!!"
Dengan mata yang mulai terpejam, Byan menceritakan rencana yang akan dia, Adriel dan yang lainnya akan lakukan.
"Ohh gitu ... awas yah kalau Ara lakukan hal yang aneh-aneh lagi, awas kamu!" tegas Diana.
"Iyah Mah tenang aja, semua masih dalam kendali, udah sama Mama keluar Byan mau lanjut tidur lagi," kata Byan dengan mata yang mulai terpejam.
Diana yang melihat itu pun hanya geleng-geleng dan keluar dari kamar Byan.
Di lain sisi Ara terus saja menangis, entah kenapa sejak perkataan Adriel tadi membuat Ara merasa terpukul.
Apa yang harus aku lakukan, ini semua membingungkan. Apakah aku menjadi prioritas utama atau bukan??
Ara meluapkan emosinya dengan melempar barang ke segala arah. Karna terlalu lama menangis membuat dirinya tertidur dengan pulas.
Sedangkan Diana yang melihat dari depan pintu hanya menarik napas panjang, sesekali menyeka air mata yang mulai keluar dari matanya.
"Yang sabar Ra, ini cuman ujian Mama harap kamu bisa lewatin ini semua sayang," gumam Diana dan menutup pintu dengan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naura [End]
Teen Fiction{FOLLOW AKUN WATTPAD AKU YAH SEBELUM MEMBACA} HANYA KEHALUAN BELAKA, DIDUNIA NYATA MUNGKIN ADA YANG KAYAK GINI YGY Naura Arabela Gunadarma gadis yang dengan pede nya dan beraninya menyatakan cintanya pada salah satu most wanted terkenal SMA GUNADAR...