20. Sebuah rencana

468 60 56
                                    

🍁🍁🍁

Hari masih pagi, awan berkabut tebal terlihat jelas oleh pandangan Yeji dari balik kaca mobil. Saat ini ia masih berada di dalam mobil Jungkook, dan Yeji baru tersadar jika Jungkook sudah bisa berjalan dan tidak bonyok seperti waktu lalu saat berkelahi dengan Taehyung.

Hari ini Yeji tidak melihat sosok Taehyung bahkan saat terakhir acara festival dua hari kemarin. Yeji sekarang memikirkan Taehyung, bagaimana pria itu hidup, bagaimana jika tidur di pinggir jalan, atau tidak bisa makan karena tidak punya uang.

Yeji baru memikirkan itu sekarang, ia tidak tahu Taehyung menginap dengan siapa. Tapi yang membuat Yeji bingung adalah pakaian yang selalu dipakai Taehyung itu terlihat mahal sekali. Ia mengira Taehyung anak konglomerat yang pura-pura ingin hidup normal dengan gaya normal juga tentunya.

Yeji tidak sadar hingga sudah sampai didepan rumahnya. Jungkook membuka selbet dari mobil begitu juga dengan Yeji namun saat Yeji membuka pintu mobil,
Jungkook menyuruh Yeji diam disana dan Yeji sempat protes. jika saja Jungkook tidak mengancam mencium dirinya maka Yeji sudah lebih dulu memukul pria itu.

"Biarkan aku yang membukanya untuk calon istriku." cengir Jungkook membuat Yeji memutar mata jengah dengan mengendus kesal. Jungkook keluar dari mobil dan berjalan memutar untuk membuka kan pintu yang Yeji tumpangi saat ini.

Lantas Yeji menurut dan turun dari mobil Jungkook. berjalan mendahului Jungkook namun saat Yeji melangkah dengan gontai, Jungkook sudah menarik tangan Yeji hingga sang gadis ini berjalan tidak seimbang dan berakhir jatuh kedalam pelukan seorang Jungkook. Yeji terpejam, ia merasakan hembusan hangat dari napas Jungkook.

Dan Yeji bisa merasakan debaran jantung Jungkook begitu cepat berdetak dan membuat Yeji menjadi malu, ia tidak tahu mengapa harus malu. Sedangkan Jungkook merasakan hal yang sama, ia merengkuh tubuh mungil Yeji, tubuhnya tidak begitu kecil namun berisi. Dan aroma dari surai Yeji menguar begitu saja membuat Jungkook candu akan harum wangi dari rambut Yeji.

Namun dua sejoli itu tidak menyadari keberadaan didepan nya. "Ekhem, Kalian sedang melakukan apa?" suara berat itu membuat Yeji terkejut bukan main, ia tahu suara ini suara yang ingin ia dengar setiap waktu, setiap beliau pulang dari kantor atau sekedar menanyakan keadaan nya saat makan malam. Dengan cepat Yeji melepas pelukan Jungkook dan menoleh kebelakang guna ingin melihat dengan jelas.

"Appa ..." gumam Yeji lirih.

Yeji mengingat masa kanak dengan sang Ayah, bermain petak umpet didalam rumah dan pada saat itu Yeji kecil kebingungan dan akhirnya kalah dalam bermain. Yeji kecil merajuk ingin dibelikan es krim banyak dan dituruti oleh sang beliau, saat Jimin marah kepada Yeji Ayahnya lah yang melerai mereka. Begitu juga sosok yang sudah melahirkan Yeji dari rahim milik sang Ibu.

"Eomma ..." Yeji berjalan perlahan, mengingat masa lalu itu kembali. Hatinya berdenyut nyeri saat mengingat masa lalu nya, mereka yang membesarkan dirinya dan juga Kakak nya yang penyayang. Air mata itu berhasil luruh bersamaan saat Yeji berlari dan memeluk kedua orang tuanya.

Merengkuh erat dengan tangisan yang deras, meraung dengan penuh makian yang tidak jelas karena pada akhirnya mereka bisa pulang dan bisa melihat anak mereka. Mereka kedua orangtua Yeji hanya bisa tersenyum, mereka memakhluminya karena sudah selama ini mereka tidak melihat dari jarak dekat dengan anak mereka sendiri.

Jimin yang tak jauh dari sana hanya tersenyum penuh lega karena akhirnya sang adik bisa memeluk sepuasnya pada kedua orang tua mereka. Yeji tidak peduli make up nya luntur, biar dia menyelesaikan masalah rindunya pada orang tuanya.

"Sampai kapan kau akan seperti ini hmm." suara berat itu mengalun lembut di pendengaran Yeji.

Hingga mereka sabar menunggu Yeji berhenti menangis, saat tangisan Yeji mulai reda, "Putriku yang cantik ini sangat cengeng." ujar Ibunya yang senantiasa mengelus lembut surai milik Yeji.

SWEET BUT PSYCHOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang