10 || A Day With Him

1.8K 353 59
                                    

Jangan lupa vote dan comment-!
Btw, ada yg bisa nebak gue umur brp?

[Author POV]

"Dah nyampe."

Suna menoleh, hendak mengambil helm di tangan (Name) namun yang ia dapat malah pelototan tajam dari cewek itu.

"(Name)-"

"Lo nganterin gue apa ngajak mati Sun!? Kan udah gue bilang pelan-pelan bawanya! Kalo tadi gue kejengkang kan gak lucu!" Omel (Name) yang membuat Suna menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sudah ia duga (Name) akan bereaksi seperti itu.

"Maafin gue, udah kan? Sekarang mana helmnya? Gue tungguin di luar kok," Ucap Suna.

(Name) mendengus pelan lalu menyodorkan helmnya pada cowok bermata sipit itu. "Lo ikut gue ke dalem," Tekannya sambil memencet bel rumah di depan mereka. Suna spontan membuka matanya lebar, "Gak mau, gue di sini aja!" Tolaknya mentah-mentah.

Cewek itu sontak menoleh membuat Suna langsung bergidik ngeri. "Lo ikut apa OSIS mutusin kerjasama sama lamtur?" Ancam (Name). Cowok itu mendengus pasrah, ia takkan bisa melawan (Name) kalau ancamannya menyangkut lambe turah.

"Iye ye, bawel amat," Ujarnya sambil mencubit pelan pipi (Name) lalu turun dari motornya. Jarinya berulang kali memencet bel namun sang pemilik rumah tak kunjung keluar dari dalam sana.

Suna berdecak kesal. Terpaksa ia mengeluarkan jurus pamungkasnya yang ia sering pakai di kala genting.

"Misi, paket!"

(Name) dengan cepat menoleh ke arah Suna dengan raut bingung, "Sun, kita kan-"

Cklek! Sedetik kemudian muncul sesosok wanita paruh baya tengah berjalan tergopoh-gopoh ke arah pagar, "Iyaa, sebentar! Yes, akhirnya lighstick ikatan cinta punyaku dateng!"

Suna menoleh dan tersenyum penuh kemenangan ke arah (Name), "Kan gue bilang juga apa," ucapnya yang dibalas tepuk tangan kecil dari cewek itu. "Wow, berguna juga ternyata otak lo."

"Iya, itu paket sa- loh, tukang paketnya mana?" Tanya wanita itu sambil celingukan ke kanan dan kiri. Ia menoleh dan justru mendapati Suna dan (Name) yang berdiri di sana. "Tukang paketnya tadi mana ya?"

"Tukang paketnya kabur kali bu, motornya diambil kuyang, tadi" jawab (Name) membuka suara. Wanita itu makin mengernyit heran. "Kok bisa?"

Suna mengendikkan bahu, "Ya ndak tahu, kok tanya saya."

Wanita itu menghembuskan napasnya pelan lalu kembali mengalihkan perhatiannya pada dua orang itu, "Terus, kalian di sini mau ngapain? Mau nyulik saya? Jangan atuh, nanti saya gak bisa nonton ikatan cinta lagi."

(Name) tesenyum kecil, "Saya dari OSIS SMA Hayuuk bu, tadi kami sudah buat janji hari ini untuk nyobain taster buat acara besok," jawab cewek itu yang dibalas oh ria oleh wanita itu.

"Yaudah, sok atuh masuk. Pacarnya juga diajak masuk ya, saya mau nyiapin tasternya dulu." Wanita itu berlalu dari pandangan keduanya lalu masuk ke dalam rumahnya.

Suna dan (Name) sontak saling melempar pandang. Pacar? Hubungan keduanya bahkan tak terbilang akur sejak insiden di warung kala hujan itu. Namun cewek itu memilih untuk mengabaikannya lalu menggandeng tangan Suna ke dalam.

"Temenin gue ya, mas pacar," ucap (Name) dengan menekankan kata 'pacar' pada Suna. Cowok itu hanya mendengus pasrah, mau tak mau ia terpaksa mengikuti kemauan cewek itu.

Setibanya di sana, mereka langsung disambut dengan jajaran hidangan menggiurkan dan wanita tadi yang sudah berdiri menunggunya. "Nah, ini neng. Mangga dicobain satu-satu, nanti bilang saya kalo ada yang cocok," ucapnya yang dibalas anggukan kecil dari (Name).

(Name) mulai sibuk mencicipi hidangan di hadapannya hingga melupakan keberadaan Suna yang terlihat seperti anak hilang di belakangnya. Kalau boleh jujur, cowok itu benar-benar ingin pulang sekarang.

Suna diam-diam keluar sembari memastikan bahwa (Name) tidak memperhatikannya. Satu fakta yang baru saja Suna ketahui tentang (Name) hari ini, bahwa cewek itu terlihat menyukai semua jenis makanan asal bisa dimakan. Singkatnya, dia omnivora.

Suna menarik napas lega kala berhasil keluar dari dalam sana. Ia mengambil duduk di sebuah bangku bermaterial kayu di depan rumah itu. Tangannya merogoh saku bajunya lalu mengambil sebatang rokok dan pemantik api dari dalam sana.

"Nyebat bentar gapapa kali ye."

Ia dengan cepat memantik batang nikotin di tangannya itu lalu menghembuskan asap dari dalam mulutnya. Diam-diam, pikiran Suna berkelana. Memikirkan bagaimana cara sapi membuat anak.

Gimana coba caranya sapi jantan masukin?

Cowok itu seketika tersentak kaget saat seseorang baru saja mengambil rokok yang terapit di bibirnya lalu langsung mematikannya di tanah. Ia langsung menoleh hendak memberontak namun dirinya dibungkam dengan sesendok pempek saat itu juga.

"Woi! Kok- emph!"

"Enak kan?"

(Name) tersenyum senang saat Suna tak berani menolak pemberiannya dan mengunyah dengan senang hati. Ralat -sebenarnya Suna terpaksa namun (Name) memilih berpura-pura tak melihat ekspresi tak senang itu.

"Itu tadi apaan?" Tanya cowok itu dengan nada sedikit kesal usai menelannya.

"Pempek, lebih enak kan?"

Suna mendesah pelan lalu menuding ke arah (Name), "Lo masih nyebelin ya, sama kek waktu kita ketemu pertama kali," Gerutunya membuat cewek itu tertawa terbahak-bahak.

"Lo sih ngeyel, makan tuh rokok! Kena kanker baru tahu rasa lo!" ucap (Name) lalu merogoh saku di samping roknya. Sedangkan cowok itu masih diam, memanyunkan bibirnya kesal akibat perbuatan (Name) tadi.

"Nih, makan permen. Gue tahu mulut lo asem. Permen lebih sehat daripada lo ngisep rokok mulu," Ujar cewek itu sambil melemparkan sebungkus permen miliknya pada Suna.

(Name) mengendikkan bahu kala tak mendapat respon sedikit pun dari cowok bermata sipit itu lalu memilih kembali ke dalam untuk membayar katering yang akan dipesannya.

Perlahan Suna melirik permen di genggamannya, "Apaan, permen kis? Kirain jaman sekarang udah gak ada ini permen," Ujarnya. Ia kemudian membalik bungkus permen itu, mengecek barangkali ada tulisan bersajak romantis yang biasa tersemat di belakangnya.

'Nyari apaan lo? Gak usah ngarep, lo kan jomblo. JIAHAHA'

Cowok itu mendelik emosi, ekspetasinya terlalu tinggi tuk menduga bahwa tulisannya akan berisi kalimat lain seperti 'aku sayang kamu' misalnya. Ia diam-diam mengumpati cewek itu dalam hati.

"Bangke!"

Ya, sepertinya Suna turut kena PHP seperti readers sekalian.

*****

TBC

Oke, maaf gue update telat lagi dan sepertinya chap kali ini garing. Semoga aja, di liburan kali ini gue bisa update lebih rajin. Anyway, jaga kesehatan ya readers sekalian. Gue sedih banget sejak pasien covid semakin meningkat akhir-akhir ini. Intinya, jangan lupa taat sama protokol kesehatan dan jangan lupa makan-makanan yang bergizi, oke? Stay safe semua!

[Untuk chap kali ini, gue belum masukin reader yang lain. Ditunggu yaa.]

See you next chapter!

Quitela, 30 Juni 2021

Quitela, 30 Juni 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hey, Babe | Suna RintarouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang