16 || Day One (2)

1.4K 273 47
                                    

Jalan-jalan ke Jepang, pulangnya beli nasi
Ngapain ke Jepang beli nasi doang wqwq

[Author POV]

"Bajigur makan rambutan, panas banget jingaaann!"

Atsumu yang ikut menjadi sie keamanan bersama Jambi, merongrong di aspal seperti tikus kejepit. Kuroo mengangguk menyetujui, pelipisnya kini sudah penuh dengan peluh yang membasahinya.

Kontras dengan Tendou dan Oikawa yang masih aktif bak baru saja dicekokin bebelac satu ember. Oikawa masih setia tebar pesona sambil sesekali menyebarkan pamflet kepada pejalan kaki yang lewat sekaligus terpesona dengan tampang jametnya.

Tendou masih bugar untuk joget di depan sekolah bersama Ushijima yang setia membawakan speaker untuknya.

"Yamet kudasi, yamet kudasi~"

Cowok itu menggoyangkan pinggulnya sampai-sampai menyaingi goyangan Inul Daratista. "Bang yamet parake dasi~"

"Ara-ara kimochi~"

Sungguh, kalau berani bersumpah, Noya yang biasa pecicilan seperti kodok Afrika itu juga muak melihat joget Tendou yang lebih parah daripada apapun. Saking muaknya, Bokuto, Tanaka, dan Yamamoto tampak tertidur di pinggir jalan beralaskan bahu jalan.

Soalnya kalo tidur di bahu istri itu halu.

"Punten, akang blegug sekalian~"

Bokuto yang mencium aroma makanan seketika terbangun dan meloncat kegirangan. "Horee, jatah!" Dua botak kembar yang mendengar lengkingan pita suara Bokuto itu langsung terbangun dan entah bagaimana langsung nyungsep ke parit.

Sakusa mendengkus kesal, tak jauh beda dengan Akaashi yang agaknya menyesal memberi mereka makan. "Buang aja gak sih, makanannya?"

Osamu tak peduli, ia kemudian membagikan kotak makan siang yang sudah sie konsumsi buat sejak pagi itu. "Lo pada kemana nyet? Udah ishoma malah gak ambil jatah makan," omel kembaran Tsumu itu.

Kuroo mengernyit, "Ini jam berapa dah? Cepet amat, musholla sekolah juga gak ada azan," ucapnya sambil mengunyah sesendok jengkol.

"Anak remas lagi pada tepar noh di aula habis buka stan, makanya gak ada yang azan," jawab Osamu kemudian mendongakkan matanya ke arah Kuroo.

Cowok itu mendekat kemudian memelankan suaranya, "Mereka gak 'dateng' kayak tahun kemarin kan?" tanya Samu sedikit berbisik. Sebisa mungkin menghindari manusia-manusia lainnya.

Kuroo menggeleng, "Aman, dari pagi belum ada tanda-tanda sih," jawabnya sebelum melanjutkan mengunyah pindang salted egg kesukaannya. "Btw, ini pindang resepnya apa, sih? Bagi dong, gue mau coba di rumah."

Osamu mendengus lega, "Pecahin dulu telor lo terus campur susu, terus tuang ke ikannya. Selesai," ucapnya sebelum berlalu dari gerbang sekolah. Tidak mengacuhkan Kuroo yang sudah melongo memandangnya.

Cowok berambut abstrak itu mendelik sambil memegangi asetnya, "Anying, maksud lo apaan jir!?"

Sakusa sedikit mendengarnya hanya mengumpati dari balik maskernya, "Tolol."

*****

"Oh, adinda, apakah kau tega dengan daku yang sudah berjuang demi adinda?"

Kageyama yang biasanya minim ekspresi itu, kini terlihat memaksakan alisnya untuk bisa berkompromi demi taruhannya dengan Lev, anak kelas sebelah yang ia yakin pasti sudah mengawasinya di pinggir panggung.

Siapa yang paling bagus dramanya, akan mendapatkan jatah choki-choki sebulan penuh.

Hinata mengusap pelan ujung matanya yang sudah dituang sedikit fresh*care, "Maafkan daku, kakanda. Adinda sudah mencintai pangeran lain di negeri sebelah," ucapnya parau. Bukan karena terharu, sungguh, matanya perih karena fresh*care sialan itu.

Hey, Babe | Suna RintarouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang