• Iri

3.1K 338 84
                                    

Hai, gimana kabarnya? Maaf ya aku baru sempet up 😫 semoga kalian masih mau baca cerita ini 🥰


Hai, gimana kabarnya? Maaf ya aku baru sempet up 😫 semoga kalian masih mau baca cerita ini 🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jujur, siapa di antara kalian yang merasa kehilangan kalung ini?"

DEG!

Jantung mereka berdebar keras. Rasanya seperti sedang disco overload i'm into that i'm got to go, apalagi jantung si kembar. Rasanya kek jedag-jedug khas sound tiktok gitu.

"Itu punya Saga, Yah. Pantesan tadi Saga cari di mana-mana nggak ketemu, ternyata ada sama Ayah, hehe," ucap Sagara

Sang ayah menaikkan sebelah alisnya. "Kamu nganterin adik kamu sampe kantin, Ga?"

"Itu..."

Sagara tak bisa menjawab lagi.
"Itu kalung aku, Yah."

Semua menoleh ke asal suara. Marvin tampak pasrah dengan nasibnya sekarang. Apalagi ia di tatap seperti itu sama ayahnya. Rasanya dia tuh pengen ngomong "Belah aja badan gue jadi dua."

"Marvin Zale Achilles."

DEG.

"I-iya."

"Ini bener punya kamu?"

Marvin mengangguk. Rasanya ia ingin menangis saja diinterogasi oleh ayahnya sendiri.

"Terus kalung yang kamu pake itu punya siapa?"

Marvin menunjuk saudaranya dengan ragu-ragu.

"Arnesh?" katanya bingung.

Arnesh menundukkan kepala. "Maafin aku, Yah."

"Jangan bilang kalung yang kamu pake itu punya Sagara?"

"Yah..."

"Diem, Saga! Ayah belom nyuruh kamu buat ngomong!"

Glup.

Mereka menelan ludahnya susah payah. Sepertinya Ayah Basta benar-benar marah. Hal yang paling merugikan kalau si ayah marah adalah; uang jajan di potong. Kalau Sagara sih tidak masalah, ia punya uang sendiri tanpa minta dengan sang ayah. Tapi si kembar?

"Kenapa nggak ada satu pun yang mau jujur sama Ayah? Kalian udah berani bohong sama Ayah?"

"Nggak, Yah!" Keempat anaknya menjawab dengan kompak disertai gelengan kepala.

"Ini semua salah aku, Yah. Kalung aku hilang dua hari yang lalu, aku terlalu takut jujur sama Ayah. Aku nggak mau Ayah marah. Ta-Tapi sumpah, Yah. Aku nggak berniat ngingkarin janji aku sama Bunda."

Intonasi suara Marvin turun. Matanya tak lagi menatap sang ayah lantaran takut. Oh iya, Marvin itu punya kelemahan. Sebandel-bandelnya Marvin, matanya langsung berkaca-kaca jika keluarganya sedang marah begini.

The Achilles •Local VerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang