Haii, apa kabar?? Yuk nikmatin kelanjutan ceritanya Samudra dan keluarga 💜
ᴛʰᵉ ᴀᶜʰⁱˡˡᵉˢ
Tidak pernah terbayangkan di benak Sebasta bahwa putranya akan mengamuk hebat seperti ini di rumah sakit.
Samudra mengamuk.
Benar-benar mengamuk.
Dia melempar apa saja kepada orang yang berusaha mendekatinya termasuk Dokter Rian, Sagara, atau Ayah Basta sendiri.
Insiden ngamuknya Samudra membuat orang-orang menonton kejadian tersebut dari luar. Benar-benar penasaran dengan apa yang tengah terjadi.
Di saat yang lain enggan masuk, Ayah Sebasta tidak mengindahkan larangan itu. Ia benar-benar hancur melihat anaknya begini, apalagi kucuran darah dari tangan Samudra mengotori lantai dan pakaian rumah sakit.
Tidak peduli Samudra berteriak pada Basta agar tidak mendekat, namun sebagai seorang ayah ia harus turun tangan menenangkan sang putra.
Jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Samudra sudah tertidur akibat obat bius sekaligus penenang yang diberikan Dokter Rian. Sagara tertidur di sofa sementara Basta masih terjaga sembari menggenggam tangan Samudra yang terbebas dari infus.
"Kamu kenapa, Dek... cerita sama Ayah. Ayah sakit liat kamu kaya gini, Sam," lirihnya.
Basta menutup wajahnya dengan kedua tangan, jemarinya meraba pelipis kanannya yang diplester. Ia jadi teringat saat Samudra melemparkan vas kayu dan sudut kayunya mengenai pelipis Ayah empat anak tersebut.
Basta tak marah. Tak juga menyalahkan anaknya. Justru ia memahami kalau putranya lebih sakit dari apa yang ia rasakan.
Hiks.
Isakan dan air mata keluar begitu saja tanpa diperintah. Ayah Basta menangis. Sangat jarang Basta menangis seperti ini. Terakhir saat saat Bunda Maya pergi meninggalkan mereka semua.
"Ayah..." lirihan itu membuat Basta mengangkat kepala. Matanya yang basah menatap Samudra yang terbangun.
Tangan Samudra terangkat untuk menghapus air mata yang membasahi pipi ayahnya. "Maafin Sam... Sam udah bikin Ayah sedih dan berdarah."
Basta tersenyum lalu menggeleng. Ia menggenggam tangan Samudra yang basah karena air matanya. "Gak apa-apa. Ayah nggak ngerasa sakit. Ini cuma luka kecil."
Basta mengusap-usap tangan Samudra yang masih saja terasa dingin. "Tidur lagi, ya. Masih jam 2."
Pria berkepala empat itu membenarkan selimut yang menghangati badan anaknya. Selimut kesayangan berwarna merah milik Samudra memang selalu dipakai apalagi ketika ia sakit begini.
Maklum. Selimut hadiah dari Bunda saat itu.
Sam bilang rasa hangatnya seperti dipeluk Bunda.
ᴛʰᵉ ᴀᶜʰⁱˡˡᵉˢ
"Vin, lo ngerasa nggak sih kalo Samudra makin ke sini makin aneh?"
"Semenjak kehadiran Tante Anggun di tengah-tengah keluarga kita kayanya. Segitu bencinya Samudra sama Tante Anggun."
Arnesh menghela napas kasar. Kabar dari sang ayah kalau Samudra mengamuk di rumah sakit membuat dirinya dan Marvin tidak bisa tidur sampai subuh begini.
Mereka sangat mengkhawatirkan Samudra. Sangat. Apalagi Samudra tidak pernah begini sebelumnya.
"Apa karena kita juga, Vin?" tebak Arnesh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Achilles •Local Ver
FanfictionTentang kehidupan keluarga Achilles yang manis, asam, asin, ramai rasanya kaya nano-nano. Kadang juga penuh canda tawa, kegesrekan, dan kesedihan. Semua di satuin kaya lagi bikin donat. _______ Story by Vivi_Kim Cover by Vivi_Kim Start : 18 Februari...