Tersesat di tempat aneh dan tidak ada petunjuk sama sekali. Sepi. Tempat yang ia tiduri saat ini benar-benar dingin dan... tidak nyaman.
Dia; Samudra, mendudukkan diri dan kembali melihat ke sekeliling. Hanya ada pohon-pohon besar di sekitarnya. Saking sepinya, Samudra bisa mendengar deru nafasnya sendiri.
Samudra selalu menyadari mimpinya sendiri. Ia sadar ini hanyalah bunga tidurnya. Namun dia tidak bisa membuatnya bangun ke dunia nyata kalau tidak ada yang membangunkan.
Untuk kasus seperti ini mungkin terbilang sangat menakutkan untuk kebanyakan orang.
"Ayah, Mas Saga, siapa pun tolong bangunin Sam." lirih remaja itu.
ᴛʰᵉ ᴀᶜʰⁱˡˡᵉˢ
Aroma nasi goreng dan telur mata sapi yang baru matang menguasai area ruang makan. Setelah menata piring dengan rapi di atas meja, Bi Yanti meletakkan wadah keramik besar berisi nasi goreng yang menggugah selera. Tak lupa juga dengan sepiring besar telur mata sapi yang masih berasap.
Satu per satu penghuni rumah mulai berdatangan dan duduk di rapi di meja makan. Penampilan mereka saat ini masih acak-acakan dengan piyama tidur bermotif.
Ayah Basta duduk dengan rapi. Baru saja ingin menyentuh sendok nasi, ia menyadari seperti ada anggota yang kurang setelah melihat dua kursi kosong di sana.
Ya, untuk Samudra. Satu kursi lagi untuk Bi Yanti. Biasanya asisten rumah tangga itu sering ikut makan bersama atas perintah Basta.
"Samudra masih tidur?"
Sebagian menggeleng, sebagian lagi mengendikan bahu. "Aku coba bangunin ya, Yah," kata Reizo.
Basta menggeleng. "Ayah aja. Sekalian ngecek kondisinya. Semalem Samudra sempet dapet serangan kecil sebelum tidur."
Tubuh Sagara menegak. "Apa nggak kita bawa ke rumah sakit aja, Yah? Saga khawatir. Apalagi Samudra habis di keroyok semalem. Takut mereka mukul titik lemahnya Sam lagi."
"Ayah liat dulu ya, Mas. Kamu tau sendiri adekmu kaya gimana kalo di suruh ke rumah sakit."
Benar juga.
"Kalian sarapan duluan aja, kamu pimpin adek-adek kamu ya, Ga."
Sagara mengangguk. "Iya, Yah. Langsung panggil Saga kalo ada apa-apa."
Basta bangkit dari kursinya berjalan keluar area makan. Ia melewati Bi Yanti yang masih sibuk menyiapkan bahan-bahan untuk di masak nanti siang. "Sarapan dulu, Bi. Biar ada tenaga."
"Eh, iya Pak. Saya nanti aja masih banyak yang belum selesai."
Basta memang terkenal ramah di mata banyak orang. Baik itu kepada karyawan kantornya, orang asing, bahkan dengan satu-satunya pekerja di rumahnya saja ia sangat ramah dan menganggapnya seperti keluarga sendiri.
Dia memang kaya. Kaya harta maupun kaya hati. Namun tetap saja Sebasta memiliki musuh bisnis di luar sana.
ᴛʰᵉ ᴀᶜʰⁱˡˡᵉˢ
Suara ketukan pintu terdengar untuk yang kesekian kali. Sang pemilik kamar belum juga merespon.
Diketuknya sekali lagi, tetap tidak ada respon sekecil apa pun. "Samudra? Kamu udah bangun belom? Ayah masuk, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Achilles •Local Ver
FanfictionTentang kehidupan keluarga Achilles yang manis, asam, asin, ramai rasanya kaya nano-nano. Kadang juga penuh canda tawa, kegesrekan, dan kesedihan. Semua di satuin kaya lagi bikin donat. _______ Story by Vivi_Kim Cover by Vivi_Kim Start : 18 Februari...