• Sang Pedofil

1K 163 54
                                    

Judulnya agak serem ya

ᴛʰᵉ ᴀᶜʰⁱˡˡᵉˢ

"Kak Rei."

"Iya?"

"Tolong liat Icy dulu!"

Bentakan kecil dari gadis yang berstatus sebagai sang adik membuat Reizo mengalihkan pandangannya dari laptop.

Ia menatap wajah sang adik yang terlihat kesal di tepi tempat tidurnya.

"Ada apa?" tanyanya lembut.

Lama kelamaan mata gadis itu berkaca-kaca membuat Reizo panik. Ia mendekati Icy, duduk di samping gadis itu dan merengkuhnya.

"Kamu kenapa, Dek? Ada yang sakit?"

Icy menggeleng, diusapnya air mata dengan punggung tangannya. "Udah tiga hari Kak Marvin belom bangun hiks."

"Ssshhtt ... tenang, ya?" Lelaki itu mengusap punggung adiknya, menyalurkan kehangatan dan ketenangan. "Kakak tau ini berat buat kita semua, tapi kita harus kuat. Kalo kita ikut sedih kasian Ayah."

Reizo mencoba memberikan pengertian. Ia juga sedih atas musibah yang menimpa keluarga pamannya secara berurutan. Tapi dia tidak bisa apa-apa. Ingin bertindak tapi Ayah Basta menyuruhnya tidak ikut campur.

"Mulai sekarang kamu harus hati-hati ya dek kalo di luar. Kalo bisa jangan keluar sendirian," ujarnya pelan.

"Maksud kakak?"

"Perasaan Kakak nggak enak aja."

ᴛʰᵉ ᴀᶜʰⁱˡˡᵉˢ

10 orang dari tim pemasaran di kantor sudah berkumpul di ruang rapat. Salah satunya ada Pak Surya yang duduk di kursi dekat kursi direktur.

Wajah mereka semua tegang, terlebih bawahan Surya dari tim pemasaran itu. Basta yang duduk di kursi kebesarannya tidak langsung buka suara. Melainkan melihat gelagat mereka satu per satu.

Lalu fokus pada satu karyawati yang paling gelisah. Kakinya tidak bisa diam, kedua tangannya bertaut dengan kepala menunduk dalam.

"Baiklah!" Basta buka suara.

Ia membenarkan posisi duduknya menjadi tegap. Ia mengambil amplop coklat dari tangan Jono yang setia berdiri di sampingnya.

Dengan santai, kaki panjang Sebasta berjalan ke arah karyawan tersebut sambil meletakkan amplop di depan mereka.

Sembilan karyawan; kecuali Surya, saling berpandangan setelah melihat amplop di depannya.

"Maaf, Pak. Ini apa?"

"Gaji terakhir kalian."

"A-apa?!"

Ruang rapat seketika menjadi ribut. Sembilan dari mereka kelabakan. Bahkan Surya pun tidak berani mengangkat kepala atau memberi pembelaan untuk tim nya saat ini. Sampai akhirnya ...

"Pak tolong jangan pecat saya, saya cuma di suruh sama Pak Surya aja."

"Ssstt!"

Hening seketika begitu mereka melihat Sebasta mengangkat jari telunjuknya. Sementara Surya membelalakkan matanya panik.

"Kalian tentu sudah paham kenapa saya panggil ke ruang rapat. Jadi, untuk yang terakhir kalinya saya ucapkan terima kasih sudah berkontribusi bersama saya di Achilles Corporation, dan mohon maaf saya terpaksa memutuskan hubungan kerja kalian saat ini."

Kesembilan karyawan itu menangis. Beberapa dari mereka berdiri dan meminta maaf terus-menerus, memohon supaya tidak dipecat. Dari ekspresi yang mereka tunjukkan sepertinya terdapat ribuan penyesalan.

The Achilles •Local VerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang