~14~

26 8 6
                                    

Empat hari berlalu, tepatnya dihari minggu ini Alian sudah berada dirumahnya kini ia sedang merenung dibalkon kamar sambil memakan permen pemberian Dea.

Ia masih memikirkan perkataan Dea tempo hari yang lalu, perkataan itu selalu membuatnya termenung apalagi Dea tidak membalas pesanya dan tidak mengangkat teleponya, membuat Alian hilang akal karena tidak ada kabar dari Dea.

Kenapa dia meresahkan Dea yang tak ada kabar, apakah dia sudah menyukai Dea? Ah entalah.

Tok..tok..

Suara ketukan pintu dikamarnya tak ia hiraukan, Alian masih fokus melamun sambil memakan permen kiss.

" BANG, MAKAN!!!DARI KEMARIN MALAM BELUM MAKAN!!! JANGAN NGEMUT PERMEN MULU!!" teriakan bunda Alian membuatnya tersadar dari lamunannya, kemudian ia masuk kedalam kamar nya.

" GAK MAU BUNDA, KALAU DEANYA GAK KESINI BUAT JENGUK AL!!!" jawab Alian didalam kamar sambil memandangi foto Dea yang berda di tengah-tengah bungkusan permen kiss yang berbentuk love yang tertempel didinding kamarnya.

Alian memang aneh mengkoleksi bungkusan permen kiss untuk ia pajang di dinding kamarnya lalu ia rangkai menjadi bentuk-bentukan seperti hal nya bentuk love kemudian ditengahnya diberi foto Dea yang ia potret secara diam-diam.

Jika orang lain membuang bukusan tersebut beda halnya dengan Alian yang mengkoleksi, selain mengkoleksi bungkusan ia juga menyukai permen kiss. kemana pun dia berada pasti ada permen kiss disaku nya.

" BUKA PINTUNYA BANG!!" teriak Bunda Alian kembali melingking menembus dinding pertahanan menuju pendengaran Alian.

" GAK MAU BUNDAA!!"

Alian terduduk dilantai sambil memakan permen kis yang tersisa sedikit, suara ketukan terhenti begitupun teriakan bundanya.

Alian bangkit berdiri melangkahkan kakinya menuju pintu kamar lalu menempelkan telinganya ke pintu. Hening, tidak ada lagi suara teriakan bundanya.

Kemudian ia memegang gagang pintu lalu membuka pintu dan benar saja bundanya sudah hilang entah kemana.

Melirik kekanan dan kiri dengan kepala diluar pintu sedangkan badanya berada didalam kamar mencari sang bunda namun tidak ada. Tak perlu ambil pusing kemudian Alian menutup  pintu dan ketika akan menutup suara teriakan bundanya kembali melengking ditangga menuju kamar Alian.

" BANG DORAEMON MULAI, CEPET NONTON NANTI UDAHAN fILMNYA!!!" teriak sang bunda sambil melambailan tangan menandakan untuk menghampiri.

Dengan mata bebinar ia berlari menuju bundanya sambil membawa sebungkus permen kiss yang masih tersisa, seperti anak kecil yang mendapat kan kebahagian.

" Beneran bun?" tanya Alian setelah berhadapan dengan bundanya, sungguh ia lupa bahwa hari yang ditunggu telah tiba dimana kartun favoritnya tayang dihari minggu.

Bundanya menganggukkan kepalanya lalu mengelus kepala Alian " Iya, yuk nonton." Alian mengangguk lalu mereka berdua turun dari tangga menuju ruang keluarga.

~~~

Dihari senin ini Alian tak sabar ingin bertemu Dea dengan tampang sok cool berjalan dilorong-lorong kelas 12 dan tak lupa pula senyumannya yang selalu ia tebarkan keseluruh murid yang ia kenal maupun tak dikenal.

Alian berjalan menuju kelasnya sebentar lagi bel akan berbunyi, sudah biasa Alian telat masuk namun beda halnya untuk hari ini ia bela-belakan untuk bangun pagi dan tak lupa bertempur dengan sang bunda supaya diizinkan pergi sekolah.

Bel pun berbunyi setelah Alian menaruh tasnya dikelas, semua murid berjalan dengan tergesa-gesa menuju lapangan untuk melaksanakan upacara bendera begitupun Alian.

Semua nya sudah rapih berbaris seperti pasukkan tempur, Alian terus saja memerhatikan Dea dibarisan kelas nya ketika sang merah putih akan dinaikkan.

" kEPADA BENDERA MERAH PUTIH HOORRMAAAAT GRAK!!"

Kebetulan barisan kelas Alian dan kelas Dea bersampingan, Alian berda dikelas 12 ips 4 sedangkan Dea berada dikelas 11 mipa 1. Dea terus fokus sambil menghormat ketika sang merah putih sudah mengibar diujung tiang dan bersamaan dengan berakhir nya lagu kebangsaan indonesia raya.

Waktu yang dibenci ketika upacara tiba sebuah amanat pembina upacara yang  terus saja kepala sekolah lontarkan membuat semuanya kepanasan akibat sinar matahari, padahal semua murid sudah mengenakan topi khusus untuk upacara.

Dibagian amanat lah para murid membencinya apalagi ditambah dengan kilauan cahaya matahari yang menyilaukan mata, Alian yang melihat Dea kepanasan kemudian dia menghampiri Dea secara diam-diam. Dea yang tak sadar bahwa Alian sudah berada disampingnya.

Sebuah tangan menutupi kepala Dea melindungi dari panasnya matahari, Dea mendongak mentap sang pelaku yang tengah tersenyum manis kearahnya.

" Kamu kepanasan ya, sayang?" kata sayang yang dilontar kan Alian membuat Dea merona kemerahan dipipinya. Dan sejak kapan pula Alian berucap aku kamu.

Dea tersenyum namun didetik itu pula ia murung mengingat tempo hari yang lalu bahwa dia akan menjahui Alian dan tak pernah menganggap Alian hadir didalam kehidupannya.

" Kak Al," ucap Dea sambil menyingkir kan tangan Alian yang berada diatas kepalanya untuk melindungi dari panas nya matahari.

" Kenapa hm? Gak suka ya aku lindungin kamu dari panasnya matahari," Alian mengercutkan bibirnya

" Bukan gitu...ini lagi upacara ka Al, takut pak Rahmat ngehukum kita."

Pak Rahmat yang melihat kedua sejoli sedang mengobrol itu langsung melototkan mata nya marah, enak saja bukannya berterimakasih sudah dinasehati malah tak dihiraukan pikir pak rahmat.

" ALIAN!! DEA!!" refleks kedua nama yang terpangil langsung mentap pak Rahmat dengan raut wajah kaget.

" KEDEPAN SEKARANG!!!" lanjut Pak Rahmat berteriak sangan melengking lewat microphone yang dipegangnya.

Minggu, 4 april 2021

Jangan

Lupa

Vote

Dan

Komen



Hanya Kenangan // Belum Revisi (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang