~15~

21 8 15
                                    

" Kalian berdua, dihukum karena mengobrol disaat upacara berlangsung!" tegas pak Rahmat sambil mondar-mandir tidak jelas

Alian dan Dea dihukum oleh pak Rahmat kepsek diSMA ini, pak Rahmat menghukum mereka berdua dengan hukuman kaki yang diangkat satu dan tangan menyilang menjewer telinga mereka masing-masing.

" Bapak akan menghukum kalian sampai jam pelajaran pertama berakhir!"

" Tapi pak! Dua jam berdiri? Patah kaki saya pak!" protes Alian tidak terima dihukum selama dua jam dengan kaki yang terangkat satu.

" Dah, laksanain gak perlu protes!"

" Cabut hukuman bapak atau saya bilang sama ayah, buat lepas jabatan bapak sebagai kepala sekolah karena telah menghukum anak pemilik sekolah selama lima jam!" ancam Alian

Pak Rahmat hanya tersenyum lebar kemudian melipatkan kedua tangan menyilang didepan dada angkuh, pak Rahmat sudah bisa menebak pasti ayah Alian tidak akan mempercayai Alian karena pak Rahmat sudah dipercaya oleh ayah Alian.

" Masih kecil sudah berdusta!silahkan saja kalau bisa! Bapak yakin ayah kamu tidak mempercayainya karena beliau sudah mempercayai saya untuk mengawasi kamu dan mendidik kamu supaya jadi anak yang disiplin, bukan menjadi sok jagoan dengan tameng kekuasaan!" tegas pak Rahmat yang membuat Alian mencebikkan bibirnya kesal.

Pak Rahmat tersenyum lebar pertanda kemenangan, lihat saja bibir terbungkam untuk membela dengan raut wajah yang kesal. Pandangan pak Rahmat beralih menatap Dea yang mennundukkan kepalanya.

" Dea! Kamu itu anak teladan, kamu sudah mengecewakan para pahlawan yang gugur demi mengibarkan sang merah putih!" tegas pak Rahmat menasehati

Melihat sang pacar dinasehati dengan nada sedikit meninggi, Alian mengepalkan tangannya kilatan mata marah tertuju pada pak Rahmat.

" Nasehati-nasehati aja pak! Gak usah ninggin suara!" sewot Alian ia tak terima jika miliknya sedang dimarahi, enak saja. Alian yang pacar nya saja tidah pernah memarahi.

Dea hanya menunduk takut jika terjadi debat atau perkelahian.

" Kok kamu yang marah!? Emang kamu siapanya Dea? Sampai berani marahin saya?!" tatapan tajam pak Rahmat tertuju ke Alian, membuatnya geram dan kesal.

" Dea pacar saya!" Dea mendongakkan kepalanya

Tatapan mata pak Rahmat beralih kearah Dea dengan raut wajah bertanya.

" Bukan pak, aku aja gak kenal sama dia." bohong Dea, ia berbohong untuk memulai untuk menjahui Alian.

Mulai hari ini, menit ini dan detik ini iya yakin seratus persen dengan tekadnya untuk menjauhi Alian.

Alian yang mendengarkan perkataan Dea langsung melotot dan menoleh kearah Dea begitu pun Dea, mereka saling tatap. Dea kalut langsung saja ia memutuskan pandangan nya terlebih dahulu.

Pak Rahmat tersenyum sinis ternyata anak didiknya pandai sekali berbohong " Alian kamu dengarkan?! Jelas-jelas Dea bukan pacar kamu! Kamu itu kalau ngekhayal jangan terlalu tinggi! Kalau depresi bagaimana? Dea saja tidak mengenal kamu!" Alian terdiam ia kembali teringat tempo hari yang lalu, dimana ia sedang dirawat dan tiba-tiba saja Dea mengucapkan perkataan yang ghaib.

" Dea itu anak terkenal sesekolah, anak berprestasi dan teladan. Mana mungkin seorang Dea mau pacaran dengan kamu yang notaben nya berandalan!" Alian tak mendengarkan malahan ia pergi meninggalkan lapangan.

Terkenal? hanya kata itu yang membuat sesak didada, Iya memang Dea terkenal dimata guru-guru akan tetapi dimata semua murid ia terkenal karena dibully.

Alian yang kesal setengah mati tanpa memperdulikan pak Rahmat yang berteriak memanggil namanya, sudah hanyut mood nya yang semula happy menjadi buruk.

" Dea, kamu sekarang pergi keperpustakaan untuk melaksana kan bimbingan." Dea hanya menggangguk kemudian berlalu pergi begitupun pak Rahmat.

~~~

Dea berjalan dilorong-lorong kelas ketika bel berbunyi, bimbingan olimpiade sudah selesai tinggal menunggu satu hari lagi dia akan pergi kekota kembang untuk berlomba mendapatkan juara ditingkat provinsi.

Dea berjalan tergesa-gesa menuju kelas nya untuk beristirahat dikelas sambil memakan bekal yang ia bawa dari rumah.

Alian berdiri didepan kelas Dea menunggu sang pacar untuk meminta klarifikasi prihal dilapangan tadi, kemudian Alian mengagkat tangan kanannya melihat jam yang terpasang ditangan kanannya.

Setibanya dikelas Dea dikaget dengan Alian yang sudah berdiri didepan pintu kelas sambil mengemut permen kiss. Sejenak Dea menghentikan lakah nya menuju kedalam kelas. Alian yang melihat Dea yang berada dihadapannya langsung saja tanpa basa-basi Alian menarik tangan Dea menuju roftop.

Tatapan Siswa maupun Siswi  yang berada dilorong kelas mentap Alian dan Dea dengan terheran-heran.

Setibanya diroftop Alian  langsung menghempaskan tangan Dea dengan kasar membuat Dea ketakutan dan menunduk,  sadar dengan perlakuannya yang kasar Alian terdiam sejenak kemudian meminta maaf.

" Sorry, aku gak bermaksud."

Dea yang ketakutan hanya menunduk ditambah lagi dengan pergelangan tangan Dea yang sakit akibat  cengkraman yang sangat kuat dimana Alian menarik nya menuju roftop.

Alian yang mendengar isakan Dea dan melihat Dea yang mengusap pergelangan tangannya langsung saja memeluk Dea tanpa basa-basi.

Dea tak kunjung membalas pelukan Alian yang membuat Alian merasa semakin bersalah.

Dea melepaskan pelukan Alian, mata yang sudah sembab karena tangisan  yang pilu ingin berucap tapi lidah seakan-akan berhenti sejenak.

Alian menghapus jejak air mata Dea " Udah ya, jangan nangis. Maafin aku ya? Aku gak sengaja dan gak bermaksud kok." ujar Alian dengan posisi tangan yang masih berada dipipi Dea untuk menghapus air mata dan mengusap pipi Dea.

Tangisannya mereda, Alian yang melihat refleks akan memeluk Dea kembali namun dengan cepat Dea menahan Alian.

" Udah ya kak, Dea mohon kak Al jauhin Dea dan Dea mohon juga buat kak Al buat  lupain semuanya. Anggap saja kita gak saling mengenal satu sama lain, mulai hari ini sampai hari-hari berikutnya kak Al jauhin Dea karena Dea gak pantes berada disamping kak Al. Dea itu pembawa sial." ucap Dea membuat Alian bungkam kalut dengan perkataan Dea.

" Kalau aku jahuin kamu dan lupain ini semua lantas siapa yang akan melindungimu? Aku seneng kok, kalau punggung ku ini menjadi pelindungmu."

" Dea bisa kok ngelindungi diri sendiri dari bullyan, Dea akan berusaha kuat tanpa adanya punggung kak Al sebagai pelindung. Dea harap kak Al cari pengganti Dea, makasih untuk punggungmu yang selalu melindungiku, Dea pamit." ucap Dea melangkah pergi meninggal kan Alian, sudah cukup Dea berlindung dibalik punggung Alian.

Tidak! Deanya tidak boleh pergi didalam kehidupan nya dan untuk peganti? Dia tidak mau rumah nya tergantikan.

Alian menggeleng kan kepalanya lalu dia berucap dan membuat langkah Dea terhenti.

" Menjadi sok kuat itu lelah kalau gak ada seseorang yang nyemangatin dikala terpuruk." Ucap Alian namun Dea tak menghiraukan, ia kembali melangkah dan pergi menghilang dihadapan Alian.

" Arrrghhh!!!!"





Sabtu, 10 april 2021

Jangan lupa vote dan komen





Hanya Kenangan // Belum Revisi (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang