23

7 3 2
                                    

Di sebuah kafe, Alian melamun sambil mengaduk es kopi menggunakan sedotan, ia melamun akan hal tadi di sekolah. Sekarang Alian merasa telah kehilangan wanitanya, bukan merasa tapi sudah kehilangan.

" Al, lu why? " tanya Vivi, sedangkan Alian hanya menggelengkan kepalanya.

" Dari tadi lo ngelamunin, apa? "

" Gausah kepo, bisakan? " ucap Alian ketus yang membuat Vivi mengerucutkan bibirnya.

" Hmm... Al, gue ke toilet sebentar ya. " Alian hanya mengangguk, Vivi pun beranjak dari duduknya lalu perge ke toilet.

Drrtttt

Handphone Vivi tertinggal, Alian hanya melihat nya sekilas lalu ia tidak peduli pada benda pipih tersebut. Handphone tersebut terus saja berbunyi yang membuat Alian geram.

Tanpa pikir panjang, Alian menggeser tombol hijau. Ekspresi nya semula datar kini penasaran dengan suara cowok yang tak asing baginya.

" Hallo Vi, gue udah berhasil bawa Dea ke hotel, nanti gue kirim alamat hotelnya. "

Tangannya mengepal, amarahnya sudah memuncak. Ternyata Vivi mengajaknya ke kafe hanya untuk melancarkan aksinya. Ini tidak bisa di biarkan!

Ting

Handphone Vivi kembali berbunyi sebuah pesan masuk, nomer yang tadi tak dikenal mengirimkan alamat hotel yang disebutkan tadi.

Selepas kembali dari toilet, tangan Vivi ditarik keluar kafe " Al, kita mau kemana? " Alian tak menghiraukan pertanyaan Vivi, kemudian ia memasuki mobilnya bersama Vivi. Mobil Alian melaju sangat kencang menuju hotel.

~~~


" Dea, Dea, lo itu polos banget. "

" K-kak Mirza, kenapa bawa Dea kesini? " tanya Dea ketakutan.

Mirza mendorong Dea ke kasur hotel, kemudian mencengkram dagu Dea. Mirza tersenyum puas melihat ekspresi ketakutan Dea. Mirza melepaskan kepangan Dea, rambut yang semula terkepang kini tergerai.

Mirza membelai rambut Dea yang membuat Dea ketakutan, " Lo cantik juga, gak sia-sia gue bawa lo kesini. "

Dea menepis tangan Mirza ketika Mirza mengusap bibirnya, Mirza tersenyum sinis ia memperlihatkan sisi iblisnya.

" Gue gak suka kalau lo ngelawan, paham! " Dea mendorong Mirza lalu ia berlari untuk pergi, akan tetapi Mirza lebih cepat mencekal tangan Dea.

Mirza mendorong Dea ke tembok lalu mencengkram dagu Dea, " Jangan berharap lo mau kabur! Gue bakal hancurin lo terlebih dahulu. "

" K-kka tolong lepasin Dea," ucap Dea dengan bibir yang bergetar ketakutan.

" Lepasin? Jangan harap!"

Brak

Pintu kamar terbuka sangat kencang, Alian langsung mencengkram kerah baju Mirza. Amarahnya sudah membara kini Alian memberi pukulan demi pukulan. Wajah Mirza pun sudah memar dan berdarah.

" De, lu gakpapa kan? " tanya Rival sedangkan Dea hanya terdiam.

Alian yang tak terkontrol amarahnya terus saja memukuli Mirza habis-habisan, Mirza tak melawannya dia hanya tersenyum.

" Mau lo apa, hah?! " tanya Alian sambil mencengkram kerah baju Mirza.

" Mau gue? Gue mau lo mati! "

" Bangsat!! " umpat Alian, lalu memberi pukulan lagi.

Aska, Aril, Bagas dan polisi yang baru saja datang langsung meleraikan perkelahian. Aska yang menjauhkan Alian sedangkan polisi yang memborgol tangan Mirza.

Mirza tersenyum sinis, " Dea! Bokap Alian yang udah nabrak bokap lo! " teriak Mirza ketika berada di depan pintu.

Dea hanya terdiam, Alian yang mendengar itu langsung menghampiri Dea dan langsung memeluk Dea sangat erat. Akan tetapi Dea melepaskan pelukan Alian.

" Makasih, " ucap Dea lalu berlari pergi meninggalkan Alian

" Arrghhh!!! "


Rabu, 20 Oktober 2021

Hanya Kenangan // Belum Revisi (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang