3 💖 HUT RI

41 5 0
                                    


"Mau pulang, Dek?" tanya perempuan yang baru saja menghampiri tersebut.

Cira pun menutup jok motor dan memandang gadis di hadapannya.

"Maaf, Teteh ngomong sama saya?"

"Iya, atuh, sama siapa lagi?" Perempuan itu melempar senyuman. "Teteh mau ngomong sama kamu."

"Oh, iya, maaf, Teh... saya pikir ngomong sama orang lain." Cira menghadap ke kanan untuk melihat lawan bicaranya dengan baik. "Gimana, Teh... ada yang salah kah dengan saya?"

Cira sempat berpikir bahwa perempuan di yang mendekati dirinya tersebut akan mengomentari seragam. Karena hal itulah jantung gadis itu kembali berdetak tak karuan.

"Nggak ada yang salah, kok... Teteh cuma mau tanya. Kamu santri?"

"Bukan, Teh."

"Oh, iya... kenalin nama Teteh, Resna. Kalau kamu?" Resna mengulurkan tangan pada Cira.

"Saya Ciralva, Teh... panggil Cira aja. Saya bukan santri." Cira terlihat malu.

"Oh... kirain santri. Soalnya dari kemarin Teteh perhatikan, kok, kayaknya kamu ini beda banget sama yang lain. Kamu mahasiswi tingkat satu, kan?"

Cira mengangguk. "Iya, Teh... tingkat satu kelas A."

"Emang boleh seragamnya pakai rok sama kerudung panjang begitu?

"Boleh, Teh... saya izin dulu sama wali kelas dan pihak kampus."

"Oh, gitu... eh, Teteh pengin, deh, cari pondok pesantren. Cira bisa bantu rekomendasi pondok yang bagus? Soalnya Teteh bukan orang Bandung."

"Oh, di perbatasan Bandung-Sumedang atau di sekitar UIN itu ada banyak, Teh."

"Tapi lumayan jauh dari kampus, Dek. Kalau di deket UIN jarang yang bolehin bawa laptop."

Mendengar jawaban Resna, Cira tiba-tiba ingat bahwa salah seorang keluarganya memiliki pesantren, walau tak begitu besar.

"Kalau mau sama paman Cira aja. Ustaz Abas."

"Di mana itu?" tanya Resna.

"Di Majalaya, Teh... sekitar empat puluh menitan dari kampus ke sana."

"Oh, ya udah kalau gitu Teteh minta nomor kamu aja, ya."

Sejak pagi ini Cira mulai mengenal sosok kakak tingkat selain anggota BEM yang pernah mengospeknya waktu lalu. Gadis itu merasa senang bisa mengenal Resna. Karena hal itulah ia begitu semangat membantu sang senior mencari pondok pesantren.
***

Pertemuan Cira dan Resna Sabtu kemarin menciptakan banyak percakapan di antara keduanya. Resna banyak bertanya sesuatu mengenai agama pada adik tingkatnya. Lalu, dengan senang hati mahasiswi semester satu itu pun membalas pesan-pesan singkat kakak tingkatnya.

Minggu pagi ini bertepatan dengan tanggal 17 Agustus 2014. Tentunya, di hari tersebut membuat Cira berkegiatan lebih banyak lagi bersama anggota karang taruna dan remaja masjid di desanya. Namun, tiba-tiba saja ia mendapat telefon dari Resna bahwa nanti malam ingin menginap di rumahnya.

"Boleh, aja, Teh... tapi Cira lagi banyak kegiatan, nggak bisa jemput."

Suara Resna dalam sambungan 5pun terdengar begitu jelas. "Nggak apa-apa nanti Teteh bisa naik angkutan umum, kok. Cira kirim alamatnya aja, ya."

Sekitar pukul sepuluh Resna sampai di kantor Desa Bojong Kecamatan Majalaya.

Gadis dengan kerudung segi empat hitam yang menutup kepalanya itu pun mendekat ke arah kakak tingkatnya yang baru turun dari motor.

Asuhan Bidadari Idaman [End di Bestory]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang