Para mahasiswi yang baru saja menyelesaikan praktik belajar lapangan itu berkumpul di sebuah ruangan kosong. Ada seorang gadis yang mengetuai agenda hari ini, yaitu Cira.Perempuan yang sudah terpilih menjadi Ketua BEM itu meminta lima belas anggota baru bersatu untuk mendiskusikan program donor darah.
"Waktu masih PBL, Teh Devi bilang... katanya sebelum pelantikan harus selesaikan program donor darah dulu. Ada yang bersedia jadi ketuanya?" tanya Cira.
Teman-temannya saling terdiam. Karena di sini ialah sang pemimpin, akhirnya Cira menunjuk Wati untuk menjadi ketua.
Gadis berkerudung panjang itu membuat tim yang solid. Sesudahnya, ia mulai membagi tugas pada masing-masing penanggung jawab.
Karena mahasiswi yang bertugas menjadi sekretaris merasa tidak paham membuat proposal kegiatan, selain menjabat sebagai penanggung jawab, Cira juga yang menyelesaikan dokumen rancangan kerja tersebut.
Sehari setelah diskusi, Cira meminta Wati dan Sherly untuk pergi ke kantor PMI. Sedangkan dirinya menghadap direktur kampus dan wadir bagian keuangan untuk mengajukan dana kegiatan.
"Bu Mawar ada di ruangan, Bu?" tanya Cira pada Endah.
Cira sengaja bertanya pada Endah, karena dosen tersebut menjabat sebagai wadir bagian kemahasiswaan. Segala keperluan mahasiswa dan BEM pasti melalui dirinya terlebih dahulu.
Di meja kerja Endah, Cira mendapati Devi dan Dwi, kakak tingkat sekaligus senior BEM.
Kedua mahasiswi tersebut memandangi Cira yang membawa sebuah berkas.
"Mau ajuin proposal, Dek?" tanya Devi.
Cira mengangguk, mengiyakan pertanyaan Devi.
"Semoga sukses, ya!" Mereka terlihat saling memandang.
Setelah mengetuk pintu ruangan wakil direktur dua, terdengar dari dalam bahwa Cira dipersilakan untuk masuk.
Gadis itu melangkahkan kaki ke tempat terdingin di kampus tersebut. Bisa ia rasakan bagaimana harumnya aroma ruangan dosen bernama Mawar yang hanya bisa dimasuki orang-orang tertentu saja.
"Assalamu'alaikum, Bu." Cira masih berdiri di balik pintu.
"Sini duduk, Nak... ini senat baru, ya?" ujar Mawar.
Cira sempat kebingungan, apa maksud dari kata senat tersebut? Namun, gadis itu hanya mengangguk. Pikirnya, pasti Mawar memastikan bahwa dirinya adalah ketua BEM yang baru.
Cira duduk berhadapan dengan Mawar yang terkenal susah melepaskan uang kampus tersebut. Gadis itu mulai berbicara dari hati ke hati. Ia menjelaskan apa saja isi proposal yang dibawa serta berapa banyak anggaran dana yang harus dikeluarkan untuk kegiatan donor darah.
Wakil direktur tersebut terlihat menyukai mahasiswi yang sedang duduk di hadapannya. Ia bukan hanya bertanya tentang kegiatan BEM, tetapi juga pribadi Cira secara personal.
"Ibu senanglah dengan program-program kamu. Ibu harap kamu bisa membawa banyak perubahan pada kampus ini." Mawar melempar senyuman pada Cira. "Kalau gitu, mana yang harus Ibu tandatangani?"
Cira langsung menyodorkan proposal dan membuka halaman pengesahan.
Usai mendapat izin pencairan dana, Cira kembali keluar. Tak lupa ia mencium punggung tangan Mawar terlebih dahulu sebelum meninggalkan ruangan tersebut.
Sesudahnya, Cira kembali menemui Endah untuk melapor dan menanyakan langkah berikutnya terkait program tersebut. Namun, di sana masih ada dua mahasiswa yang sengaja menunggu Cira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asuhan Bidadari Idaman [End di Bestory]
Ficción GeneralTenaga medis merupakan salah satu pekerjaan mulia dan sangat dibutuhkan kebanyakan orang. Tak sedikit pula di antara penerus bangsa yang bercita-cita menjadi petugas kesehatan, salah satunya Ciralva Aizyah, gadis asal Bandung yang berharap bisa berp...