Livia tengah memperhatikan dirinya di cermin. Ia menyentuh kulitnya yang sudah lama tidak ia rawat. Waktunya terlalu sibuk hanya untuk digunakan perawatan kulit.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi menandakan ada pesan masuk.
Bisa ke sini?
Saya perlu bicaraLivia mematikan ponselnya setelah membaca pesan tersebut. Ia memejamkan matanya. Ini terlalu cepat. Livia hanya meminta waktu beberapa saat lagi.
Ia kembali membuka ponselnya dan mengetikkan beberapa kata sebagai balasan.
Tidak untuk hari ini
Tunggu sebentar lagiLivia membanting ponselnya ke atas kasur. Hidupnya terlalu rumit dan monoton. Livia butuh hiburan.
"Liv, Nak, ke sini!" teriak Siti dari luar kamar Livia.
"Iya, Bu, bentar!"
Ia pun memperhatikan sekali lagi penampilannya. Lalu melangkah keluar dari kamar.
"Ada apa, Bu?"
Livia menemukan ibunya tengah duduk dengan seorang gadis yang diperkirakan beberapa tahun di bawahnya.
"Sini, Nak."
Livia pun menghampiri Siti dan duduk di sampingnya.
"Ini, Resa dari kampung sebelah. Waktu itu kamu cari pegawai, 'kan? Nah dia orangnya. Dia ini pinter menjahit loh," ucap ibunya antusias.
"Oh, ya? Punya pengalaman bekerja apa?" tanya Livia sambil melihat ke arah perempuan bernama Resa itu.
"Saya pernah bekerja sebagai office girl di salah satu perusahaan, Teh," jawab Resa ramah.
Livia mengangguk. "Boleh gue lihat cara kerja lo?"
"Tentu, dengan senang hati."
Livia bangkit dan menunjuk mesin jahitnya.
"Sini!" titahnya.
Resa bangkit dan mulai memposisikan diri untuk menjahit.
"Ini." Livia menyodorkan kain perca untuk percobaan.
Resa pun mulai memperlihatkan keterampilannya. Livia pun memperhatikan Resa dengan serius. Ia tidak mau salah memilih pegawai.
"Ibu, keluar dulu ya, liv," pamit Siti yang dibalas anggukan oleh Livia.
Cara kerja Resa itu cepat dan rapih sama seperti dirinya. Sepertinya ibunya itu tidak salah memilih pegawai.
"Bagus, kamu saya terima. Dan kamu bisa mulai kerja hari ini juga."
Gadis itu bersorak kegirangan dan memeluk Livia dengan antusias.
"Yeay, makasih, Teh. Akhirnya dapet kerja juga."
Livia yang merasa terganggu dengan pelukan itu pun mendorong Resa dengan pelan.
"Seneng sih seneng, tapi jangan peluk-peluk. Gue masih normal," ucap Livia ketus.
Resa menunjukan cengiran khasnya. Jika diperhatikan, gadis itu cantik juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurir Pengantar Jodoh (Revisi)
RomanceCerita ini akan saya revisi secara bertahap. Mohon maaf apabila alur dirasa tidak nyambung. *** Ridho tidak pernah menyangka, jika pekerjaan yang ia anggap sepele justru membawa dampak besar baginya. Pertemuannya dengan seorang customer judes dan b...