Prolog

235 82 162
                                    

Sadarkah kamu, dari benci dapat bertumbuh cinta? Jadi jangan terlalu benci,  nanti malah jatuh cinta.

I Hate You

Parkiran sekolah SMA Bintang ramai. Padahal masih pagi, tapi sudah ada keributan. Apakah kalian menebak keributan ini berasal dari laki-laki dan laki-laki atau perempuan dengan perempuan? Maka tebakan kalian salah total! Karena di tengah kerumunan sana, yang terjadi adalah Zea dan Alva yang sedang adu bacot.

Dua manusia yang sangat akrab di kenal dengan julukan anjing dan kucing.

“Gue yang duluan parkir di sini. Titik!”

Yang barusan bicara adalah Alva. Alvaro Gavriel. Lelaki tinggi, rambut hitam pekat, putih, dan memiliki senyum yang sangat manis. Tapi senyum manisnya berubah jadi senyum picik, kala berhadapan dengan Zea.

“GUE YANG SERING PARKIR DI SINI!”

Yang barusan berteriak itu adalah Zea. Zea Clarissa. Gadis cantik, dengan rambut sebahu, bola mata bulat, bibir tipis, kulit putih, tidak terlalu tinggi. Memiliki sikap yang ramah, terkecuali untuk Alva.

Sudah diduga dan teramat diduga, keributan kali ini sama seperti biasanya, unfaedah. Alva dan Zea memang selalu seperti itu, meributkan hal tidak penting. Masalah parkiran, padahal parkiran SMA Bintang luas, tapi keduanya memilih untuk membuang tenaga mereka dengan adu bacot di pagi yang cerah ini.

“Emang nya lo pikir ini parkiran nenek  moyang lo?” tanya Alva, mengangkat alisnya dengan bersedekap dada.

“Iya. Ini punya nenek moyang gue,” balas Zea, ikut bersedekap dada dan mengangkat dagunya, angkuh.

“Idi—”

“Kata cucu yang punyak parkiran ini,”lanjut Zea, sebelum Alva menyelesaikan ucapannya.

“Ya ampun, Zea cantik. Gue kira beneran,” Sabas, teman Alva yang berdiri tepat di di samping lelaki itu ikut angkat suara.

“Gue emang benar!" kata Zea, tetap tidak mau kalah. "POKOKNYA PINDAHIN MOBIL LO SEKARANG JUGA!” teriak Zea lagi.

Sepertinya gadis bermulut tipis itu memang tidak akan mau mengalah dan tetap keukeh pada kemauannya.

“Ogah, nenek lampir! Mending lo aja sono parkir di tempat lain. Masih lebar juga," tolak Alva, yang juga tidak mau mengalah.

Sabas hanya bisa menggeleng dan menepuk jidat melihat kelakuan dua orang temannya itu. Satu keras kepala yang satu egoisnya nauzubillah. "Udah lah Ze, parkir tempat lain aja sono! Gak usah dibikin ribet. Masih lebar juga," lerai Sabas.

Zea melotot menatap kedua orang itu. "Enak aja lo kalau ngomong!" sambar Zea, menatap sangat tajam pada Sabas, membuat lelaki itu bersembunyi di belakang punggung Alva. "Gue yang sering parkir disini, jadi gue yang harus parkir disini juga hari ini!" keukeh Zea.

"Udah, Al. Ngalah aja, dah. Zea seram banget kalau marah," bisik Sabas di belakang bahu Alva.

Alvaro malah terkeh mendengar ucapan Sabas. Tentu saja dia tidak akan menurut. Berbeda dengan Sabas yang ketakutan melihat tatapan tajam Zea, Alva malah merasa geli dengan tatapan sok tajam gadis itu. "Mau lo teriak-teriak sampai ke negara Afrika pun gue gak akan pindahin mobil gue," kata Alva, tersenyum mengejek Zea.

Zea melotot. Bibirnya mengulum kesal. Ingin sekali ia menendang lelaki bermuka tengil di depannya itu, tapi ia tahan sekuat tenaga.

"Apa?" Alva menatap Zea, mengangkat sebelah alisnya. Wajah sok polosnya menatap Zea yang sudah jelas terlihat sangat marah padanya.

Zea menatap tajam ke arah Alva. "KENAPA LO NGGAK MATI AJA SIH BANGSAT! GUE BENCI BANGET SAMA LO!"

"Kok sama?" Alva mengangkat sebelah alisnya, "I Hate You too," balas Alva, santai.

-----

Perkara parkiran doang ternyata.
Yuk lanjut!!!

I HATE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang