"Satu hal yang pasti, nggak selamanya cinta itu manis."
~I Hate You~
"Semua gara-gara lo!" sergah Zea.
"Apaan lo nuduh-nuduh gue?! Lo tuh yang salah!" balas Alva, tidak terima.
Keduanya sekarang sedang berada ditaman belakang sekolah, menyapu dedaunan kering yang berserakan di sana. Mereka berdua di hukum oleh guru bahasa indonesia karena telah membuat keributan di kelas tadi.
"Emang, ya, cowok kayak lo itu nggak guna. Nggak pernah bisa ngalah sama cewek," kesal Zea.
Alva yang sedang menyapu, jadi memberhentikan kegiatannya. Dia menatap Zea yang juga sedang berdiri dengan menatapnya kesal. "Enggak pernah ngalah lo bilang?" tanya Alva. Dia berjalan mendekati Zea dan menatap gadis yang setinggi bahunya itu dengan intens. "Di waktu lo pengen naik sepeda gue, gue harus pinjemin lo sepeda gue. Di waktu lo pengen makanan gue, gue harus relakan makanan gue buat lo. Di waktu lo pengen main ayunan, padahal gue lagi asik main ayunan, tapi karena tingkah manja lo gue harus rela buat nggak main ayunan. Dan tadi, di saat gue keluar duluan dari rumah, tapi lo juga keluar, lagi-lagi gue harus ngalah dan biarin lo pergi duluan. Itu yang lo sebut nggak pernah ngalah?!" tanya Alva, menatap geram Zea.
Zea mendorong bahu Alva karena merasa Alva terlalu dekat padanya. "Pertama, lo ngelakuinnya nggak pernah ikhlas. Kedua, lo ngelakuinnya terpaksa. Ketiga, lo nggak niat sama sekali buat ngalah. Dan yang paling penting, lo ngalah karena di suruh oleh Om dan Tante," jelas Zea, balas menatap Alva geram.
"Meski pun dengan alasan apa pun itu, yang penting gue selalu ngalah sama lo!" Alva kembali mendekatkan tubuhnya pada Zea.
Zea mundur. "Lo ngapain, sih, deket-deket sama gue?!" heran Zea. Menatap sekelilingnya yang sepi.
Alva mengangkat alisnya, lalu tersenyum devil. "Emang kenapa? Lo takut? Atau lo mau nangis dan teriak 'Mama, Papa, Alva jailin Zea!' gitu?" tanya Alva, sambil menirukan suara Zea di saat mengadu.
"Eh! Gue nggak takut, ya, sama lo!" Zea menunjuk Alva, tetapi ia tetap berjalan mundur.
"Oh, ya?" Alva mengangkat alisnya, "yakin, lo?" tanyanya, terus mendekatkan tubuhnya pada Zea.
Zea benar-benar merinding. Ia menatap Alva, lelaki itu tampak berbeda sekarang. Selama bertahun-tahun Zea kenal Alva, tidak pernah ada di benak Zea lelaki itu seperti ini. Alva terlihat seperti penjahat mesum sekarang.
Zea terus berjalan mundur, sampai-sampai ia kehilangan keseimbangannya dan hampir terjatuh kalau saja Alva tidak menariknya. Zea membulatkan matanya sempurna, saat ia sadar bahwa ia berada didekapan Alva.
"Lepasin gue Alva! Lo jangan modus sama gue!" teriak Zea, memukul punggung Alva.
Alva sama sekali tidak melepaskan dekapannya. Malah semakin mempererat, membuat Zea semakin kesal dan berteriak minta di lepaskan.
"ALVA! LEPASIN!" teriak Zea, mendorong kuat bahu Alva.
Alva melepaskan Zea. Membuat tubuh Zea jadi tersungkur ke tanah dengan keras. Sumpah demi Tuhan, bokong Zea sangat sakit sekarang.
"Hahaha," tawa Alva menggema.
Zea menatap Alva dengan tatapan marah berkali-kali lipat. "LO!" Zea menunjuk Alva, sambil berdiri dengan memegangi bokongnya yang sakit.
"Apa?" tanya Alva, dengan wajah songongnya. Menahan tawa, mengejek Zea.
"GUE BAKALAN BALAS PERBUATAN LO!" kata Zea, mengepalkan tangannya menahan amarah. Lalu gadis itu pergi meninggalkan Alva, dengan langkah pelan karena kesakitan akibat jatuh tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
I HATE YOU
Fiksi RemajaI Hate You. Tiga kata, delapan huruf, dan satu arti. Sesimple itu di ucapkan, namun semenyakitkan itu di dengar. Tapi tidak bagi Zea dan Alva. Kata-kata itu seperti sudah biasa untuk keduanya. Biasa untuk di lontarkan, dan biasa untuk di dengar. "Ap...