Masuk BK?

15 8 9
                                    

Apakah harus berdamai?

~I Hate You~

Alva dan Zea menatap pintu di depan mereka yang bertuliskan 'Ruang BK.' Ini adalah ruangan kramat bagi para siswa/siswi, ruangan yang bisa membuat masalah.

"Bu? Kenapa kita di bawa ke sini?" tanya Zea dan Alva bersamaan, lalu keduanya saling tatapan dan mendengus kesal.

"Ayo, masuk!" suruh Bu Lilis.

"Bu, kita minta maaf, deh. Jangan bawa kita ke sini, ya, bu?" mohon Zea.

"Masuk dulu, Zea!" suruh Bu Lilis, tegas.

"Bu, kenapa saya juga? Kenapa nggak Zea aja?" tanya Alva, tidak terima.

"Kalian berdua ini, ya! Udah ibu bilang masuk dulu!" geram Bu Lilis.

Zea dan Alva sama-sama menghembuskan napas berat, lalu keduanya memutuskan masuk dengan terpaksa.

"Loh, Bu Lilis?" Bu Nia—perempuan berkonde dan memiliki badan besar, selaku guru BK, itu menoleh saat Bu Lilis, Alva, dan Zea masuk kedalam.

"Selamat pagi, Bu Nia?" sapa Bu Lilis.

"Pagi, Bu. Silahkan duduk!" suruh Bu Nia.

Bu Lilis duduk, di ikuti Alva dan Zea yang juga duduk bersebalahan. Dengan sengaja, Zea menginjak kaki Alva, membuat Alva menahan kesakitan.

"Ada apa ini, Bu? Kenapa Alva sama Zea di bawa ke sini?" tanya Bu Nia, menatap Alva dan Zea bergantian. "Apa mereka berbuat ulah?"

Bu Lilis mengangguk. "Saya ingin Zea dan Alva mendapat peringatan, Bu. Saya capek lihat Zea dan Alva selalu bikin ulah di kelas. Padahal keduanya adalah perangkat kelas, tetapi malah mereka bikin kerusuhan," adu Bu Lilis.

Bu Lilis ngeselin banget! kesal Zea, dalam hatinya.

Sial! Nih guru cepu banget. Sama kayak cewek gila di sebelah gue ini, batin Alva, melirik Zea dengan sinis.

Bu Nia menarik napas panjang dan menghembuskan. "Zea? Alva?" panggilnya, menatap Alva dan Zea dengan galak.

"I-iya, Bu?" jawab keduanya.

"Kalian tau, bukan hanya Bu Lilis yang mengadukan perbuatan kalian. Tetapi semua guru yang masuk ke kelas kalian," kata Bu Nia memberitahu. "Kalian itu kenapa, sih? Bertengkar terus. Kamu Alva, kenapa harus bertengkar sama cewek?" tanya Bu Nia.

"Oh, tidak bu! Saya bertengkar bukan sama cewek. Tetapi sama titisan dedemit," jawab Alva tanpa dosa.

Zea melotot mendengar jawaban Alva. Dia mencubit tangan Alva dengan gemes. "Gue bacok juga lo, Anjir!" kesal Zea, dengan suara pelan.

"Tuh, kan, bu! Dia itu emang bukan perempuan. Emang ada perempuan kayak dia? Nggak ada kalem-kalemnya!" cibir Alva, menatap Zea sinis.

"Lo, tuh, cowok jadi-jadian. Menye, tukang ngadu, pecicilan, beraninya sama cewek. Cowok apaan kayak gitu?!" balas Zea, menatap Alva tak kalah sinis.

Bu Nia dan Bu Lilis memijit kepala mereka yang mendadak pusing. Mereka menatap Alva dan Zea yang seperti Tom & Jerry, tidak ada akur-akurnya. Yang satu keras kepala, yang satu lagi kepalanya keras. Sama aja. Kalau di satuin nggak akan ada yang ngalah.

"Kalian mau bertengkar terus? Biar saya dan Bu Lilis keluar dulu?" tanya Bu Nia, dengan nada pelan dan lembut. Tetapi begitu mengerikan di pendengaran Zea dan Alva. "Udah?" tanya Bu Nia, saat Alva dan Zea sudah diam.

Alva dan Zea mengangguk, takut.

"Hari ini kalian mendapat peringatan terakhir."

"Hah? Kok langsung peringatan terakhir, Bu?!" tanya Alva dan Zea, lagi-lagi bersamaan.

I HATE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang