Berulah lagi?

9 5 0
                                        

"Jangan biarkan sebuah rasa benci melingkupi hati karena, virus benci lebih besar konsekuensinya buat jatuh hati."

~I Hate You~

Alva keluar dari mobil Zea dengan terbirit-birit, sambil memegangi perutnya yang terasa mual. Tingkah Alva mengundang perhatian siswa/siswi yang ada di parkiran sekolah, menatap dengan bingung pada cowok jangkung berwajah tampan, yang merupakan salah satu idaman para siswi SMA Bintang ini. Ditambah lagi, Alvaro baru  saja keluar dari mobil Zea. Mobil musuh bebuyutannya.

"Kurang ajar lo, Zelalatan! Lo nggak bisa bawa mobil?!" kesal Alva, menatap Zea yang malah tertawa terbahak-bahak.

"Siapa suruh lo nebeng sama gue," balas Zea, tanpa rasa bersalah.

"Gue bakalan aduin lo ke Tante Rina. Lo lihat aja nanti," ancam Alva, membuat Zea merengut kesal.

"Dasar cepu, lo!" kesal Zea.

"Wah! Ngaca, sister! Yang cepu itu lo. Ngadu yang nggak-nggak ke nyokap gue dan bikin gue di hukum," balas Alva, tidak kalah kesal.

Keduanya tidak peduli mereka sekarang menjadi pusat perhatian. Bagi keduanya, hal ini sudah biasa. Sudah biasa mengartis di sekolah.

"Anjay!!!"

Zea dan Alva sama-sama menoleh ke arah suara dan tepuk tangan. Mereka berdua memutar bola mata malas, saat melihat orang itu ternyata adalah Sabas, Wildan, dan Diki.

"Nggak salah lihat, nih, kita? Seorang Alva dan seorang Zea berangkat bareng?" tanya Sabas, bertepuk tangan dan menatap takjub.

"Nggak ada angin, nggak ada hujan, nggak ada geledek, kenapa lo berdua bisa berangkat bareng?" tanya Wildan, juga ikut bingung.

"Benar banget. Kenapa lo berdua bisa berangkat bareng? Kenapa kucing sama tikus bisa damai?" tanya Sabas, membuat orang-orang tertawa mendengar kalimat terakhirnya.

"Gue sliding juga, lo!" ancam Zea, menatap Sabas tajam.

Sabas cengengesan mendengar ancaman Zea. "Slow mbak sister... Ngegas ae!"

"Udah, ah. Bye! Males gue ngeladenin  cowok-cowok jelek kayak lo berempat," kata Zea, lalu berlenggang pergi meninggalkan keempat cowok itu.

"LO TUH YANG JELEK!" sewot Alva berteriak, tetapi di abaikan oleh Zea.

"Kok bisa lo bareng Zea, Al? Mobil sama motor, lo kemana?" tanya Diki.

Alva memutar bola matanya dan berdecak, kesal mengingat perbuatan Zea yang mengakibatkan dirinya harus kena imbasnya. "Gue di hukum."

"Hukum kenapa, lo?" tanya Wildan.

"Itu si oncom, ngadu yang nggak-nggak sama nyokap gue."

Sabas, Wildan, dan Diki tertawa terbahak-bahak. Ketiganya memang sudah tau lama kalau Alva dan Zea adalah tetanggaan dan mereka tidak pernah akur dari tahun ke tahun.

"Nggak usah ketawa lo bertiga," kata Alva, melirik kesal ketiga temannya.

"Tapi, Al." Sabas merangkul Alva, "lo nggak pernah punya perasaan gitu sama Zea?" tanya Sabas, yang langsung di hadiahi dorongan keras oleh Alva. "Monyet lu anjing! Hampir aja gue jatuh," kata Sabas kaget.

"Makanya, kalau nanya itu yang waras dikit." Alva pergi meninggalkan ketiga temannya.

"Lah, emang pertanyaan gue nggak waras?" tanya Sabas, menatap Wildan dan Diki bergantian.

Wildan dan Diki sama-sama menggeleng dengan wajah mirisnya dan sama-sama menepuk bahu Sabas. "Sama kayak lo yang nggak waras."

~I Hate You~

I HATE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang