Zea suka Alva?

40 29 15
                                        

"Sebuah perasaan datang tidak hanya dari sebuah rasa sayang, tetapi bisa saja perasaan datang dari rasa benci yang mendalam."

~I Heart You~

"Kalau aja tadi lo nggak sok-sokan cegah gue buat protes, pasti nggak akan jadi dikutip 50 rb."

Telinga Zea serasa ingin pecah mendengar Alva terus saja mengomel dari awal mereka keluar dari ruang rapat osis. Alva masih masih belum terima perihal uang yang akan di kutip 50 rb itu.

Zea berhenti melangkah. Menatap Alva dengan jengkel. "Lo beneran di coret dari KK, ya? Sekarang lo jadi gembel? Sampai-sampai 50 rb keberatan banget kayaknya," kesal Zea.

Alva mendorong kening Zea dengan telunjuknya. "Mana mungkin keluarga gue coret gue dari KK. Nggak akan mau mereka kehilangan anak setampan gue," ujar Alva, pede.

Zea menjulurkan lidahnya, berlagak ingin muntah. "Nih, ya. Muka lo kalau di bandingkan sama Mas Memet, masih gantengan Mas Memet, tau nggak!" Zea membandingkan wajah Alva dengan Mas Memet—penjual es cendol depan sekolahnya.

Alva malah tertawa mendengar hinaan Zea. "Lo naksir Mas Memet? Wah... Parah lo, Ze!" kata Alva sambil tertawa.

Plak!

"Sakit, monyet!" umpat Alva, Zea tiba-tiba menempeleng kepalannya.

"Rasain! Makanya jangan ngomong sembarangan," kesal Zea, menatap galak Alva.

"Gue nggak ngomong sembarangan. Lo barusan bilang Mas Memet ganteng," ucap Alva, mengingatkan ucapan Zea tadi.

"Gue bandinginnya sama, lo! Emang Mas Memetnya lebih ganteng daripada, lo!" gemes Zea.

"Berarti lo suka sama Mas Memet!"

"Bilang ganteng bukan berarti suka, Alvanjing!" Zea benar-benar dibuat gondok sama Alva.

"Tetapi selera lo emang seperti Mas Memet, Zelalatan!" balas Alva.

Alva dan Zea saling tatap-tatapan di koridor yang sepi. Bukan tatapan sebuah cinta, tetapi tatapan kebencian. Sebenarnya Alva menatap biasa aja, tetapi Zea menatap seperti ingin mencakar Alva hingga lelaki itu tewas.

"Hm!"

Zea dan Alva sama-sama menoleh pada deheman seseorang. Ternyata itu Fadly, sepertinya dia baru keluar dari ruang osis.

"Lo berdua nggak masuk kelas? Atau mau tatap-tatapan aja di sini?" tanya Fadly, dengan nada menggoda Alva dan Zea.

Refleks Alva dan Zea saling pandang, lalu bergidik jijik bersamaan. "Amit-amit cabang babu!" kata mereka bersamaan.

"Dih, ngikut-ngikut!" Zea mencibir Alva, lalu ia berjalan duluan dari sana.

"Lo tuh yang ngikutin gue!" teriak Alva yang di abaikan Zea.

Fadly yang melihat kelakuan Alva dan Zea hanya bisa tertawa dan geleng-geleng. "Awas jodoh, Al!" candanya, lalu pergi meninggalkan Alva.

Alva mengernyit. "Perasaan, banyak banget yang bilang gue jodoh sama tuh nenek lampir," ujar Alva, menggaruk dagunya dengan jempolnya.

"Idih! Amit-amit cabang babu kalau sampai beneran terjadi."

~I Heart You~

"Al!"

"Uhuk...uhuk...uhuk..." Alva terbatuk-batuk, saat Sabas menggoyangkan bahunya padahal ia sedang minum. "Woi, monyet! Lo nggak lihat gue lagi minum?!" kesal Alva, matanya memerah akibat tersedak tadi.

I HATE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang