3 - Dilema

5.9K 457 37
                                    


Usia Lintang tahun ini memasuki umur 33 tahun, sedangkan Rasti memiliki usia terpaut 4 tahun lebih muda darinya. Mereka menikah karena di jodohkan oleh keluarga masing-masing. Memasuki usia pernikahan yang menginjak 7 tahun, sudah hampir 5 kali Rasti mengalami keguguran. Rasa putus asa sangat membuat wanita itu frustasi sampai mendorong Lintang agar mau menikahi seorang pembantu bernama Jihan.

Apa tidak ada pilihan lain? Bukankah dia sudah bilang kalau dia bahagia meski tanpa anak. Jangan ditanya seberapa sakit hati Lintang tiap kali Rasti kehilangan bayinya! Dia tentu merasakan putus asa yang sama, namun memilih diam dan membuat Rasti tenang di saat-saat masa kalutnya usai kehilangan bayi mereka.

Tapi menikah lagi?

Lintang masih tidak habis pikir dengan rencana gila Rasti kali ini. Mereka bisa mengadopsi anak jika mau, bila perlu yang masih bayi. Tapi menikah lagi dan membuat istri barunya hamil lantas setelah itu meminta bayinya agar di urus oleh mereka? Itu sama saja mempermainkan hidup orang lain.

"Lihat Jihan deh, Mas..." suara Rasti mengagetkannya yang sedang melamun. Namun Lintang tetap mengikuti arah telunjuk istrinya yang sedang terarah pada gadis bernama Jihan di bawah sana. Mereka sedang berada di balkon, menikmati indahnya pagi hari dari atas sana. "Dia cantik, kan?"

Gadis bernama Jihan itu terlihat sedang menyirami halaman rumah mereka yang sengaja di tanami beberapa jenis bunga, kebetulan pagi itu banyak kuncup yang siap bermekaran siang ini. Sekar menyirami bunga dengan wajah gembira, sesekali menyentuh kuncup bunga lalu menganguminya. Senyum gadis itu mengembang sempurna ketika menikmati keindahan di pagi hari dengan pemandangan bunga-bunga itu.

"Dia masih sangat lugu, polos dan naif. Mbak Siti bilang, dia bekerja disini agar bisa menabung untuk merenovasi rumahnya yang sudah nggak layak huni. Bukankah rencana kita akan berhasil kalau kira tawarkan uang untuk membuatkannya rumah yang bagus?"

Lintang menoleh untuk menatap Rasti dengan ekspresi yang sulit dibaca. Pria itu masih tidak menyangka jika istrinya begitu berambisi dengan rencananya agar bisa memiliki anak.

"Apa kamu berniat memanfaatkan kelemahannya, Ras?"

"Mas, kalau nggak begitu... dia nggak akan mau!"

"Perempuan manapun nggak akan mau jika dinikahi hanya untuk di manfaatkan!"

"Apa kita akan bertengkar hanya karena masalah ini lagi? Kamu bilang akan mempertimbangkannya. Aku mencari tahu tentang Jihan diam-diam pada Mbak Siti supaya kita segera mengambil tindakan, Mas. Lagipula, dia masih muda... setelah dia memberikan anaknya pada kita, dia bisa mendapatkannya lagi nanti kalau dia mau." Rasti dengan sifat egoisnya akan melakukan apapun yang dia inginkan. Lintang mengenal sekali watak istrinya itu, tapi permintaannya kali ini di luar nalar.

Lintang menggelengkan kepalanya, "Aku nggak ngerti kenapa kamu sekarang jauh lebih tidak berperasaan, Ras!" Setelah mengutarakan apa yang ada di hatinya, Lintang memilih pergi meninggalkan Rasti di balkon. Pria itu masih enggan membahas perihal dirinya yang harus menikah lagi demi mendapatkan keturunan.

***

Setiap sebulan sekali, Lintang akan mengunjungi rumah orang tuanya. Ini adalah agenda rutin mereka agar hubungan kekeluargaan terjalin erat. Setelah menikah, biasanya anak-anak akan sibuk dengan keluarga baru mereka. Jadi Melati-Ibu Lintang-mengultimatum anak-anaknya agar selalu menyempatkan waktu untuk makan malam di rumahnya.

"Rasti udah pulih? Kamu harus makan-makanan yang bergizi ya, Ras!" Melati memberi pengertian kepada menantu perempuannya itu.

"Udah, Mah..," jawab Rasti tersenyum.

"Wulan jadi kesini, Ma?" Lintang bertanya tentang adik perempuan yang katanya akan datang kesini setelah satu bulan yang lalu melahirkan bayi perempuan-cucu pertama di keluarga Lintang.

Istri Mudaku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang