13 - Gundah

6.8K 477 49
                                    


PDF ATAU EBOOK TERSEDIA

PDF BISA ORDER DI 089633021705 (klik link wa di bio agar langsung terhubung)

EBOOK ADA DI PLAYSTORE

Versi KBM aplikasi juga tersedia ya.. harga pdf ISTRI MUDAKU 45k saja.. bisa di order via WA ya, transaksi bisa melalui tf bank/dana/shopeepay...

Happy reading

***

Pagi itu, dua orang yang duduk disana sarapan dalam diam. Hanya suara sendok yang terdengar di ruangan tersebut.

Jihan tidak mempunyai bahan untuk di bicarakan, sedangkan Lintang memang irit bicara jika bersamanya.

Sementara Rasti masih tidur karena pulang hampir jam 3 pagi. Lintang bilang, Rasti bertemu teman-temannya yang kebetulan berada di Bali ketika Lintang mengajak Jihan sarapan bersamanya.

Jadi sarapan pagi itu hanya ada dirinya dan Jihan yang mereka lalui dalam keheningan. Lintang sendiri bingung harus memulai obrolan darimana, kemarahannya masih melingkupi hati pria itu perihal kebohongan yang di lakukan Jihan padanya, menurutnya—Jihan sudah menghancurkan kepercayaan yang ia berikan pada gadis itu, ditambah lagi dengan kejadian semalam.

Jihan telah selesai makan, piringnya sudah kosong. Usai meneguk minumannya, gadis itu memberanikan diri untuk bicara perihal apa yang ingin di katakan pada Lintang. "Tuan.. boleh saya izin?"

"Iya?" Lintang menghentikan kunyahannya di mulut sambil menunggu apa yang ingin di katakan oleh Jihan.

"Saya mau jalan-jalan sebentar. Kurasa pantai pagi ini sangat bagus..."

Lintang melihat ekspresi gugup Jihan ketika bicara padanya. "Apa kamu yakin berani pergi sendiri?"

Jihan mengangguk ragu. "Iya," jawab gadis itu.
Lagipula, apa yang akan ia lakukan di hotel? Mereka berdua masih sangat canggung satu sama lain, meski ketika mereka di ranjang, yang terjadi justru sebaliknya.  Jihan ingin menghirup udara segar di luar sambil berjalan di sisi pantai sendirian.

"Baiklah... tapi saya ikut!" ucapan Lintang berhasil membuat Jihan terkejut.

"Loh, gimana sama Bu Rasti?"

"Dia masih tidur. Paling lambat, dia akan bangun sekitar jam 11 siang..."

"Tapi saya mau pergi sendiri, Tuan.." tolak Jihan.

"Kenapa? Apa kamu mau bertemu dengan seseorang?"

Jihan menggeleng cepat. "Tidak.. maksudnya, saya cuma pergi sebentar.. nggak akan lama..."

"Saya temani. Kamu bisa jalan di depan dan saya mengikuti. Apa kamu nggak takut tersesat?"

Lintang menatap Jihan yang kini sedang menunggu jawaban darinya. Pria itu menggeleng, mengenyahkan apapun yang ada dalam benaknya. Jawaban-jawaban tadi hanya ada dalam kepalanya saja... mana mungkin Lintang akan dengan mudahnya bersikap manis setelah kebohongan yang di lakukan Jihan untuknya?

"Kenapa?" Lintang bertanya ulang.

Menggigit bibir bawahnya, Jihan berkata, "Saya mau jalan-jalan sebentar, apakah boleh?"

Istri Mudaku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang