"Bu Rasti bercanda kan?" Jihan berhasil menemukan suaranya kembali akibat rasa terkejutnya tadi.
"Nggak," jawab Rasti dengan tenang. "Saya serius, Jihan..."
Jihan menelan ludahnya kelu. "Tapi, Bu..." Gadis itu tidak mengerti kenapa majikannya memiliki pemikiran semacam itu.
"Saya nggak bisa kasih suami saya anak, Jihan. Jadi jalan satu-satunya adalah mengizinkan suami saya menikah lagi dan membuat istrinya hamil," ucap Rasti menjelaskan. Jika tidak begitu, bagaimana Jihan akan tahu?
"Ta—tapi, Bu... kenapa saya?" Dan masih ada banyak sekali pertanyaan dalam benak Jihan saat ini.
"Karena hati saya memilih kamu."
Jihan bergeming. Kakinya terasa kaku disana. Ia ingin berlari keluar dari sini dan meninggalkan Rasti dengan omong kosongnya.
Kenapa harus dia?
Kenapa bukan orang lain saja?
"Anggap saja Saya menyewa rahim kamu," Rasti berujar pelan, sedangkan Jihan semakin terperangah mendengarkan penuturan manjikannya. "Saya akan memberikan uang muka di depan senilai 100 juta, cukup untuk kamu membuat rumah bagus di kampungmu kan? Sisanya, setelah kamu berhasil melahirkan anak... aku akan kembali memberikan uang lagi senilai 200 juta buat kamu.."
Jihan menatap tidak percaya wanita di depannya itu.
Apa Bu Rasti sudah tidak waras? Membayarnya sebanyak itu hanya untuk membiarkan dia mengandung bayi dari suaminya?
Kaki Jihan perlahan bergerak mundur. Ketakutan nampak jelas pada raut mukanya. Dia ingin keluar namun yang terjadi adalah kakinya yang limbung.
Dengan sigap Rasti menahan tubuh Jihan."Jihan... Jihan, kamu kenapa?" Rasti reflek menopang tubuh Jihan saat wanita itu melihat jika tubuh Jihan sedikit limbung.
Rasti menuntun agar Jihan mau ikut duduk, setelah memastikan Jihan duduk di sofa, Rasti memberikan segelas air minum untuk membuat gadis itu tenang.
"Kamu pasti shock," ujar Rasti sambil menerima gelas yang sudah tandas. Meletakkan gelas tersebut di nakas, Rasti kembali menatap Jihan yang terlihat gugup dan takut. "Aku tahu reaksi kamu akan seperti ini, terdengar gila ya?"
Jihan memberanikan diri menatap Rasti. Majikannya ini bisa di bilang masih muda, tapi nasibnya yang tidak bisa mengandung membuat wanita itu memutuskan untuk mengambil jalan lain agar bisa mendapatkan keturunan. Tapi kenapa dia? Dan kenapa harus dengan jalan yang seperti ini?
Kenapa pilihan Rasti jatuh kepadanya?
"Tapi kenapa Saya, Bu?"
Rasti mendesah karena pertanyaan yang sama kembali terulang. "Karena Saya percaya sama kamu, Jihan."
"Tapi, Bu... Ibu bisa cari perempuan lainnya, jangan Saya, Bu. Saya nggak berani untuk menerima tawaran Ibu."
"Kenapa?"
"Saya nggak pantas kalau bersanding sama Tuan Lintang, Bu." Jihan menunduk dalam, bahkan dalam mimpinya pun Jihan tidak pernah berani mendambakannya. Lintang terlalu sempurna untuk dia yang biasa saja.
Rasti menyentuh tangan Jihan, meremas jemari gadis belia itu. Ditatapnya mata cokelat milik Jihan yang menampakan sisi kelembutan dari netranya. "Kita bisa membuat kontrak pra-nikah, Jihan," jawab Rasti. Kening Jihan yang mengernyit dalam membuat wanita itu paham jika Jihan tidak mengerti arti ucapannya. "Perjanjian tertulis di atas materai sebelum kamu menikah dengan suami Saya."
Jihan masih diam karena selain dia tidak mengerti—Jihan juga belum mempunyai jawaban atas tawaran Rasti.
"Bisa dibilang, Saya akan menyewa rahim kamu untuk membuat suami saya memiliki keturunan. Dan sebelum itu kita harus membuat perjanjian hitam di atas putih..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Mudaku
RomansaLintang Nareswara berharap jika dia bisa mendapatkan keturunan dari istrinya, Rasti. Tapi takdir selalu berkata lain, Rasti hamil... namun kehamilannya selalu mengalami keguguran. Putus asa dan merasa bersalah tentu menguasai hati seorang ibu yang...