Pdfnya dah ready yaa... ebook bisa d donlot d playstore dan di kbm aplikasi juga ada :)
***
Ini hanya pernikahan biasa, pernikahan yang tidak diharapkan tentu tidak mengharuskan pengantinnya berbulan madu.
Pagi hari, Jihan bangun seperti biasa. Bergerak pelan menuruni ranjang agar pria disampingnya tidak terusik, Jihan melangkah ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Dia akan bekerja seperti biasanya, seolah-olah sebelumnya tidak terjadi apa-apa!
Belum sempat ia pergi, Lintang terdengar memanggil seseorang. Iya, seseorang yang bukan dirinya.
"Ras... Ras..." meski matanya terpejam, mulut Lintang bergumam pelan.
Jihan bergerak mendekati Lintang, hendak bertanya apakah pria itu membutuhkan sesuatu.
"Ya," jawab Jihan lirih. Meski ia tahu bukan dirinya yang di panggil oleh Lintang, gadis itu tetap mendekati pria tersebut dan duduk di bibir ranjang.
"Ras ambilkan aku minum, aku haus..." Lintang mengucek matanya, dan terkejut mendapati Jihan yang memberikan segelas air minum untuk pria itu.
Oiya, Lintang lupa jika semalam mereka sudah menikah.
Kecanggungan menyelimuti mereka berdua, Lintang berdeham pelan sambil menerima uluran segelas air putih lantas meminumnya.
"Buatkan Saya kopi dengan sedikit gula!" Perintah Lintang kemudian, agar gadis itu pergi dari hadapannya.
Sedang Jihan mengangguk kemudian menunduk. "Baik Tuan," Jihan menjawab lantas segera undur diri. Masih tidak bisa dipungkiri, tempatnya bukanlah menjadi istri, tapi pembantu dirumah ini.
Tiba-tiba saja kenyataan itu membuatnya pilu.
***
"Gimana tidur sama Tuan Lintang?" Mbak Siti menggoda gadis belia yang sedang sibuk membuatkan kopi untuk Lintang.
Alih-alih menjawab, Mbak Siti bisa melihat gurat merah menghiasi wajah Jihan yang merona karena digoda.
"Ah, pasti semalam terjadi hal-hal yang romantis kan? Tuan Lintang itu orangnya sangat manis dan romantis, Jihan. Mbak sering lihat beliau memperlakukan Bu Rasti dengan baik dan perhatian, juga penuh kelembutan."
Jihan tersenyum getir. Hatinya teramat sangat pilu. Apa yang dilakukan Lintang memang manis semalam, apalagi ciuman mereka. Ciuman pertama Jihan telah direnggut oleh majikannya sendiri.
Dan ciuman itu sangat manis. Jihan bahkan merasa sangsi jika ia bisa melupakan ciuman pertama mereka.
"Iya, Mbak..," dusta Jihan. Kopinya telah di aduk dan siap di hidangkan.
Mendengar jawaban itu, sekarang gantian Mbak Siti yang merona. Membayangkan bagaimana manisnya majikannya itu memperlakukan istrinya! "Tuan Lintang perkasa kan di ranjang?" Ah, pertanyaan itu bisakah Jihan hindari? Ia bahkan tidak tahu harus menjawab apa?!
Jihan mana tahu Lintang perkasa atau tidak saat di ranjang, sedangkan dia saja masih perawan. Yang bisa di lakukan Jihan hanya tersipu malu agar Mbak Siti bisa menyimpulkan sendiri jawaban atas pertanyaan itu.
Senyum malu-malu dari Jihan menandakan jawaban atas pertanyaan Siti, wanita itu berseru senang.
"Astaga... sudah kuduga! Dia pasti sangat perkasa.... Ah, Jihan beruntungnya kamu!" Seru wanita itu sambil mencubit gemas pipi putih mulus Jihan.
Beruntung? Semalam tentu saja dia beruntung karena berhasil menghindari sesi malam pertama mereka, malam yang sangat mendebarkan bagi Jihan. Kalau bisa, Jihan ingin terus menghindarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Mudaku
RomansaLintang Nareswara berharap jika dia bisa mendapatkan keturunan dari istrinya, Rasti. Tapi takdir selalu berkata lain, Rasti hamil... namun kehamilannya selalu mengalami keguguran. Putus asa dan merasa bersalah tentu menguasai hati seorang ibu yang...