- X -

46 14 109
                                    

Kedua insan yang terjatuh di pinggir jalan seketika bangkit. Gadis berambut panjang di sana sejenak membersihkan pakaian, tetapi tidak dengan pria yang bersamanya. Dia malah berdiri mati kutu dengan tatapan sulit diartikan. Tersadar dari itu, tangan Gav seketika bergerak mengikat gaya man bun pada rambut gondrongnya dengan asal. Lalu netra biru sapirnya kembali menatap intens pada gadis di hadapan, tak luput dengan senyuman manis yang terus mengembang.

 Lalu netra biru sapirnya kembali menatap intens pada gadis di hadapan, tak luput dengan senyuman manis yang terus mengembang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jujur saja, hati gadis di hadapannya sedikit goyah akibat tatapan dan senyuman Gav yang seperti itu. Gadis mana yang akan menyangkal jika pria itu memang tampan? Vey pun kini mengakuinya. Namun, ia tidak mau berlama-lama dalam situasi yang membuat wajahnya merah merona.

"Kau sangat ceroboh, lagi-lagi nyawamu tadi terancam. Tapi sekarang kau malah senyum-senyum tidak jelas. Dasar aneh! Apa kau lebih menyayangi rambutmu daripada nyawamu, hah? Kau sadar? Gara-gara rambut gondrongmu itu nyawamu hampir melayang." Vey berceloteh sedikit kesal, dirinya berpikir kenapa setiap kali pria itu dalam bahaya ia pasti selalu datang?

Kebetulan macam apa ini? Sungguh, dia pria yang beruntung.

"Kau benar-benar kunci kehidupanku," timpal Gav pelan.

Vey mengernyit, rungunya tidak menangkap jelas ucapan Gav barusan. "Kau bilang apa?"

Seketika wajah berkumis tipis itu menggeleng sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Gav benar-benar dibuat salah tingkah oleh Vey. Ucapannya tadi pagi seolah terkabul.

Vey berdecak diiringi embusan napas berat. "Ya sudah, ikut aku." Tanpa basa basi, gadis itu sontak menarik tangan Gav untuk segera berjalan mengikutinya. Namun, tepat saat tangan mereka saling bersentuhan, tiba-tiba sengatan bak aliran listrik menerjang keduanya.

"Aw!" kejut mereka.

Tangan keduanya pun langsung terlepas begitu saja. Kini mereka terus memandangi telapak tangan masing-masing, raut bertanya-tanya muncul di wajah dua insan itu.

"A-apa itu tadi?" Vey bertanya pada diri sendiri. Benaknya sama sekali tidak bisa mencerna apa yang terjadi. "Kenapa rasanya seperti ... terkena setruman listrik?" Tangan kanan gadis itu terus dibulak-balik berharap setitik penyebab dapat ia temui. Namun, nihil. Mata Vey kini bergulir dengan perasaan tidak karuan. Padahal, saat ia pertama kali menolong Gav, semuanya baik-baik saja. Ia tidak merasakan sengatan aneh seperti tadi. Bahkan, waktu itu Vey sampai bersentuhan lebih lama dari pada sekarang, dia memapah Gav dari area pertambangan sampai jalan raya.

Sama halnya dengan pemuda berambut man bun itu, dia pun terkejut sampai tidak lidahnya kelu. Otaknya terus berputar mencaritahu apa yang terjadi sebenarnya.

Tangan Vey seketika mengelap pelipis sejenak, dia terkekeh seolah menertawakan dirinya yang mengalami peristiwa aneh. Akan tetapi, otak gadis itu tetap berpikir logis.

Sepertinya aku terlalu kelelahan sehingga mengalami halusinasi yang berlebihan, batinnya. Vey tampak enggan memikirkan hal tersebut lebih jauh lagi. "Kau, um ... siapa namamu? G-gav? Ayo, ikuti aku. Tapi, ingat. Kau jangan sampai menyentuhku."

EVIGHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang