Seorang gadis tampak sedang mengamati sebuah rumah minimalis di pinggir danau. Ia sesekali menghirup udara bersih yang ia rasa begitu segar. Padahal waktu sudah menjelang siang, tetapi suasana di sekitar sana tetap terasa sejuk, entah mungkin karena keasrian di sekelilingnya.
Sekali lagi Vey memantapkan hati untuk mendatangi rumah yang sudah berdiri kokoh di hadapannya. Ia harus memastikan sesuatu dengan sang pemilik rumah. Namun, baru saja melangkah Vey malah dikejutkan dengan seekor kucing yang seketika berlari menghampirinya.
"Kucing ini, 'kan ...." Kalimatnya menggantung, otak gadis itu mulai menyambangi ingatan saat bertemu kucing tersebut di jalanan. "Kucing yang aku tolong waktu itu. Kenapa dia ada di sini?" monolog Veg mengerutkan dahi.
Belum usai memikirkan kucing di depannya, seketika seseorang keluar dari rumah itu. Vey yang masih berdiri tak jauh dari teras rumah hanya tersenyum sopan dengan hati yang diselimuti keanehan, karena sang tuan rumah ternyata bukanlah Gav.
Apa aku salah alamat?
Vey kembali mengecek selembar kertas di genggamannya. Akan tetapi, ini adalah alamat yang benar.
Karena sudah terlanjur bertemu pemilik rumah yang tidak ia kenal, akhirnya Vey memilih untuk menghampirinya dan bertanya, "Maaf, apakah betul ini rumah Gav?"
Pemuda yang hanya menyilangkan kedua tangan di dada itu malah meneliti tubuh Vey dari atas sampai bawah. Membuat gadis itu berdeham karena merasa tak nyaman.
"Ini rumahku," jawabnya singkat.
"Tapi ... tertulis di sini bahwa alamat rumahnya memang di sini."
"Di—"
"Ada siapa di luar, Xio? Kenapa berisik sekali." Tiba-tiba suara seseorang mengoceh dari dalam. Tak lama setelahnya sosok pemuda berkaos oblong dengan rambut sedikit berantakan keluar begitu saja.
Tepat saat kedua netra biru sapir itu beradu pandang dengan gadis pujaan hatinya, ia langsung terbelalak dan mempercepat langkah mendekati Xio yang berdiri di hadapan Vey.
"Gav?" kejut Vey.
"Ya, kenapa kau ada di sini Vey?"
Xio mendelik, ternyata gadis ini adalah Vey. Gadis yang sudah berhasil membuat Gav jatuh cinta dan membangkitkan kutukannya.
"Aku ada urusan denganmu. Tapi apakah benar ini rumahmu?" tanya Vey memastikan.
"Iya, ini rumahku." Gav tersenyum manis berlaga bahwa dia memang pemilik rumah.
Akan tetapi, Xio langsung menyambar ucapan tersebut. "Lebih tepatnya rumah kami."
Kedua alis Vey bertaut. "Kalian tinggal bersama?"
"Benar, tapi jangan salah paham. Kita adalah sepupu," oceh Gav.
Vey hanya mengangguk. Namun, detik berikutnya ia malah disuguhkam dengan gelagat Gav yang lagi-lagi tidak biasa. Wajahnya kian memerah dengan rahang mengeras seolah sedang menahan gejolak aneh di dalam dirinya.
"Kau kenapa?" tanya Xio, ia juga merasakan ada yang tidak beres dari sahabatnya itu.
Gav malah memberi cengiran seraya menjawab, "Tidak, aku tidak apa-apa." Ucapan dengan gerak-gerik tubuhnya jelas berlawanan. Bahkan kini kedua tangannya sibuk menggaruki setiap sisi tubuh kekarnya.
"Apa kau alergi sesuatu? Sepertinya kau kegatalan," terka Vey.
Gav kembali menggeleng dengan deru napas yang semakin memburu. Vey dan Xio hanya saling memandang melihat keanehan tersebut.
"Aku pergi dulu."
Tanpa menunggu jawaban Gav langsung berlari kencang tanpa tujuan, yang jelas ia tidak mungkin berubah di hadapan Vey. Sementara gadis itu masih tetap mencari jawaban atas kejadian barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVIGHED
FantasyKehidupan sosok pemuda keturunan Ras Zygal dari Klan Bawah Tanah berubah total saat dirinya tak sengaja melakukan aksi pembunuhan dan berakhir dengan ia mendapat kutukan. Sebut saja dia Gav Varatha, pria yang malah tersenyum senang saat dirinya bena...