- XVI -

33 10 85
                                    

Keadaan kantor Press Guild sudah tampak lebih baik. Semua pegawai dengan segera membereskan ruangan lantai satu yang tadinya kacau balau. Embusan napas lega saling terlontar dari para karyawan yang terlihat kelelahan, hari ini tenaga mereka terkuras lebih banyak dari biasanya.

Vey mendudukkan bokong di kursi kerja, tangan gadis itu memijat pelipis pelan seraya kembali memikirkan cara untuk menuntaskan masalah tersebut. Dengan keras ia menghela napas lalu tersenyum lebar, berusaha menghadapi semua itu dengan tenang.

Vey melanjutkan untuk mencoba menghapus berita penutupan pertambangan ilegal di website-nya, tetapi lagi-lagi berakhir sama. Tidak bisa. Untung saja, Vey sudah mengonfirmasi beberapa platform yang menyebarkan berita tersebut, agar hal itu mereka hapus dari publik. Entah kenapa para pengguna platform yang ikut andil bisa dengan mudahnya menghilangkan berita itu, tapi kenapa pada website Vey semuanya seakan dibuat mustahil?

Dering ponsel seketika mengejutkan gadis itu, nama yang terpampang di layar membuatnya segera menekan tanda telepon hijau. "Editor Chang? Kau di mana? Segeralah kembali ke kantor! Ada ses—"

"Editormu baik-baik saja."

Spontan Vey mengernyit, bukannya suara Editor Chang yang memotong ucapannya, melainkan suara berat seorang pria.

"S-siapa kau? Kenapa ponsel Editor Chang ada padamu? Di mana dia?"

"Sudah kukatakan, dia baik-baik saja. Dan akan jauh lebih baik jika kau tidak menghapus berita itu dari publik."

Vey sungguh dibuat bingung. Sebenarnya siapa mereka yang berani-beraninya memerintah untuk menghapus berita itu atau tidak. Keduanya jelas berlawanan. 

"Kau jangan macam-macam pada Editor! Di mana dia sekarang?"

Panggilan malah terputus begitu saja sebelum Vey mendapat jawaban. Hati gadis itu semakin bergemuruh, ternyata Editor Chang sedang dalam bahaya. Tanpa pikir panjang, tungkainya langsung mengambil langkah lebar demi mencari sang editor dengan bantuan melacak nomor ponselnya.

🐚🐚🐚

Seorang pemuda yang menenteng dua plastik hasil belanjaan tampak terus mengamati keadaan sekitar. Netra biru sapirnya bergulir dengan senyuman merekah, ia sudah tidak sabar ingin berjumpa dengan gadis pujaan hatinya. Hati Gav merasa bersalah karena waktu itu dirinya meninggalkan Vey begitu saja.

"Gav, lebih baik kita pulang. Vey pasti tidak ada di rumahnya." Mitc terus mengoceh di samping Gav. Langkahnya berusaha mendahului Gav walaupun sia-sia. Hewan itu juga tak mengerti, di sini Mitclah yang tahu rumah alias apartemen Vey, tetapi kenapa seolah-olah malah Gav yang lebih mengetahuinya. Pemuda itu memang sudah hampir hilang akal gara-gara rindu yang terpendam.

Pria itu sama sekali tak menggubris. Gav masih terbuai dengan bangunan mewah nan tinggi dengan puluhan lantai itu. Membuat Mitc lagi-lagi mendengus kesal. Baru kali ini dirinya merasa diduakan.

"Kita jalan ke mana lagi Mitc? Di sini banyak sekali lorong," gumam Gav.

"Bagaimana kalau kita belanja lagi saja, Gav. Uang simpanan Xio di rumah, 'kan masih banyak. Sekalian kita beli semua kebutuhan untuk jangka panjang."

Hewan manis tersebut terus mengeong, dia tetap berusaha untuk tidak membawa Gav ke apartemen Vey. Mitc tidak mau kutukan pada tuannya itu bereaksi lagi. Entah kenapa dia berpikir bahwa kutukan tersebut berkaitan dengan gadis pujaan hati tuannya.

Helaan napas dari bangir Gav lolos, dia berjongkok dengan wajah jengkel. "Kau kenapa Mitc? Kenapa kau jadi melarangku bertemu dengan Vey? Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?"

EVIGHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang