- IX -

48 14 100
                                    

Ketukan pintu membuat seorang wanita di dalamnya berucap memerintah masuk. Pintu berbahan kaca tembus pandang itu mulai terbuka, menampilkan gadis bersetelan pantsuit yang kini melangkah mendekati meja sang editor. "Editor Chang memanggilku?"

"Ya, duduklah."

Vey menyelipkan anak rambut, senyumnya tak kunjung lepas sebagai bentuk sikap ramah yang selalu ia tunjukan pada Editor. Entah kenapa perasaannya kali ini menangkap sesuatu yang berbeda dari atasannya itu. Sangat jelas ekspresi Editor Chang begitu tegang. Bahkan, dia sama sekali belum mengucapkan selamat pada gadis di hadapannya. Vey jadi berpikir, apa mungkin terjadi kesalahan terhadap berita yang ia tulis di website-nya kemarin?

Seketika raut Editor Chang sedikit berubah. Dia tersenyum dan mengulurkan tangan pada Vey. Dengan ragu gadis berkacamata itu menerima uluran tangan sang atasan. "Selamat, ya. Kau lagi-lagi berhasil membuat berita yang luar biasa," ucap Editor Chang. Setelahnya wajah bermata sipit itu kembali seperti sediakala, dipenuhi ketegangan seakan suatu masalah tengah menerjang.

"Terima kasih, Editor." Vey menjawab sedikit kikuk, ia ingin sekali bertanya apa yang terjadi pada Editor Chang. Namun, ia tidak seberani itu untuk ikut campur masalah atasannya.

Helaan napas berat menerpa rungu Vey, Editor Chang tampak ragu-ragu untuk berkata. "Tapi ... maaf, Vey. Kau harus menghapus berita itu."

Kedua bola mata di balik kacamata Vey seketika membola, keningnya mengkerut tidak mengerti dengan penuturan sang atasan. "Maksud Editor?"

"Kau harus menghapus berita perihal penutupan pertambangan ilegal itu. Ini demi kebaikan perusahaan juga demi kebaikanmu."

"Maaf, Editor. Kenapa berita tersebut harus dihapus? Bukankah hal itu tidak merugikan pihak perusahaan? Bahkan, beritanya juga sudah tersebar," jelas Vey ragu. Ia tidak bermaskud membantah, hatinya hanya ingin tahu alasan apa yang menjadi penyebabnya.

Netra Editor Chang bergulir, kepalanya sedikit menunduk diiringi embusan napas berat. "Sebenarnya aku tidak mau memberitahumu soal ini. Tapi mana bisa aku menutupinya dengan orang yang bersangkutan alias dengan dirimu, Vey."

Ucapan Editor semakin membuat ribuan tanda tanya muncul di benak Vey.

"Tadi pagi-pagi buta, seseorang tidak dikenal menghubungiku. Dia bilang, kantor kita harus secepatnya menghapus berita penutupan pertambangan ilegal itu. Jika tidak, dia mengancam akan menghancurkan kantor kita. Bahkan, dia mengancam keselamatanmu juga, Vey. Karena dia tahu, kaulah yang waktu itu mewawancari seseorang untuk menguak informasinya," lanjut Editor.

Keterkejutan tidak bisa disembunyikan dari gadis di hadapan Editor Chang. Dia menggigit bibir bawah dengan perasaan cemas. Siapa orang yang berani melakukan itu?

Wanita berbalut kardigan hitam yang tadi duduk di kursi kebanggaannya kini bangkit. Editor berjalan pelan mendekati jendela sembari melipat kedua tangan. Dia berpikir masalah ini cukup serius. "Kau tahu kenapa dia sangat ingin sekali menghapus beritanya?" Vey sontak menggeleng. "Karena ternyata orang yang kau wawancarai itu bukanlah orang dari pihak perusahaan pertambangan North Cordero. Dia orang asing, entah siapa orang itu sebenarnya. Maka dengan begitu, informasi yang kau dapatkan juga tidak benar."

Vey bergeming cukup lama, otaknya benar-benar tidak bisa mencerna semua penuturan Editor Chang. "Jadi ... maksud Editor kita ditipu oleh narasumber waktu itu?" tanya Vey.

"Bisa dibilang begitu."

Vey sedikit menunduk, dia merutuki dirinya sendiri. "Pantas saja, aku merasa ada yang aneh. Karena sebelum hari itu, wartawan mana pun sulit menembus pihak perusahaan North Cordero. Tapi entah kenapa saat itu aku dengan mudah menjumpai salah satu orang yang mengaku bersangkutan dengan perusahaan pertambangan tersebut. Namun, ternyata aku dikelabui."

EVIGHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang