- XX -

34 5 25
                                    

"Selamat datang, Slakarz. Akhirnya kau berkunjung juga kemari," sambut Raja Kazh seraya memeluk singkat pria yang berdiri di pintu masuk istana.

Pria yang tampak seumuran dengan Raja Kazh itu membalas pelukan sembari tersenyum senang. Setelahnya seorang pelayan istana datang membawa sebuah nampan. Jubah merah yang terlihat gagah tampak bertengger di sana. "Sesuai janjiku, aku akan menyambutmu dengan jubah berbahan Sutra Dupion asli."

Raja Kazh meraih kain tersebut lalu menyampirkannya pada leher Slakarz dari belakang. Pria itu kini tampak lebih gagah dengan jubah yang menjuntai di punggungnya. "Terima kasih, Yang Mulia. Kau sudah menyambutku sehangat ini," ucap Slakarz.

"Jangan panggil aku Yang Mulia, Wahai Sepupu."

Mereka terkekeh seraya berjalan memasuki ruangan yang sering digunakan sang raja saat berkumpul dengan teman atau keluarga. Beberapa pelayan datang menyajikan makanan dan minuman untuk keduanya. Pun dengan Zrad Marqshi yang masih setia membututi rajanya.

"Kudengar-dengar, kau menghukum salah satu penduduk Vascaria dengan kutukan? Apa itu benar, Kazh?" Slakarz memulai obrolan sembari mengupas ubi ungu yang dihidangkan.

"Iya, Slakarz. Waktu itu kenapa kau tidak datang? Padahal acara eksekusi hukumannya begitu menyenangkan."

Slakarz terkekeh seraya memasukan makanannya ke mulut. "Kau tahu sendiri, 'kan, aku sibuk mengurus daerahku." Pria itu memang merupakan kepala daerah dari kalangan Swarg.

"Aku memang tidak salah memilihmu menjadi pemimpin di daerah kalangan atas," dalih raja.

"Omong-omong ... kutukan apa yang kau berikan pada orang itu? Kau tidak mengutuknya menjadi binatang, bukan?" tanyanya diiringi tawa.

"Kutukan menjadi binatang tidaklah cukup."

"Siapa tahu kau melakukannya, sama seperti kejadian beberapa tahun silam saat kau mengutuk seseorang menjadi binatang. Aku kira kutukan kali ini akan sama."

Sontak kedua netra Raja Kazh mendelik, ia menelan saliva gugup dan berusaha sebisa mungkin agar sepupunya itu tak melihat perubahan raut wajahnya. "Ah, tidak. Itu masa lalu. Lagipula binatang itu sudah mati."

Slakarz hanya mengangguk. Dia tahu Raja Kazh pasti merasa cemas, karena perihal kutukan beberapa tahun silam memanglah menjadi rahasia besar. Hanya beberapa keluarga termasuk Slakarz dan sang penasihat kerajaan saja yang mengetahuinya.

"Lalu sekarang kutukan macam apa yang kau berikan?"

"Dia kukutuk menjadi siluman yang sangat mengerikan. Dia akan berubah saat berdekatan dengan orang yang dicintainya. Dengan begitu, dia tidak akan pernah bisa memiliki cinta," jelas Raja Kazh menyunggingkan senyuman miring.

Kedua mata Slakarz membola. "Apa? Yang benar saja? Bukannya dia dihukum karena membunuh Gust Count? Lalu kenapa kutukannya malah jadi perihal cinta?"

"Itu karena dia telah berani menolak cinta putriku di depan umum! Aku jelas tidak suka jika apa yang putriku inginkan tidak ia dapatkan," geram sang raja mengeraskan rahang. "Dan kau benar, Slakarz. Dia dihukum karena membunuh Gust Count. Maka dari itu, aku buat dia merasakan sakit yang luar biasa di saat wujudnya akan berubah."

Tepuk tangan Slakarz berikan pada Raja Kazh, dia merasa kerabatnya itu sungguh hebat. "Kau memang kejam, Kazh. Tapi aku suka itu! Hm ... apakah kutukan tersebut akan berjalan selamanya? Aku cukup kasihan pada pemuda itu, nasibnya sungguh buruk."

"Tidak, Slakarz. Kutukan itu bisa lenyap. Aku sengaja tidak membuat kutukan tersebut bersifat permanen. Karena aku juga tahu, Gust Count tewas bukan sepenuhnya kesalahan pemuda itu. Tapi dia melakukannya dengan tidak disengaja. Walaupun begitu, aku tetap tidak terima kehilangan Gust Count, maka aku tetap menghukumnya."

EVIGHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang