#21 Kabar

41 9 2
                                    


Rhea mendial nomor Orion dengan ragu. Bunyi telfon tengah menyambungkan membuat jantung Rhea berdetak lebih cepat.

Panggilan tersambung membuat Rhea tersentak "Ori" panggil Rhea pelan

Rhea meremas celananya dengan cemas. Detik demi detik berlalu tapi tetap ada jawaban apapun dari Orion hanya deru napas Orion yang dapat Rhea dengar.

Rhea semakin gelisah ditempatnya menarik napas dalam lalu menghempuskannya perlahan.

'Gue harus bisa' batin Rhea

"Ma-af" ucap Rhea terbata

Rhea kembali mengendalikan dirinya "Lo gak boleh nyerah ya gue tau lo kuat, love you Ori"

Bip.

Rhea langsung mematikan sambungan teleponnya. Air mata Rhea kembali menetes. Ini semua begitu berat baginya meninggalkan cowok dan teman-teman yang ia sayangi.

Rhea tau ia telah membuat kesalahan besar dengan meninggalkan Ori dengan cara seperti ini. Ia tau ia egois tapi ia tak bisa berbuat banyak.

Rhea memeluk kedua lututnya menyelipkan kepalanya disela-sela lipatan tangan. Terisak pilu ditemani gelapnya kamar tanpa ada penerangan. Dadanya terasa begitu sesak.Tanpa sadar Rhea terlelap dengan posisi duduk.

Orion Pov

Setelah pulang dari bandara gue langsung rebahin badan gue di atas kasur. Menatap langit-langit kamar gue dengan pandangan kosong. Diri gue seakan mati rasa. Gue gak tau seneng atau sedih, sakit atau terluka gue gak merasakan itu semua. Hambar, hancur, berantakan hanya itu yang menggambarkan hidup gue saat ini.

Tiba-tiba ponsel gue bunyi dengan malas gue ambil dari saku celana gue. Melihat nama yang tertera dilayar hp gue tersentak. Mata gue seakan terpaku melihat nama 'Rhea 💕' disana.

Gue diam seakan memastikan semuanya nyata bukan hanya hayalan gue doang. Setelah kembali sadar gue menggeser tombol hijau ke atas.

"Ori"panggil Rhea dari sebrang sana

Tanpa bisa gue tahan satu air mata lolos dari pelupuk mata gue. Dunia gue seakan kembali menemukan setitik cahaya. Gue diam lidah gue terasa kelu buat mengatakan sesuatu.

Gue terus natap ponsel gue tanpa mengatakan apapun. Disatu sisi gue sangat-sangat bersyukur Rhea baik-baik aja disisi lain gue kecewa dan sedih karena Rhea gak ada disisi gue lagi sekarang. Dia pergi ninggalin gue bersamaan dengan keluarga gue yang hancur.

Setelah beberapa lama terdengar Rhea tengah menghela napas panjang

"Maaf" kata Rhea terbata dengan suara sedikit serak meskipun Rhea berusaha nyembunyiin itu tapi gue tau.

Gue tetep diem sambil nunggu apa yang bakal Rhea omongin

"Lo gak boleh nyerah ya gue tau lo kuat, love you Ori" Setelah mengatakan itu Rhea menutup telfonnya sepihak

"I love you more, Rhea" balas gue pelan

"Kenapa lo ninggalin gue Rhe? Kenapa?" Kata gue sambil ngeliat ponsel ditangan gue

"Gue butuh lo Rhe" lirih gue sebelum akhirnya gue pergi ke kamar mandi. Menyegarkan badan gue dengan air dingin gue gak peduli sudah tengah malam sekalipun.

Setelah selesai gue keluar sambil memakai kaos dan celana selutut menuju kasur. Mengecek kembali ponsel gue yang diatas nakas siapa tau Rhea nelfon gue lagi tapi itu cuma harapan gue doang.

Jari gue bergerak mencari kontak Rhea. Ingin sekali gue ngehubungin dia tapi harus bisa nahan diri gue sendiri. Dia udah pergi, gue kembali naruh ponsel gue diatas nakas.

Orhe(o)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang