Chapter 7 ▪▪▪ Hilangnya Nazir
Di markas prajurit pertahanan, Avizo dan Jeyfir diintrogasi oleh dua orang dengan berbagai pertanyaan simpel. Hanya saja, satu diantara prajurit itu menanyakan hal hal yang seolah mereka berdua lah pembunuh si prajurit.
"Apa kau mencurigai kami, Tuan Jill?" tanya Avizo pada prajurit yang tidak percaya akan pernyataan mereka.
"Dalam dunia detektif seperti ini, semua patut dicurigai, Avizo Yandasa."
"Interupsi, orang yang patut dicurigai adalah orang dengan alibi lemah, sedangkan kami mempunyai alibi yang kuat. Dengan apa anda bisa mematahkan alibi kami?" tantang Jeyfir, Avizo menahan lengannya.
"Jill, jangan terlalu mencurigai hal yang belum pasti. Apa kau sudah punya bukti jika mereka adalah pembunuhnya?" Ujar prajurit lainnya yang bernama Keino. Akhir akhir ini Avizo sedikit sensitif dengan kata bunuh, rasanya ada sakit yang mendalam.
"Yaya, mungkin bukan mereka, tapi orang suruhan mereka," Avizo terlihat sedikit emosi karena dari tadi Jill berusaha memojokkan mereka.
"Jika kehadiran kami malah disebut sebagai tersangka, lebih baik kami kembali ke akademi. Kurasa alibi kami sudah cukup kuat. Sebagai siswa, belajar adalah kewajiban. Apa tidak ada pertanyaan lagi, Tuan Keino?" tanya Avizo
"Tidak ada, kalian boleh kembali. Di depan jalan ada jasa karpet terbang dan elang kilat jika ingin menggunakannya," ujar Keino.
Avizo dan Jeyfir kembali ke akademi dengan memakai jasa elang yang lebih cepat daripada karpet terbang yang hanya bisa terbang sejauh tiga lantai, sedangkan elang bisa terbang setinggi mungkin.
Prajurit yang baru saja tiada adalah prajurit yang tadi pagi menemui Avizo dengan tujuan yang belum jelas, itu lah mengapa pemuda bernetra biru tersebut merasa sedikit terbebani. Pasti ada sesuatu jika seorang prajurit mendatanginya. Sampai di gerbang akademi, Jeyfir membayar elangnya dan mentraktir Avizo.
"Jeyfir, menurutmu apa yang ingin dikatakan prajurit itu padaku tadi?"
"Aku bukan pembaca pikiran, Avizo."
"Kau benar, tapi apa salahnya menebak?"
"Seharusnya kau bisa menanyakan hal itu pada Reo, Rea, atau bahkan Liya, mereka punya insting yang tinggi jika peka. Sayangnya, mereka tidak melihat kejadiannya." Avizo diam, ia terlalu banyak berpikir akhir akhir ini. Seperti ada ruang kosong yang mengganjal dan menghantuinya, menuntut untuk digali.
"Nanti malam Festival Lampion masih berjalan, jangan terlalu memikirkannya, atau kau akan kehabisan kata kata nanti saat berhadapan dengan Liya," Avizo menautkan alis,
"Hubungannya?"
"Jika kau terlalu memikirkan kasus ini, kau tidak akan sempat memikirkan kata untuk menggoda Liya." Jeyfir terkekeh,
KAMU SEDANG MEMBACA
Kota Yadgara
FantasyBlurb Avizo Yandasa, pemuda biasa yang masih duduk di bangku akademi. Sosok yang sangat ceria, bersahabat, dan konyol. Hari harinya dipenuhi dengan kebahagiaan dengan orang tua beserta teman temannya. Namun, semua seolah musnah setelah adanya kasus...