Chapter 14 ▪ Distrik 1

21 6 2
                                    

Chapter 14 ▪▪▪ Distrik 1

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 14 ▪▪▪ Distrik 1

Avizo baru saja dibawa prajurit keamanan pergi ke markas pengadilan. Ia akan menjalani introgasi terlebih dahulu sebelum dewan hakim menjatuhkan hukuman. Istran dan Maya sangat syok akan kabar itu, mungkin mereka disuguhi berbagai argumen dan fakta penunjang yang mengarah bahwa Avizo bersalah, tetapi jauh dalam lubuk hatinya, mereka yakin bahwa ini hanyalah sekedar tuduhan. Apalagi, sebelum dibawa ke markas pengadilan, orang tua dan anaknya itu sempat bertemu sebentar. Avizo dengan wajah hilang arah berlutut di hadapan Istran dan berkata bahwa ia bukanlah pembunuh. Air mata Maya terus menetes melihat anak semata wayangnya lemah di hadapan suaminya. Sungguh, mereka sangat percaya bahwa Avizo bukanlah pelaku di balik pembunuhan Whark.

Di sisi lain, Jeyfir, Reo, Rea, Liya, dan Vhinta melakukan perjalanan menuju distrik satu. Bukan hal mudah untuk menempuhnya, mereka harus melewati hutan dengan kelainan reaksi kimia pada tanahnya, sehingga tanah disana bergerak naik turun seperti orang yang bernafas. Lalu, setelah hutan bernafas itu, mereka juga harus melewati sungai lebar dengan arus yang yang kuat. Untungnya Reo punya akal untuk memanggil awan, entah bagaimana pemuda itu bisa mempelajari cara berkawan dengan udara dan angin. Hingga akhirnya, sampailah mereka di distrik satu dengan bantuan beberapa peri yang berlalu lalang dan menunjukkan arah pada mereka.

Netra coklat cerah milik Liya terlihat berbinar melihat gapura megah berwarna merah menyala dengan ukiran ukiran indah yang menjadi gerbang dari distrik satu. Rea merangkul bahu Liya dan Vhinta.

"Kekasihmu akan keluar dari jeratan dewan hakim, Liya," ujarnya, lalu ia menoleh pada Vhinta, "dan mungkin kau bisa bertemu kembali dengan pemuda pujaan hatimu itu, Vhinta." Mereka tersenyum, ada secercah harapan yang dipegang erat.

Berbeda dengan Jeyfir dan Reo yang menatap gapura dengan raut biasa saja. Mereka memiliki pikiran masing masing, tetapi tujuan mereka berlima tetaplah sama, menemukan Nazir, walaupun dengan tekad yang berbeda beda.

Lima muda mudi itu melangkah mantap dan bertanya tanya pada warga tentang letak padepokan distrik satu, jaraknya cukup jauh dari gerbang, ternyata perjalanan setengah hari belum cukup menguras waktu, para warga membantu perjalanan mereka, entah itu memberi sedikit air atau menunjukkan arah.

Hingga sampailah mereka di depan gerbang yang maha kokoh dan tinggi. Vhinta berdecak kagum hanya dengan melihat gerbangnya. Sinar jingga dari semburat senja seolah menambah estetika tersendiri dari aura gerbang itu. Tiba tiba, salah seorang mendekat dan bertanya dengan sopan juga ramah.

"Permisi, tuan dan nyonya. Apa ada yang bisa saya bantu?" Reo menatapnya,

"Apa benar ini Padepokan Distrik Satu?" tanyanya,

"Ah... maksud anda Padepokan Kroshmonia ini?" Siswa Akademi Lano itu saling berpandangan kecuali Vhinta yang sudah tahu bahwa padepokan ini bernama Kroshmonia. Lagipula, apa yang tidak Vhinta ketahui tentang Nazir?.

"Iya , memang benar ini adalah Padepokan yang anda sekalian cari. Banyak yang tidak mengetahui nama padepokan ini, karena memang lebih sering disebut Padepokan Distrik Satu," jelas si pemuda ramah itu.

Kota YadgaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang