Chapter 16 ▪ Diskusi Yang Tertunda

17 4 11
                                    

Chapter 16 ▪▪▪ Diskusi yang Tertunda

Istran dan Maya sangat senang anak semata wayang mereka akhirnya kembali dengan nama yang bersih. Haturan terimakasih mereka berikan pada Mr. Ros yang sudah mengungkapkan jati dirinya sebagai bagian dari militer, dan ia harus menutupi identitas untuk keselamatannya. Avizo sekarang tahu, bagaimana Mr. Ros bisa mengenalnya dengan mudah. Reo yang merupakan anak jurusan militer mempunyai banyak jaringan dan mungkin saja Mr. Ros adalah salah satunya, karena pria itu menyinggung nama Reo dan Jeyfir saat perjalanan pulang tadi dan mungkin mereka salaing bertukar informasi.

Istran memberikan satu kuda ternaknya yang paling mahal untuk Mr. Ros. Namun, ia menolak, pria tersebut malah memilih kuda yang lebih murah, harganya berada di tingkat rata rata. Ia pun juga menjelaskan mengapa memilih kuda yang memiliki nomor ternak 075 itu. 075 memiliki sayap yang kecil tetapi lebar, hal itu bisa membantunya jika melewati beberapa keadaan yang genting, bobotnya pun tidak terlalu berat, sehingga memungkinkan untuk dipergunakan dalam perjalanan yang membutuhkan waktu cepat. Mr. Ros mengucapkan terimakasih pada Istran, begitu pula sebaliknya. Herfle yang merasa sudah tidak mempunyai kepentingan, segera mengundurkan diri.

"Herfle." Avizo mencekal tangannya sebelum pergi. "Aku mungkin tidak tahu apa apa tentang Nazir, aku juga tidak tahu apa yang pemuda itu lakukan sekarang, seberbahaya apapun itu," Avizo menimang kata katanya sekejap, "jika dia bisa dihubungi, katakan, kami berlima tetap disini. Membutuhkan sosok Nazir Dexendro. Katakan padanya untuk kembali bersama kami."

Herfle menampakkan senyum kecut mengingat sahabatnya itu sedang dalam keadaan super bahaya dan dirinya tidak bisa berbuat apapun selain selalu memantau gerak geriknya dan menjadi garda terdepan jika sang sahabat pulang dengan keadaan terluka.

"Aku akan berusaha menghubunginya lewat telepati jika keadaannya memungkinkan."

"Terima kasih, Herfle."

0oo0

Di sisi lain, pemuda dengan netra berwarna merah menyala itu tengah berjalan tersrok seok dari gerbang Padepokan Kroshmonia. Banyak sekali luka yang bersarang di seluruh bagian tubuhnya. Angin malam membuatnya semakin beku, seolah pintu yang tinggal berjarak 10 langkah panjang itu tidak mampu ia gapai.

"M-ma-master...," gumamnya lirih.

Tak lama, sebuah angin berhembus kencang, si pemuda tak sanggup lagi untuk menapak, bersamaan dengan ambruknya tubuh tak berdaya itu, dua tangan telah menangkapnya sigap. Angin kencang yang tadi berhembus mulai menampakkan wujudnya sebagai Master Hoggle, Guru Besar Padepokan Kroshmonia. Tatapannya sangat teduh, terselip rasa iba pada murid kesayangannya ini. Tak butuh waktu lama bagi Hoggle untuk segera membawa Nazir ke dalam ruang pengobatan. Tidak ada waktu lagi untuk memanggil healer lokal, jika terlambat sedikit saja, nyawa pemuda tak berdaya itu akan dibawa pergi oleh kunang kunang merah muda. Sang guru memancarkan energinya dan segera memberikan pertolongan.

"Avizo..," Nazir menggumam lirih di sela ketidaksadarannya. Ia terus menggumamkan nama Avizo. Hingga tenaga Hoggle mulai terkuras habis, sang guru itu berhenti dan duduk di sebuah kursi kayu untuk menyandarkan punggungnya. Pertolongannya pada Nazir kali ini tidak main main, bahkan ia sempat kehabisan nafas selama 5 detik. Hingga tak lama, seekor burung merpati berwarna merah gelap datang melewati jendela lalu hinggap di pundak kanan Hoggle dengan sebuah surat yang tertambat di sela kakinya. Hoggle segera mengambil dan membacanya.

Hai, Master. Maaf jika nanti aku kembali dengan kekuatan yang tak lagi utuh. Aku masih berusaha lari dari kejaran Yal yang semakin gencar untuk membunuhku. Mereka sama sekali tidak memberi celah untuk keluar dari zona berbahaya ini. Entahlah, aku akan kembali ke padepokan dalam keadaan masih bernyawa atau tidak, atau malah aku tidak akan kembali ke padepokan setelah ini.

Kota YadgaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang