Chapter 9 ▪▪▪ Malam Puncak Festival
Sore kali ini, semua serba sibuk kembali mempersiapkan malam puncak festival lampion, dimana akan diadakan penerbangan lampion secara bersama sama. Namun, di markas kemiliteran Kota Yadgara terjadi sesuatu genting. Mereka mendapat surat aneh dari pembunuh prajurit kota palva.
"Aku menempatkan segala hajat di antara kerlip api yang terbang. Disana, akan kubawa boneka tampan. Tunggu dan nikmati saja.
-A"
"Ini adalah surat pemberitahuan dari si pembunuh. A. Dia juga yang mengakhiri hidup Liet beberapa hari lalu, prajurit terbaik Kota Palva yang baru saja naik daun," ujar salah satu prajurit,
"Ya, A juga mengirim pesan seperti ini menjelang kematian Liet."
"Menempatkan segala hajat di antara kerlip api dengan membawa boneka tampan ..." ujar Georji, Kepala Divisi Satu Prajurit Kota Yadgara. "Tidak salah lagi, dia akan kembali membawa korban saat acara festival lampion."
"Apa itu berarti kita tidak bisa menemukan dan menyelamatkan korban sekarang?" tanya salah satu prajurit lagi.
"Terlalu mustahil. Kita tidak tahu dimana pembunuh itu berada. Waktu yang kita punya menjelang puncak festival tidak akan cukup untuk mencari keberadaanya tanpa satu pun petunjuk. Yang mana artinya, kita hanya bisa menunggu sampai si pembunuh menampakkan korbannya."
"Dengan kata lain, kita akan membiarkan adanya korban lagi?"
"Ya." Ada gurat risau di antara wajah Georji yang kian tua itu, ia juga tidak ingin si pembunuh menang dengan mudah. Bahkan leluasa mengambil nyawa orang yang tidak bersalah.
"Hendrick, periksa setiap prajurit, pastikan yang menjadi korban kali ini bukanlah salah satu dari kita," titah Georji pada salah satu bawahannya,
"Siap, Jenderal!"
Si bawahan langsung melaksanakan apa yang diperintahkan. Sedangkan Georji tengah menatap surat tadi dengan gelisah dan merasa gagal, ia duduk dengan aman di kursi sedangkan korban kedua tersiksa atau mungkin sudah meregang nyawa.
Tiba tiba, terdengar langkah setengah terburu ke arah ruangan Georji. Si pemilik mengerutkan alis saat mendapat ketukan pintu. Ia mempersilahkannya masuk.
"Zhreks!" Alangkah terkejutnya Georji mendapati salah satu dari pasukannya itu terluka parah, pelipisnya mengeluarkan darah, baju toga kemiliterannya sobek disana sini dengan bercak bercak merah. Georji segera memapah Zhreks menuju kursi panjang dan membaringkannya.
"Lapor, Jenderal. Kami--argggh!!" Zhreks mengerang kesakitan saat Georji berusaha menyembuhkan luka di bagian kakinya.
"Kau mengerang karena itu luka yang dalam. Aku hanya bisa menyembuhkan setengah, setelah ini, pergilah ke rumah pengobatan Dokter Lui." Zhreks menggeleng, ia memaksa mulutnya bergerak.
"Aku dan Storklo baru saja selesai menuntaskan tugas untuk memata matai musuh besar kita, Yal. Namun, saat pergi dari kawasannya, kami diserang habis habisan, dan Storklo ..., maafkan aku yang lemah, Jenderal," ujar Zhreks dengan sisa tenaganya. Georji mengeritkan graham, ia tahu apa yang dimaksud Zhreks.
"Aku sudah membawa jasadnya kemari, dan akan dikebumikan di tanah airnya, Kota Palva." Georji mengangguk, "kami mendapatkan hal yang berharga dari investigasi kali ini, Jenderal. Jeyfir Granda. Bisa jadi dia adalah target Yal yang entah mengapa Sion--Ketua Besar Yal--memerintahkan pasukannya untuk membawa Jeyfir ke markas Yal. Mereka juga membicarakan tentang putra semata wayang Jenderal Rilfer yang dikatakan tiada saat itu." Georji mengerutkan alis,
KAMU SEDANG MEMBACA
Kota Yadgara
FantasyBlurb Avizo Yandasa, pemuda biasa yang masih duduk di bangku akademi. Sosok yang sangat ceria, bersahabat, dan konyol. Hari harinya dipenuhi dengan kebahagiaan dengan orang tua beserta teman temannya. Namun, semua seolah musnah setelah adanya kasus...