Chapter 13 ▪ Tuduhan

9 6 0
                                    

Chapter 13 ▪▪▪ Tuduhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 13 ▪▪▪ Tuduhan

Langit memperlihatkan estetikanya di kala matahari belum sempurna menampakkan diri. Awan putih bergumul layaknya kapas lembut dan bertebaran di atas. Gedung sekolah masih terlihat sangat sepi, dan lagi lagi Avizo datang terlalu pagi, alhasil, hanya dirinya seorang lah yang berada didalam kelas. Mungkin, ada beberapa siswa kelas lain yang sudah datang, tetapi jumlah tersebut bukanlah bilangan yang cukup untuk meramaikan bangunan akademi yang memiliki 4 gedung besar.

Netra biru itu menangkap sosok di sudut matanya, dan tepat di ambang pintu, sekelebat sosok menarik atensinya. Avizo tergerak untuk melihat siapa yang ada disana. Ia pun melangkah keluar kelas dan melihat ke arah sosok tadi berkelebat. Karena merasa familiar, Avizo terus melangkah hingga sampai di lorong loker. Netra birunya menangkap sosok adik tingkatnya yang tengah menaruh buku di loker miliknya. Whark. Siswa tingkat 2 yang pernah menjadi rekan Avizo dalam sebuah pertandingan karya ilmiah.

Pantas saja, dia terasa tidak asing tadi, ternyata Whark.

Baru saja Avizo hendak melangkahkan kaki mendekat, netranya menangkap sesuatu yang lain. Sosok di taman depan lorong loker. Pria bertopeng dengan mata emas. Hanya satu nama yang terlintas di benak Avizo. Mr. Ros.

Apa itu benar Mr. Ros?

Avizo memperhatikan dengan lamat. Tidak salah lagi, yang ia ikuti bukanlah Whark, tetapi Ros, pria yang ia kenal di Padang Phillope. Saat hendak melangkah, Whark menyapa.

"Hey, Senior!" Avizo pun mengalihkan atensi dan menyapa balik dengan senyum khasnya.

"Oh, hey, Whark. Kita bertemu lagi." Whark mengangguk setuju,

"Yah, tidak kusangka penampilanmu masih sama seperti dulu, Elder." Elder adalah panggilan kepada kakak tingkat yang menjadi tradisi di Akademi Lano. Avizo terkekeh atas komentar yang dilontarkan Whark.

"Mengapa juga aku harus mengubah penampilanku? Yang bahkan sesederhana ini saja sudah mampu memiliki hati Altharliya. Bayangkan jika aku mengganti penampilanku agar tampak lebih keren dari ini, pasti Liya akan mengajakku menikah duluan," tutur Avizo seenak jidat, Whark tertawa mendengarnya.

"Lihat, bahkan selera humormu masih sama. Benar benar tidak ada yang berbeda dari saat pertama kali aku mengenalmu. Jangankan selera humor, gadis yang kau puja pun masih sama, Elder." Avizo tertawa,

"Aku memang pemuda setia, Whark."

"Pemuda setia? Tetapi suatu saat akan menjadi pria buaya begitu?" Avizo dan Whark tertawa bersama, si netra biru kelam itu sama sekali tidak tersinggung akan candaan tersebut.

"Kalau bisa dua, mengapa harus satu?" Kalimat itu membuat tawa Whark berhenti.

"Kau serius?? Ingin mempunyai dua gadis? Apa Elder Liya akan menyetujuinya?"

"Ck. Sejak kapan kau menjadi polos, Whark. Mana Eldermu ini berpindah ke lain hati? Jangan berpikiran buruk. Liya adalah yang pertama dan terakhir bagiku." Whark menghela napas lega, ia menggelengkan kepala,

Kota YadgaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang