Chapter 10 ▪▪▪ Kasus
Hutan itu terlihat lebat, pepohonan rindang memenuhi kawasan tersebut. Terlihat sosok pria berpakaian khas prajurit yang mendekat dan mengusap puncak kepala si pemuda, ia terkekeh,
"Ayahmu sangat tegas dan otoriter ya, Ryzgher?" Si pemuda menggeleng,
"Ayah disiplin, beliau ingin aku tangguh dan kuat sepertinya!" Si pria terkekeh lagi,
"Iya, beliau memang disiplin dan berharap kau dapat melampauinya."
"Siap siaga!! Aku akan menjadi seperti yang ayah inginkan!" Mata si pemuda terlihat bersinar, membuat si pria tersenyum senang, ia menunjuk ke arah burung di salah satu ranting pohon.
"Bidik burung itu, Ryzgher!" titahnya. Pemuda bernama Ryzgher tersebut mengangguk dan mengambil satu anak panah di balik punggungnya. Dengan sigap, ia menyipitkan mata agar fokus pada mangsanya. Dalam hati, Ryzgher merapalkan doa,
Dengan kuasa para dewa, semoga anak panahku tepat sasaran.
Busur itu melepaskan panahnya dengan keras, hingga kayu panjang dengan ujung tajam itu tertancap tepat mengenai si burung.
"Yuhuu!!" Ryzgher mengangkat busurnya tinggi tinggi dengan bangga dan sorakan bahagia.
"Selamat, bidikanmu semakin bagus akhir akhir ini."
"Semuanya tidak lepas dari latihan ayah dan paman."
Avizo terbangun dengan raut serius. Ia mengintip ke arah luar kamar, matahari telah bersinar terang, rupanya Avizo terlambat bangun pagi. Degup jantungnya masih bergemuruh, ada rasa tidak asing dengan nama Ryzgher. Tiba tiba, pintu kamarnya terbuka, menampilkan sosok Maya yang tersenyum ke arah anak semata wayangnya.
"Sudah bangun ternyata. Ibu kira, kau akan tertidur lama. Ayo sarapan, ayahmu sudah tidak sabar menyantap makanannya," ujar Maya, Avizo mengucek matanya perlahan sambil menguap,
"Ya, ibu. Aku akan segera kesana." Maya pun menutup pintu dan melengang meninggalkan kamar anaknya. Pemuda itu beranjak dari ranjang dan segera melangkah menuju kamar mandi untuk bebersih diri. Sebenarnya, ada rasa yang mengganjal sejak mimpi itu datang namun, Avizo masih berusaha menyingkirkan kejadian itu.
"Wah wah... sarapan kali ini terlihat sedap," komentar Avizo yang sudah selesai mandi dan kini berjalan menuju meja makan.
"Istri ayah yang membuatnya," sahut Istran
"Aku kira istri orang," balas Avizo,
"Heh!" Istran melotot pada anaknya
"Ayah juga orang kan? Bukan makhluk lain-awh!" Avizo menjerit saat Maya menjewer telinganya,
"Jangan terus terusan bercanda, sayang," ujar Maya setelah melepas jewerannya, sedangkan lawan bicara hanya menampakkan jajaran giginya sambil mengelus telinganya yang sempat memerah.
0oo0
Hari ini, sekolah diliburkan karena ada cuti bersama pasca festival selama satu hari. Avizo yang tidak ada rencana pun memutuskan untuk pergi ke ladang kuda terbang bersama dengan Istran. Perjalanan menuju ladang sangatlah menyenangkan bagi Avizo, ia bisa bertegur sapa dengan para peri dan dwarf yang tengah bekerja di hutan. Kali ini, Istran membersihkan ladang bersama buruh buruhnya, sedangkan Avizo akan mengajak para kuda berjalan jalan. Pemuda itu sangat senang, ia berkeliling padang rumput yang mana satu per tiga dari ladang rumput tersebut ditumbuhi Bunga Philoppe, bunga dengan mahkota berwarna gradasi ungu-kuning. Angin yang ditimbulkan dari kepakan sayap para kuda membuat kelopak dan daun Bunga Philloppe bergerak mengikuti arah angin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kota Yadgara
FantasyBlurb Avizo Yandasa, pemuda biasa yang masih duduk di bangku akademi. Sosok yang sangat ceria, bersahabat, dan konyol. Hari harinya dipenuhi dengan kebahagiaan dengan orang tua beserta teman temannya. Namun, semua seolah musnah setelah adanya kasus...