Chapter 17 ▪ Gudang

10 3 7
                                    

Chapter 17 ▪▪▪ Gudang

Georji tengah sibuk dengan berkas berkas yang diberikan Zhreks beberapa hari lalu saat dirinya terluka parah dan Storklo meregang nyawa. Disana, terpampang jelas tulisan tangan Zhreks yang memaparkan tentang struktur kepemimpinan Yal, semua kasus yang disebabkannya, dan keterkaitan antara Yal dengan keluarga Jenderal Rilfer beserta keluarga Ghoszo Marqousha.

Georji mengerutkan alis, ia perlu berdiskusi dengan orang yang bersangkutan. Jenderal Rilfer tidak diketahui keberadaannya, ia sedang dalam ekspedisi mencari anaknya yang diyakini masih menhembuskan nafas. Hingga nasib para prajurit yang diketuainya kini tengah tidak baik baik saja. Sedangkan keluarga dengan marga Ghoszo Marqousha pun seperti lenyap ditelan masa. Namun, beberapa waktu lalu, mata mata selain Zhreks menemukan fakta bahwa Yal kini sedang gencar memburu salah satu anggota keluarga G. M. yang bernama Nazir Dexendro, si mata mata berhasil mengumpulkan data bahwa Nazir adalah siswa Akademi Lano jurusan Militer tingkat 4, ia juga salah satu murid di Padepokan Kroshmonia. Hingga seseorng membuka pintu ruangannya tanpa ijin. Sontak Georji menatap nyalang namun, pria itu langsung berdiri dan membungkukkan badannya pada pria yang baru saja menutup pintu ruangan erat erat. Entah memang sudah takdir atau apa, yang pasti Georji sedikit bersyukur akan kedatangannya.

"Salam hormat, Jenderal Rilfer."

"Salam hormat, Ketua Georji." Mereka sama sama menegapkan tubuh, Georji mempersilahkan Rilfer untk duduk di depannya setelah membereskan berkas beekas yang tadi berserakan.

"Apa yang membuatmu kemari dengan penyamaran seperti ini, Jenderal?" Rilfer duduk, ia mencondongkan tubuhnya seolah akan membincangkan hal serius yang tidk boleh didengar siapapun kecuali Georji.

"Apa kau bisa membantuku untuk suatu hal?" Georji menatap bingung Jenderal di depannya.

"Tentu saja, Jenderal. Jika aku bisa membantu." Rilfer mengangguk,

"Aku telah menemukan anakku." Mata Georji membulat sempurna. Kabar yang ia anggap angin lalu itu ternyata dilakoni serius oleh Jenderal Rilfer.

"K-kau ...? J-jenderal, apa kau sudah memastikannya?" Sekali lagi Rilfer mengangguk dengan mantap.

"Aku tidak akan salah mengenali drah dagingku sendiri, Georji. Apa kau mau membantuku menemukannya?" Georji menatap sang Jenderal dengan pandangan terkejut,

"Sebisaku, Jenderal. Apa yang harus kulakukan?" Rilfer mencondongkan tubuhnya lagi, hingga mulutnya tepat di sebelah telinga Georji.

"A ...," bisiknya, "A adalah anakku." Georji tersentak, ia sangat terkejut mendengar pengakuan Rilfer. Mereka sama sama menjauh, si ketua prajurit dari kota yadgara itu diam menanggapinya. Tak ada satu patah kata pun yang terucap dari mulutnya.

"Aku juga akan membantu menangkap anakku, A. Itu sudah tugas dari kemiliteran." Georji berdiri dan menyiapkan berkas berkas yang akan ia gali lebih jauh lagi. Ia menatap Rilfer dari kejauhan.

"Kami tengah berusaha menangkap A, Jenderal. Aku tidak ingin berjanji untuk membawanya dengan keadaan baik baik saja." Ada raut gelisah di wajah sang Jenderal.

"Ya. Kau tidak perlu membawanya dalam keadaan baik baik saja. Cukup bantu aku berhadapan dengannya, bertatap muka." Rilfer menghembuskan nafas beratnya, "Hanya A yang sekarang aku punya, Ketua Georji." Georji menghela nafas, ia tahu bagaimana perasaannya, pria itu mendekat dan mencengkeram bahu kanan Rilfer,

"Kau masih memiliki kami sebagai keluargamu, Jenderal. Semoga keputusan pihak kehakiman nanti tidak mengubah kilat semangat yang selalu kau pancarkan."

0oo0

Avizo kini telah kembali bersekolah, ia sangat senang bisa bertemu lagi dengan temant temannya, apalagi Altharliya yang langsung memeluknya erat. Gadis itu tengah memecahkan celengan rindu yang ia tabung semenjak kekasihnya dibawa ke sel tahanan atas tuduhan yang belum jelas. Mereka beranjak ke kantin akademi dan memesan berbagai makanan untuk merayakan kembalinya Avizo.

Kota YadgaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang