Bab 1 - Perayaan Ulang Tahun

217 42 57
                                    

Aku melihat ke sekitar dengan penuh rasa bangga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku melihat ke sekitar dengan penuh rasa bangga. Hasil jepretanku tadi pagi yang terpampang jelas menunjukkan beberapa foto panorama pinggir jalan terbingkai indah, dengan balutan warna monokrom terpasang di setiap sisinya.

Sorak semarai teman kelasku melanglang buana berputaran di dalam ingatan. Seolah euforia dari pesta ulang tahun keenam belas yang kurayakan tadi malam belum usai, puluhan sampah bekas bungkus kado masih berserakan di sekitaran kamarku. Membuatku yang sedikit menyukain kerapian ini harus beberapa kali mengembuskan napas kasar melihat kekacauan yang telah kuperbuat.

Pandanganku beralih menatap sebuah kamera lama keluaran beberapa tahun lalu, yang diberikan sebagai kado ulang tahun oleh ayahku tadi malam. Terbilang masih bagus untuk digunakan hingga beberapa tahun ke depan.

Kamera itu, yang kini membuatku kembali menjadi sangat tergila-gila untuk memotret beberapa objek. Bahkan, hingga Minggu siang ini seluruh kegiatanku telah dipenuhi dengan mengambil gambar melalui kamera tersebut. Tak peduli seberapa banyak kapasitas kartu memori yang telah kugunakan untuk menghasilkan ratusan foto yang indah. Sudah pasti karena itulah kini aku tidak dapat menggunakan kameraku untuk sementara waktu--kapasitas memorinya telah habis.

Setelah bersiap selama lebih dari satu jam yang lalu. Rapat OSIS pertama untuk dewan kepengurusan baru di angkatan ke-14 membuatku harus datang tepat waktu.

"Aleana ... Angga udah nungguin di luar."

Mama memanggilku dari lantai satu. Suaranya terdengar halus berbanding terbalik dengan intonasinya yang sangat melengking.

Mendengar panggilannya, aku pun mulai berjalan pelan menuju ke lantai bawah sambil menggendong tas juga mengalungkan tali kamera di leherku.

"Ma, Aleana pamit, yaa ...." Aku berteriak memanggil Mamah yang masih menuntaskan urusannya di dalam kamar mandi. Sambil berlari pelan, langkah kecilku akhirnya mencapai palang pintu utama.

Dari tempatku berdiri saat ini, bola mataku menangkap seorang laki-laki yang sedang memainkan ponselnya, sambil duduk di atas motor yang terparkir tepat di depan gerbang.

Suara Mama dari arah kamar mandi saat ini berhasil membuatku sedikit tenang. Izin darinya, serta suruhan untuk membeli kartu memori baru membuat diriku mulai berjalan pelan meninggalkan rumah dengan perasaan lega setelah menutup pintu depan.

Angga di sana. Teman seangkatanku yang saat ini sedang duduk diam menungguku di atas jok motor. Sang Ketua OSIS baru yang telah menggantikan Kak Dean--angkatan sebelumnya.

Aku pun mendekat ke arahnya. Suara musik rock yang terdengar sedikit samar keluar dari sela-sela earphone yang dikenakan oleh pemuda itu membuatku tersenyum kecil.

Dengan pelan, tanganku menyentuh pundak kokoh laki-laki di depanku. Mencoba untuk menyadarkan pemuda itu dari dunianya sediri.

Angga sedikit terkejut. Raut wajah tegas serta kulit putih bersihnya sedikit kemerahan karena berada terlalu lama di bawah sinar matahari. Pemuda itu tersenyum sambil menyapaku dengan hangat.

Everything Will Be Fine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang