Beberapa kali aku harus mengucapkan permintaan maaf ketika tak sengaja menabrak tubuh orang-orang di sekitar yang juga sedang berlalu-lalang.
Setelah upacara pengibaran bendera selesai. Koridor menuju kelasku terlihat sangat padat oleh puluhan murid dari seluruh kalangan yang berjalan di sana dengan berbagai macam makanan yang dibawa, meski bel masuk sudah berbunyi beberapa saat yang lalu. Dalam keadaan yang seolah bergerak saja harus menunggu yang di depan, tiada pilihan lain selain mementingkan ego untuk berlari menembus gerombolan orang-orang itu supaya tak terlambat mencapai kelasku.
Percayalah, bukan aku yang melakukan hal nekat ini tanpa alasan. Kamera dan baju olahraga yang tertinggal di dalam kelas adalah satu-satunya alasan utama kenapa sekarang aku benar-benar mendapatkan sumpah serapah yang terdengar keluar mengutukku dari para murid yang tak sengaja kutabrak barusan.
Dalam hati, aku hanya dapat berharap semoga mereka tak mengenaliku. Semoga saja, jangan sampai aku menjadi musuh abadi bagi mereka yang telah aku tabrak.
Pintu besar berwarna hitam terlihat terbuka dari tempatku berdiri. Setelah berhasil melewati kerumunan, mataku hanya menangkap deretan kursi menumpuk di atas meja yang belum sempat diturunkan selepas piket oleh beberapa teman sekelasku tadi.
"Lagian siapa yang ngide masukin mata pelajaran olahraga di jam pertama, sih? Hari Senin pula."
Aku berjalan menuju mejaku yang terletak tak jauh di belakang kelas. Suara entakan sepatu terdengar berpadu dengan ramainya orang yang masih berdesakan di luar sana.
Tubuhku seketika mematung. Aku berdiri diam menatap seseorang yang telah lolos dari pandanganku ketika masuk ke dalam kelas tadi. Bukan salahku melupakan orang itu, hanya saja tempatnya kali ini tertidur sangat tersembunyi tertutupi oleh deretan kursi di depan mejanya sehingga membuat siapa pun yang berada di depan kelas tak akan menyadari jika ada satu bangku yang telah turun sempurna.
Orang itu tertidur dengan kepala tertopang oleh kedua tangannya yang menumpu di atas meja. Dengkuran kecil terdengar bagaikan dia lelah dan perlu istirahat lebih banyak lagi dari dunia yang fana ini.
Pemuda itu, Allegra Reinaldi. Dia tertidur di atas meja. Rambut hitam gelapnya itu beberapa kali tertiup angin sepoi-sepoi sehingga menimbulkan sentuhan langsung dengan kulit tangan pemuda itu yang berwarna putih bersih.
Diriku membuka ritsleting tas ransel yang tersimpan di atas meja dengan hati-hati. Mengeluarkan benda keramat--kamera--di dalamnya juga baju olahraga yang harus aku pakai.
Setelah berhasil mengeluarkan semua yang telah aku butuhkan. Terbesit di dalam pikiran akan mengikuti instruksi Angga kemarin yang sempat diperbincangkan untuk memotret pemuda yang sedang tertidur tak berdaya di sana.
Melihat Allegra yang seolah tak bergerak seinci pun. Aku memberanikan diri untuk mendekat ke arahnya. Kulihat ke sekitar masih sunyi. Tak ada orang lain selain kami berdua yang kini menetap di dalam kelas. Mereka semua, berkumpul di tengah lapangan setelah tadi kulihat guru olahraga membawa teman kelasku untuk melakukan praktik kebugaran jasmani sepulang dari rapat OSIS.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Will Be Fine
Misteri / ThrillerCERITA INI DIIKUTSERTAKAN DALAM 1ST ANNIVERSARY ANFIGHT BATCH 8 . . Aleana Wulandari merupakan seorang photoholic sejak pertama kali ayahnya memberikan kamera sebagai hadiah ulang tahun yang keenam belas. Anak baru yang duduk di kursi bagian belakan...