BAB 13

466 76 50
                                    

Masih dengan laki-laki tak jelas disampingnya membuat Jisoo merasa risih. Pasalnya Edward masih saja mengikuti Jisoo yang sedang menikmati dunia diluar istana. Dan bisa ia bayangkan tatapan Edward yang masih menatapnya seperti mengintimidasi dirinya adalah seorang penjahat.

Jisoo membayangkan betapa mengerikan dan takutnya ia saat membayangkan Edward akan membunuh dirinya kalau ia lengah. Jisoo bergidik ngeri, kemudian berjalan sedikit menjauh dari Edward.

"Kau tidak pernah sarapan?" Tanya Edward tiba-tiba.

Jisoo melongo, "ah?"

Edward menatap perempuan polos disampingnya dengan ekspresi wajahnya yang datar, "aku mendengar desas desus kalau Putri Jisoo anti sarapan."

Jisoo tertawa mendengarnya, "jadi, kau percaya?"

Edward menggeleng, "tidak?"

"Sama saya juga tidak percaya." Lanjut Jisoo bercanda.

Namun senyumnya ia tahan saat Edward masih dengan wajah datarnya. Membuat Jisoo menelan ludahnya kerena merasa leluconnya yang tidak lucu.

Dengan tenang, Edward berhenti melangkah dan berhenti didepan pedagang pedang. Laki-laki itu mengambil pedang dengan balutan kain merah dan mengusapnya tanda ia tertarik akan pedang tersebut.

"Kau mau?" Tanya Edward spontan.

Butuh beberapa detik hingga akhirnya Jisoo menjawab, "untukku?"

Edward tersenyum miring, "tentu saja untukku,"

"Lalu mengapa dia menawariku!" Batin Jisoo.

Seakan paham dengan isi kepala Jisoo, Edward kembali bicara. "Akan kuberikan padamu suatu saat nanti,"

"Menurutmu setajam dan sesakit apa jika ini mengenai tubuhmu?" Tanya Edward. Pandangannya yang tadi ke pedang ia alihkan keprempuan mungil dan rapuh dihadapannya.

Jisoo berdeham, "ya. Kau mungkin bisa membuat sarafku mati."

Edward tersenyum lebar, "benarkah?"

Jisoo melemparkan tatapan tajam sekali ke arah Edward sebelum kemudian mengambil alih memegang pedang tersebut dari tangan Edward, Jisoo meniru gerakan Edward barusan. Mengelus pedang tersebut dan menatap Edward dengan tatapan penuh.

"Sepertinya akan seru jika menyayat seseorang dengan pisau yang lebih kecil dan tipis, serta mengulitinya pelan-pelan. Itu akan lebih menyiksa bukan?" Tanya Jisoo dengan senyum lebarnya.

Edward sedikit tertawa, sedikit terkejut oleh ucapan Jisoo. Ia mengakui bahwa perempuan didepannya adalah perempuan yang sama liciknya dengan dia. Perempuan yang terlihat kecil dan rapuh itu memiliki sisi kuat didalam dirinya. Dan Edward semakin merasa tertantang untuk menyakiti Putri Jisoo.

Jisoo melemparkan pedang tersebut yang langsung ditangkap oleh Edward. Perempuan itu mengacungkan jempol pada Edward.

"Hati-hati dengan kata-katamu Putri Jisoo," ujar Edward dan kembali menaru pedang tersebut.

Jisoo menaikan alisnya sebelah, "kata-kata yang mana?"

Jisoo termangu, ragu. "Oh!"

"Kata-kataku yang memiliki arti bahwa aku akan memberikan penyiksaan paling menyakitkan?" Tanya Jisoo memastikan.

Edward tertegun. Kemudian tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Putri Jisoo yang seakan berani mengancamnya. Ia menatap Jisoo penuh selidik, lalu menggigit bibir bawahnya singkat.

"Kenapa tertawa?"

Sebelum menjawab pertanyaan yang keluar dari mulut Jisoo, Edward menatap sekelilingnya dan bergumam kecil pada perempuan dihadapannya.

BIG EMPIRE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang