BAB 14

260 55 19
                                    

Pangeran Jin menatap Pangeran Sehun tegas, "mengapa kau sok akrab?"

Yang ditanya hanya menaikan satu alis sebelah kirinya, Pangeran Sehun menaikan bahu lalu pandangannya kembali pada Jisoo yang mulai merasa tidak nyaman diposisinya.

Jika sampai pangeran jin tahu mengenai ini, dia pasti akan curiga dan melarangku mendekati pangeran sehun.

Dalam kondisi seperti ini, Jisoo menyuruh pembantu istana untuk menuangkan arak untuk ketiga pria disekelilingnya.

"Mari di minum.." ujar Jisoo sambil tersenyum ramah.

Ketiga pria itu meminum dengan melihat satu sama lain dengan tatapan mata tajam. Pangeran Jin meminta gelasnya diisi ulang, Jisoo segera menuangkan arak buru-buru.

Kepala kasim yang memang ditugaskan memantau pangeran Jin langsung menghentikan tangan Jisoo saat ia akan menuangkannya lagi kedalam gelas pria itu.

Pangeran jin menatap kepala kasim dengan sebal, "apa yang kau lakukan?"

"Maaf Pangeran, anda tidak boleh meminum terlalu banyak. Sebentar lagi akan ada pertemuan di Istana." Ucap Kepala kasim dengan sedikit takut. "Mohon maaf akan kelancangan hamba.."

Edward tertawa, "kau ini bagaimana bisa meminum arak padahal akan berjumpa orang penting?"

Pangeran Jin menghela nafas lelah, ia memang dari kemarin tidak bisa beristirahat dengan tenang karena tugas istana yang menumpuk. Dan sebentar lagi ia akan melakukan perjanjian dengan suku seberang akan kerja sama untuk tambang emas.

Jisoo yang nampak sedikit khawatir mengelus tangan Pangeran Jin, "kau harus semangat, aku yakin Pangeran pasti bisa melewatinya."

Pangeran Sehun melihat hal itu dalam diam sambil mengalihkan pandangan keluar. Tangannya mengepal, entah apa yang ia rasakan tapi ia tak suka melihat kejadian dihadapannya sekarang.

Setelahnya Pangeran Jin pamit karena sudah waktunya pertemuan penting di istana mulai. Hingga saat tinggal mereka bertiga.

Edward menatap Jisoo dengan sinis dalam diam, Perempuan dengan wajah polos dihadapannya ini Edward sangat membencinya. Alice, adik tersayangnya harus mengalami patah hati dan hal sulit karena gadis didepannya. Edward tidak akan tinggal diam, ia sudah mempunyai rencana yang matang agar perempuan dihadapannya tidak menjadi beban bagi adiknya.

Tiga menit berlalu, Edward mulai membuka suara. "Sepertinya sekarang kalian menjadi dekat?"

Jisoo langsung menatap Edward spontan, ia tahu Edward bukan lah laki-laki baik seperti yang ia ketahui dari Pangeran Sehun. Setelah mempunyai bukti bahwa Edward licik, ia akan memberi tahu Pangeran Sehun agar laki-laki itu percaya padanya.

"Lumayan,"

"Mungkin."

Edward menatap keduanya secara bergantian. "Haha, wah.. kalian gugup?"

"Maksudku, akhir-akhir ini kami suka mengobrol." Jelas Jisoo cepat.

Edward mengangguk, "sepertinya kau cukup berubah setelah kau pingsan."

Pangeran Sehun menatap Jisoo khawatir akan jawaban yang akan perempuan itu jawab. Lagi pula mengapa Edward mengurusi hidup orang lain tidak seperti biasanya yang tidak perduli pada siapapun.

"Berubah?"

Jisoo tersenyum, "tentu saja.. aku yang sekarang sangaaaat berbeda dengan aku yang dulu."

Edward menaikan satu alisnya, "sungguh?"

Jisoo membalas dengan anggukan mantap. "Sayangnya, sifat kelembutanku sudah memudar."

BIG EMPIRE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang