5 - Memori tak Seharusnya

40 18 2
                                        

Sayap itu semakin bersinar, mengaburkan pandangan putri Ghassani. Ia menutup matanya karena terlalu silau. Perlahan, senyum pria itu menghilang, tenggelam oleh cahaya di belakangnya.

***

Ghassani membuka matanya. Ia melihat sekeliling. Dia berada di atas awan, mengapung di langit yang indah.

Seseorang di belakangnya memeluknya. Ia berkata,

"Putri kecil, tak apa. Aku akan menjagamu. Tolong jangan lupakan aku. Tetaplah ceria. Jangan menangis." Pria itu kemudian tersenyum manis. Ghassani tersenyum menunjukkan giginya dan mengangguk. Pria itu tersenyum semakin lebar.

"Tapi, paman siapa?"

"Kau akan tau nanti. Sekarang pulanglah."

Kemudian pria itu mengeluarkan sayapnya. Sayap itu seakan memeluk Ghassani, menyelimutinya. Lagi, kilau cahaya membuatnya sulit membuka mata.

***

Putri kecil itu membuka matanya setelah merasa cahayanya sudah redup. Ia berada di sebuah taman bunga.

Seseorang kemudian berlari ke arahnya.

"Ghassani? Itu kau?!" Teriaknya. Ghassani membalikkan badannya.

"Kak Zayyan! Kakak...." Ghassani dan Zayyan berlari saling menemui satu sama lain. Zayyan segera memeluk adiknya itu.

"Kakak baru dapat kabar kalau kau hilang saat piknik. Para penjaga juga banyak yang terbunuh. Apa yang terjadi? Seharusnya aku ikut piknik juga bersamamu. Seharusnya aku tidak kesini" Kemudian teman-teman Zayyan yang lain berlarian menghampiri.

"Kami mendengarmu berteriak barusan. Ada ap... Ya ampun! Putri? Bagaimana bisa kau disini?" Salah satu teman Zayyan terkejut saat melihat Ghassani berada di pelukan Zayyan.

Zayyan yang berusia 15 tahun saat itu sedang melakukan tugas video bersama teman-temannya di taman pinggir kota. Jadi, dia tidak bisa ikut berpiknik bersama Ghassani dan lainnya.

"Benar, bagaimana bisa kau kemari?" Tanya Zayyan pada Ghassani penasaran.

"Aku bersama paman peri." Senyum Ghassani. Zayyan hanya tersenyum kemudian kembali memeluk adiknya.

***

Zayyan terpaksa harus menunda tugasnya. Beruntung teman-temannya bersedia mengerti situasinya saat ini.

Di perjalanan, Ghassani tiba-tiba teringat Teo, Danita, dan mamanya.

"Kak, bagaimana Teo, Danita, dan mama? Mereka selamat, kan?"

"Iya, tadi bibi bilang mereka bertiga berhasil diselamatkan oleh pengawal lainnya. Bibi pengasuh Danita juga saat ini pasti sedang di perjalanan menuju istana."

"Aku sangat takut, kak. Manusia penyu itu... Dia menembaki para pengawal."

DEG!
Zayyan terkejut. Amat terkejut.

"Kau.. Kau melihatnya? Kau benar-benar tidak terluka kan?"

Zayyan menyusuri setiap bagian kepala Ghassani.

"Aku tidak apa-apa kak. Sudah kubilang paman peri menyelamatkanku."

***

Sampai istana, Ghassani disambut pelukan oleh raja dan ratu. Ghassani membalas pelukan mereka.

***

Ghassani tidak bisa tidur malam itu. Kejadian tadi siang benar-benar membuatnya shock. Penembakan di depan mata, manusia penyu...

Ghassani akhirnya memutuskan pergi keluar untuk mencari udara segar. Ia terus berkeringat membayangkan kejadian tadi.

***

Ghassani kecil terpikir untuk pergi ke taman istana. Ia melihat sekeliling. Penuh dengan lampu warna-warni, seperti malam-malam biasanya.

Ia melihat air mancur, kemudian memutuskan untuk duduk di pinggir kolam air mancur tersebut.

Tak lama, Teo dan Danita tampak keluar dari dalam istana, kemudian menghampiri Ghassani.

"Kakak kesini juga ternyata." Ucap Danita.

"Aku terus berkeringat mengingat kejadian tadi. Jadi aku memutuskan untuk keluar dan mencari udara segar." Ghassani menunduk, mengayunkan kakinya lalu menangis.

Teo segera duduk di samping Ghassani. Ia menepuk punggung Ghassani pelan.

"Jangan mengingatnya!" Perintah Teo sambil terus menepuk-nepuk punggung Ghassani. Danita kemudian duduk di samping lain Ghassani dan menepuk punggungnya mengikuti apa yang Teo lakukan.

Flashback Off

***

Pagi pun tiba. Ghassani membuka matanya perlahan.

"Mimpi yang menakutkan." Ucapnya beranjak dari tempat tidur. Ghassani segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Mimpi itu terasa sangat nyata. Ia seperti benar-benar merasakan yang terjadi disana. Keringat membasahi tubuhnya saat ia terbangun.

Selesai membersihkan diri, Ghassani segera mengenakan pakaiannya. Tak lama, Melisa memanggilnya.

"Tuan putri, sarapan sudah siap. Semuanya sudah ada disana."

"Iya." Jawab Ghassani singkat. Ia masih berada di closet room, memandangi dirinya di cermin. Padahal ia asal memilih pakaian. Tapi saat bercermin, ia merasa sangat aneh saat memakai gaun santai itu.

"Putri memiliki banyak gaun yang sangat indah. Berbeda dengan lemari pakaianku yang sebagian besar isinya kaos dan celana panjang." Gumamnya. Dia melanjutkan, "Ini memang bukan gayaku. Tapi bagaimana lagi? Aku hanya bisa menemukan gaun disini. Ah, astaga. Aku cocok juga ternyata memakai gaun." Ghassani mengagumi dirinya sendiri. Ia lupa bahwa Melisa tadi memamggilnya. Tiba-tiba, mimpi tadi malam kembali melintas di benaknya. Ia kemudian merasa pusing.

"Aish, ada apa denganku." Ucapnya sambil memegang kepalanya.
"Bukankah biasanya ingatan mimpi selalu hilang beberapa menit setelah bangun? Tapi kenapa mimpi itu rasanya sangat nyata sehingga aku terus mengingatnya seperti ini?"

Melisa kembali memanggil. Tak kunjung mendapat jawaban, wanita paruh baya itu segera masuk ke dalam kamar Ghassani. Ia berhasil menemukannya tergeletak di lantai tak sadarkan diri.

Vote dan comment-nya jangan lupa ya ^_^

- MY UNIVERSE -



My UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang