6 - Tanpa Rasa

30 15 2
                                        

Ghassani terbangun. Ia memegang kepalanya sambil melihat lingkungan sekitar.

"Ini masih kamar putri, kan? Kenapa rasanya aneh? Semua gaunnya jadi kecil?"

Ghassani kemudian keluar dari closet room. Dilihatnya suasana kamar yang jauh berbeda dari sebelumnya. Boneka barbie yang tersusun rapi di rak yang sebelumnya rak tersebut adalah meja komputer. Tempat tidur putih dengan selimut pelangi. Padahal Ghassani ingat betul sebelumnya selimut itu berwarna coklat polos.

Ya. Setiap sudut kamar terasa jauh berbeda dari sebelumnya. Ghassani kemudian berjalan menuju jendela.

"Malam? Tadi bukannya masih pagi, ya? Apa aku pingsan terlalu lama? Tapi kenapa tidak ada yang menolong dan malah membiarkanku tergeletak di lantai?" Ghassani memiringkan kepalanya.

Pintu kamar terbuka. Tampak seorang gadis kecil di baliknya.

"Daaah" Gadis itu tampak melambai pada seseorang di depan pintu.

Ghassani berusaha bersembunyi. Tapi sepertinya gadis itu tidak melihatnya. Dia hanya menoleh ke arah Ghassani sekejap seolah tak ada apa-apa disana, kemudian berjalan ke tempat tidur.

Ghassani mengikuti gadis itu. Sang gadis kecil membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, kemudian memejamkan mata.

Ghassani memandangi wajahnya penuh rasa penasaran.

"Gadis itu rasanya seperti aku waktu kecil." Gumam Ghassani pelan.

"Apa mungkin aku ada di masa lalu tuan putri? Hah..."

Ghassani menutup mulutnya terkejut.  Ia berjalan mundur dan merobohkan rak yang penuh dengan boneka barbie, sehingga isinya berhamburan keluar.

BRAK!

Gadis kecil itu terbangun ketakutan dan menangis. Ia kemudian berlari keluar kamarnya.

"Aku tidak dapat dia lihat. Tapi aku bisa menyentuh benda-benda disini?"

***

Ghassani mengikuti gadis itu sampai kamar seseorang. Gadis kecil tersebut mengetuk pintu sembari menangis tersedu-sedu. Seseorang pun keluar dari dalam.

"Mama? Jadi benar dia tuan putri kecil? Jadi aku benar-benar berada di masa lalunya? Bagaimana bisa?" Gumam Ghassani pelan.

"Tapi saat ketakutan mengapa tuan putri malah lari pada mama? Bukan ayah dan ibunya? Ah, iya. Raja dan ratu sangat sibuk. Jadi putri pasti lebih dekat dengan pengasuhnya." Lanjutnya masih memperhatikan putri Ghassani kecil.

Ghassani pun mengikuti sang putri kecil. Karena ia meyadari tak ada seorang pun yang dapat melihatnya disini, jadi ia memberanikan diri untuk berlari. Ceroboh! Ghassani menyenggol sebuah vas bunga keramik di sampingnya hingga pecah. Tangis putri pun semakin meledak.

"Tuan putri tenanglah. Malam ini tidur dengan saya saja, ya." Kata Melisa menenangkan putri.

"Aduh! Aku lupa aku masih bisa bersentuhan dengan barang-barang. Aish, dasar ceroboh!" Ucap Ghassani memukul kepalanya sendiri. Tak sempat ia berlari, pintu kamar itu sudah ditutup Melisa.

Ghassani pun kembali ke kamar putri.
"Sebaiknya aku tidur saja. Lagipula aku bisa menyentuh benda-benda disini. Jadi aku pasti bisa tidur di atas kasur dan menggunakan selimutnya. Malam tidak akan terasa lama jika aku tidur." Ucapnya melenggang pergi.

***

Esok hari pun tiba. Burung-burung berkicauan merdu. Ghassani lekas pergi ke kamar mandi dan mencuci wajahnya.

Setelah itu, Ghassani pergi keluar kamar. Hening.

"Apa mungkin semuanya belum bangun? Hm... Mungkin sebaiknya aku keluar saja dan mencari udara segar."

Ghassani lupa. Ia belum hapal lorong-lorong di istana ini.

"Wah keren. Aku mungkin akan tersesat. Ck, lagipula kenapa aku harus ada disini, sih. Tidak bisa dilihat orang-orang pula!" Gerutunya. Ghassani melihat sebuah jendela besar.

"Apa aku lompat saja, ya? Siapa tau aku pingsan setelah itu dan bisa kembali ke duniaku yang seharusnya. Tapi bagaimana jika aku malah mati?"

Ghassani menggigit ujung jarinya. Ia pun berjalan menuju jendela besar itu. Secara bersamaan, datang seorang pelayan dari arah lain membawa nampan berisi makanan. Namun Ghassani merasa tenang karena tidak ada yang dapat melihatnya. Ia hanya menoleh ke arah pelayan itu, lalu kembali menatap jendela, acuh.

Langkahnya terhenti. Ia menarik napas panjang lalu membuangnya perlahan.

Pelayan itu semakin mendekat. Lagi-lagi Ghassani lupa jika ia bisa menyentuh benda disana. Nampan makanan itu menabraknya. Pisau yang berada di atasnya kemudian terjatuh, menancap tepat di kaki Ghassani. Sang pelayan yang terkejut segera berlari menjauh dari sana. Steak dan susu hangat yang dibawanya dibiarkan berhamburan di lantai.

"Aaaaaa!" Teriak Ghassani. Ia menutup matanya menahan sakit. Tapi tunggu! Ia bahkan tidak merasakannya sama sekali. Ghassani memberanikan dirinya membuka mata dan melihat ke bawah.

"Tidak sakit sama sekali. Kakiku bahkan tidak berdarah. Aneh." Dia lalu mencabut pisau itu dari kakinya. Benar-benar tidak terasa apapun.

"Berarti jika aku melompat dari jendela pun, aku tidak akan kesakitan atau mati. Benar, kan?"

Ghassani pun mengambil ancang-ancang. Kemudian ia gerakkan kakinya secepat mungkin, berlari menerjang kaca jendela besar di depannya.

PRANG!!
Kaca itu berhasil dipecahkan Ghassani.


Putri Ghassani kecil

Putri Ghassani kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- MY UNIVERSE -

My UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang