8 - Let's start!

26 16 1
                                    

"Uhuk-uhuk!"

Ghassani terbatuk-batuk sembari megeluarkan air dari mulutnya.

"Putri? Putri sudah bangun?"

Ghassani menoleh ke sampingnya. Benar saja. Melisa berada disana.

'Sepertinya aku kembali.'
Ucapnya dalam hati.

"Sebentar, ya." Ucap Melisa, kemudian memanggil keluarga sang putri.

***

"Trauma air dalam itu... Apa karena manusia berkepala penyu?" Tanya Ghassani pada semua orang disana.

Melisa menutup mulutnya. Matanya mulai berkaca-kaca. Ia kemudian berkata, "Maaf, saya permisi dulu." Lalu berlari keluar, seolah tak kuasa mendengar pertanyaan yang Ghassani lontarkan.

"Ingatanmu pasti sudah mulai pulih." Ujar Teo. Ia melanjutkan,
"Yang aku ingat, waktu kita berusia 10 tahun saat sedang pelajaran renang, manusia penyu itu datang lalu tiba-tiba menembakmu dan juga aku."

"Astaga! Kau juga?" Ghassani teramat kaget. Jangan-jangan saat ia mendengar suara tembakan sebanyak dua kali itu, Teo juga ikut tertembak? Bodohnya ia tidak menyelamatkan Teo kecil itu sekalian.

"kau tidak tertembak. Tapi, ada sesuatu juga yang menyerangmu dan seperti membawamu tenggelam ke kolam renang sekolah. Setelah itu, manusia penyu tidak terlihat lagi. Namun karena hampir mati tenggelam, kau jadi trauma melihat air yang dalam seperti kolam, danau dan yang lainnya." Jelas Teo.

"Lalu kau?"

"Aku tertembak dan kau sempat melihatnya. Setelah itu aku kehilangan kesadaran. Yang dapat ku ingat, aku terbangun di rumah sakit."

Ghassani sekuat tenaga menahan suara tangisnya dengan menutup mulut. Pantas saja Melisa tadi menangis dan cepat-cepat keluar dari kamarnya. Rupanya tersimpan kisah pilu di masa lalu yang terjadi pada anak-anak yang teramat dia sayang.

'Jadi selama ini, tuan putri mengalami trauma karena aku? Maafkan aku. Aku tidak tau harus berbuat apa lagi untuk meyelamatkanmu, putri.'

Cukup. Ghassani tak dapat menahannya sekarang. Air mata yang berusaha ia tahan keluar dengan derasnya. Menjadi sebab trauma seseorang sama saja membunuh kepercayaan dirinya. Ghassani merasa seperti seorang pembunuh.

"Nak, sudah. Jangan biarkan masa lalumu itu mempengaruhi masa depan cerahmu." Ratu duduk di samping Ghassani, mengusap punggungnya. Ghassani lantas memeluk sang ratu.

"Ibu, aku bukan pembunuh." Tangis Ghassani terisak.

"Apa maksudmu pembunuh? Kau gadis yang baik, nak. Jangan bicara begitu!" Ratu menangkup pipi Ghassani dan mencium dahinya. Ghassani merasa lebih baik sekarang.

"Apa maksudmu pembunuh, nak?" Tanya raja. Jantung Ghassani berdegup sangat cepat. Ia kemudian menghela napas dalam-dalam, mengumpulkan keberanian untuk menceritakan segalanya.

***

"Jadi kau sendiri yang membuatmu trauma dalam air?" Zayyan terkejut mendengar penjelasan Ghassani.

"Jadi tadi itu kakak tidak pingsan, tetapi masuk ke masa lalu kakak sendiri?" Kini giliran Danita membuka suara.

"Lalu kenapa kau tidak menyelamatkanku juga? Apa kau tau? Sejak hari itu aku jadi takut pada mainan senapan dan penyu. Aku juga selalu takut saat melihatmu berada di sekitar kolam dan danau." Teo sungguh kesal dengan pengakuan Ghassani.

"Maaf, maafkan aku, maafkan aku." Ghassani meminta maaf berkali-kali, merasa sangat bersalah.

"Sudahlah, nak. Sekarang kau sudah tau alasan trauma dirimu. Makhluk berkepala penyu itu juga sudah lama tak terlihat. Kau tidak perlu takut lagi." Senyum raja mengelus kepala Ghassani.

Ghassani sungguh ingin menangis. Rasanya seperti mimpi bisa bertemu kembali dengan ayahnya. Meski ia bukan ayahnya yang sesungguhnya, namun setidaknya rasa rindunya dapat terobati disini.

***

Hari-hari berlalu. Ghassani mulai menjalani kehidupannya disini, di dunia yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya. Tak terasa sudah dua minggu Ghassani berada disana.

Ghassani selalu menunggu Teo dan Danita pulang sekolah di taman istana. Dia masih belum siap keluar dari istana. Ghassani juga mencoba menghapal setiap lorong di istana selama hari-harinya itu. Hasilnya memuaskan. Ia berhasil menghapalnya dan sudah tidak tersesat lagi.

Hingga tiba saatnya Ghassani merasa bosan. Ia merindukan sekolah, kantin, dan teman-temannya. Pagi itu saat sarapan, terjadi percakapan antara ia dan keluarga kerajaan.

"Aku ingin sekolah." Ucap Ghassani.

"Kau yakin?" Ratu merasa khawatir mendengarnya.

"Sudahlah, sayang. Ghassani pasti sangat merindukan sekolah. Bagaimana kalau lusa dia mulai sekolah?" Gumam raja yang mengerti rasa khawatir istrinya.

"Kenapa tidak besok saja, yah?" Argumen Zayyan.

Ghassani mengiyakan, "Iya. Aku juga ingin secepatnya sekolah."

"Baiklah, ayah akan bicara pada pihak sekolah hari ini."

Petulangan Ghassani akan segera dimulai... >_<

- MY UNIVERSE -

My UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang