13 - Dia Bukan Aku

25 13 0
                                    

Ghassani dan Danita hanya berangkat berdua pagi itu. Teo tidak masuk karena ada pemotretan untuk majalah remaja pagi ini. Dan Kyra? Ia mengalami sakit perut dan tidak bisa hadir karena makanan pedas yang dimakannya bersama Ghassani kemarin. Dia mengirim pesan pada Ghassani saat ia berada dalam perjalanan menuju sekolah. Untung saja Ghassani kuat dan suka makan pedas di dunia sebelumnya.

Sampai di kelas, Ghassani melihat Delmar yang memperhatikannya. Di meja sebelahnya juga ada Gita yang sibuk membaca bukunya. Ghassani melewati meja mereka, tak lupa menebar senyum tipisnya.

"Putri."

Ghassani menoleh. Delmar memanggilnya. Rasanya sangat canggung. Terlebih kemarin teman-teman sekelas bilang kalau putri Ghassani sangat menyukai Delmar.

"I... Iya?"

"Mana Teo?"

"Dia bilang pagi ini ada pemotretan untuk majalah remaja. Jadi tidak bisa hadir. Apa... dia tidak... memberitahumu?" Jawab Ghassani terbata.

"Dia tidak pernah memberitahuku. Dia memang selalu titip pesan pada putri."

"Ekhem. Bisakah kau... Tidak memanggilku putri?"

"Kenapa? Kau sangat suka dipanggil begitu."

"Aku orang yang berbeda sekarang."

"Lantas aku harus memanggilmu apa?"

"Namaku, Ghassani."

Delmar menatapnya terkejut lalu tersenyum lebar.

"Sungguh? Aku boleh memanggil namamu?"

Ghassani membalas senyuman Delmar, mengangguk. Ia kemuidan hendak berlalu menuju kursinya.

Tampak Gita menatap mereka berdua dengan tatapan dingin, seperti tak suka. Ghassani yang menyadari itu lekas menundukkan kepalanya, berusaha untuk tidak kembali menatap Gita. Senyumnya perlahan memudar.

***

Jam pelajaran pun dimulai. Pak Dimas, guru matematika, memasuki ruangan kelas.

"Selamat pagi..."

"Pagi..." Jawab seluruh murid serempak.

Pak Dimas memandang kursi kosong di samping Ghassani.

"Tuan putri, Kyra kemana?"

"Kyra sakit, pak."

Pak Dimas menangguk. Ia kemudian kembali menatap kursi kosong di jajaran paling belakang.

"Delmar, teman sebangkumu mana?"

"Teo, pak? Katanya dia ada pemotretan majalah remaja."

"Kalau begitu kau maju. Temani tuan putri."

"Tapi pak..."

"Cie cie..." Seluruh kelas mengolok-olok mereka, kecuali Gita. Ghassani segera berkata,

"Tidak apa-apa, pak. Saya sendiri saja."

"Bukan begitu, putri. Hanya saja bapak kurang suka melihat bangku paling depan kosong. Kalau di belakang tidak masalah. Tapi tidak untuk bangku depan. Kebetulan juga Delmar sedang sendiri. Anda tidak keberatan, kan?"

Seluruh kelas kembali menyorakinya. Pak Dimas memukul meja guru dengan keras, sehingga kegaduhan dapat berhenti. Ghassani hanya bisa pasrah. Ia mengangguk, tersenyum secara paksa. Tak butuh waktu lama, Delmar kini sudah berada di sampingnya. Delmar seolah menjadi orang yang berbeda. Jika kemarin ia bersikap dingin seolah tak menyukai Ghassani, hari ini ia sangat ramah dan penuh senyum.

***

Istirahat tiba. Ghassani bingung sekarang. Ia sangat lapar dan ingin menikmati makan siang. Namun dia tak tahu harus pergi ke kantin dengan siapa. Alhasil Ghassani hanya dapat memandang jendela di sampingnya, menatap langit.

"Cuacanya indah bukan?"

Ghassani terkejut. Benarkah Delmar yang mengatakan itu? Ghassani berbalik memandang Delmar lalu mengangguk. Ia kemudian kembali menatap jendela. Perut Ghassani berbunyi. Delmar yang mendengar itu lantas tertawa. Ghassani merasa sangat malu sekarang. Ia kemudian memegang perutnya sambil menundukkan kepala sehingga rambut panjangnya menutupi wajah.

Seseorang menyingkap rambutnya, hingga tampaklah wajah malu gadis itu. Delmar tersenyum menyodorkan tangannya.

"Kau lapar kan? Ayo ke kantin bersamaku dan Gita, Ghassani..."

Ghassani tampak ragu. Ia menggigit bibir bawahnya. Perutnya kembali berbunyi. Ghassani pun segera mengangguk dan menerima uluran tangan Delmar. Sedang pria itu setengah tertawa melihat sikap Ghassani.

Mereka berdua berjalan menuju meja Gita.

"Gita, ayo ke kantin!" Ajak Delmar.

Gita menatap Delmar, lalu berganti menatap Ghassani dengan tatapan dinginnya.

"Dengan dia?"

Delmar mengangguk. Ghassani yang merasa tidak enak berkata,

"Ji... Jika kau tidak bisa pergi bersamaku tidak apa-apa. Ka... Kalian pergi saja berdua. Aku disini saja."

"Aku tidak pernah bilang tidak mau pergi bersamamu. Ayo!" Jawab Gita datar.

Senyum Ghassani mengembang. Delmar memandang Ghassani, lalu ikut tersenyum.

Gita berjalan terlebih dahulu. Delmar dan Ghassani di belakangnya. Di depan pintu kelas, Gita berhenti.

"Ini tidak benar. Aku tidak mau bunuh diri." Ucap Gita. Ia pun berjalan mundur. Kini Gita berada di belakang Ghassani dan Delmar.

"Ini lebih tidak benar." Ghassani berbalik memandang Gita. Dia lantas menarik tangan Gita sehingga gadis itu berdiri tepat di sampingnya saat ini.

"Sepertinya hubungan kita kurang baik sebelumnya. Karena sekarang aku orang yang berbeda, mari perbaiki hubungan pertemanan kita, Gita."

"Sepertinya sangat mudah bagimu, ya. Setelah semua yang ku lalui kau seenaknya bilang mari perbaiki hubungan kita?"

Gita melepas kuat genggaman Ghassani, kemudian berjalan hendak meninggalkan Ghassani dan Delmar.

"Tapi aku sungguh orang yang berbeda! Aku bahkan tidak mengenalmu atau melakukan kesalahan padamu. Aku bukan putri seperti yang kau pikirikan, Gita. Sungguh! Aku tidak berasal dari sini. Aku tiba-tiba saja terbangun disini dan tidak tahu apapun. Aku berasal dari dunia yang berbeda! Tolong jangan membenciku!" Teriak Ghassani. Ia sudah tidak tahan dengan semua ini. Ghassani tidak pernah memiliki musuh sebelumnya. Ia merasa sangat tidak nyaman jika ada yang membencinya terang-terangan seperti ini.

Semua yang ada disana terkejut mendengar ucapan Ghassani. Mereka saling berbisik. Gita mempercepat langkahnya.

"Gita!" Gita berhenti saat Delmar memanggilnya. Delmar kemudian berlari menuju Gita. Ia membisikkan sesuatu pada gadis itu.

Ghassani kembali duduk ke bangkunya.

"Tidak bisakah aku kembali saja? Aku tidak mau punya musuh! Ya Tuhan, tolong biarkan aku kembali. Aku juga ingin bertemu lagi dengan ibu."

Ghassani menutup wajah dengan tangannya.

"Belum waktunya kau kembali, Ghassani. Maafkan aku." .....

- MY UNIVERSE -

My UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang