"Putri sudah siuman!"
Kedua pasangan bersama dua anak mereka pun segera masuk ke dalam ruangan.
Sang ibu mengelus punggung tangan putrinya lembut, menangis haru.
"Kau nakal! Mengapa bisa kejadian seperti itu?!" Marah ibu sambil tak berhenti mengeluarkan air matanya.
"Ibu, Dania, ayah..."
Gadis yang sedari tadi terbaring pun mengabsen keluarganya satu per satu dengan nada suara lemas. Setetes air turun dari matanya tanpa izin.
"Danita, kak." Adiknya membenarkan.
"Da... Danita? Kau bukan Dania?"
"Aku? Kau tak mengingatku?" Seorang laki-laki tampan menunjuk dirinya sendiri dengan telunjuknya.
"Siapa?..." Gadis itu bingung.
"Aku kakakmu! Kau sungguh tak tau siapa aku? Wah... Sungguh tidak adil." Sang gadis terheran. Sejak kapan ia punya kakak laki-laki setampan ini? Apa benar ini dirinya?
"Kau ingat namamu, nak?" Sang ayah khawatir, terlebih sebelumnya dokter mengatakan bahwa putrinya tersebut mengalami gangguan ingatan.
"Ghassani Aurel."
"Dan..." Ucap satu keluarga itu serempak.
Sang gadis mengernyit.
"Gha...Ghassani... Aurel..."
"Louis. Louisnya ketinggalan." Sahut sang ayah menjelaskan. Lagi, gadis bernama Ghassani itu mengernyitkan keningnya. Sedangkan yang lain tertawa kecil.
"Tak apa, nak. Yang penting kau sudah sadar." Ibu berusaha menenangkan Ghassani sambil menepuk-nepuk punggung tangannya.
'Sepertinya ada kesalahan...'
Gumam Ghassani dalam hati.
***
Ghassani terbangun dari tidur siangnya. Perlahan ia membuka matanya. Ghassani memiringkan kepalanya, dan melihat seorang lelaki dan seorang perempuan memandang lekat dirinya.
"Siapa?"
"Haa!" Perempuan itu menutup mulutnya kemudian melanjutkan, "Jadi benar kau hilang ingatan?"
"Kalau begitu, mari kita berkenalan."
Sang lelaki berkata dengan nada dinginnya tanpa ekpresi, sembari mengulurkan tangan.
"Teo Adelard. Panggil Teo."
Ghassani menerima uluran tangan Teo perlahan.
"Ghassani Aurel... Louis."
Teo kemudian melepas uluran tangannya dan tersenyum tipis.
"Kyra Fedelika Finn. Kau biasanya memanggilku Kyra atau Kyr atau Ra atau Finn princess. Ah, aku tidak terlalu suka yang terakhir. Yang pasti kita sangat akrab."
Kyra menarik tangan Ghassani lalu menggoyang-goyangkannya. Tak berhenti perempuan itu tersenyum bahagia melihat sahabatnya kembali membuka mata.
"Kita bertiga? Akrab?"
"Aaaa bukan begitu. Aku dan kau akrab. Tapi aku dan si es ini tidak."
"Lalu kenapa dia kemari?"
"Kau dan Teo berteman sejak kecil. Ibunya pengasuhmu sejak bayi dan ayahnya koki istana. Kalian sudah seperti saudara! Dia bagaikan es dan kau adalah matahari. Teo mencair saat berada di dekatmu." Jelas Kyra panjang lebar. Menunduk, Teo tersipu.
"Istana?"
Situasi macam apa ini?! Ghassani kebingungan berulang kali.
"Kau ini seorang putri. Dan aku putri dari salah satu keluarga bangsawan, Finn." Ujar Kyra membanggakan dirinya.
Ghassani memijat keningnya. Ia merasa segalanya berputar-putar. Keadaan ini sungguh membuatnya pusing bukan main.
Teo segera bertindak.
"Kau pusing? Mau kupijit kepalamu?"
Ghassani tidak terbiasa berada di dekat lelaki. Sebelum kecelakaan itu, dia tidak dekat dengan laki-laki mana pun.
Ghassani adalah sosok yang pendiam, lemah lembut, ramah, serta sopan. Wajar saja lelaki enggan berada dekat dengannya. Selain itu, ia juga anak dari seorang guru di sekolahnya. Ibunya adalah guru matematika dan ayahnya seorang pengusaha yang telah meninggal akibat kecelakaan pesawat baru-baru ini.
"Mungkin sebaiknya kita ajak Ghassani jalan-jalan di taman." Ajak Kyra. Teo mengangguk setuju. Begitu pun Ghassani.
"Benar. Aku harus mencari udara segar."
"Tapi sepertinya ku tinggal kalian berdua saja, ya. Aku ada pertemuan penting bersama orang tuaku."
Kyra memandang jam tangannya, melambaikan tangan, lalu akhirnya pergi dari ruangan itu. Kini, tinggal Ghassani dan Teo tersisa. Hanya berdua.
***
"Sebelum kecelakaan itu, kau sempat menunjukkanku sebuah mesin. Mesin apa itu?"
Ghassani dan Teo saat ini sedang berjalan di taman rumah sakit, dengan Teo yang mendorong kursi roda Ghassani.
"Mesin?"
"Iya. Mesin itu seperti kotak ruangan... Ya semacam itu lah."
"Lalu, apa yang terjadi?"
"Aku melihatmu dari kejauhan sedang mengotak-atik mesin itu. Tapi tiba-tiba awan yang berada tepat di atasmu berputar-putar. Awan itu terus berputar semakin cepat, kemudian membawamu dan mesinmu ke dalamnya. Aku mendengarmu tertawa saat itu. Waah... Jujur aku sangat takut. Lalu wush... Angin berhenti dan kau terjatuh dengan penampilan yang berbeda. Ku pikir kau sedang membuat mesin pengubah pakaian."
Keringat dingin mengalir di tubuhnya. Padahal ia tau persis apa yang terjadi sebelumnya.
***
Ghassani dan Teo menghabiskan sore mereka di taman dengan berbagai senda gurau. Teo terus mengajak Ghassani mengobrol sedang Ghassani sendiri hanya menjawab seadanya. Terkadang Teo melontarkan berbagai candaan yang membuat tawa kecil gadis itu keluar.
Setelah agak lama, Teo pun mengajak Ghassani kembali ke kamarnya.
- MY UNIVERSE -
KAMU SEDANG MEMBACA
My Universe
FantasyON GOING Terbangun dari tidur panjang dengan situasi berbeda. Setelah mengalami kecelakaan beberapa waktu lalu, entah mengapa Ghassani berada disini, di rumah bak istana. Seluruh keluarga dan identitasnya masih sama. Ayah dan ibu, serta adik perempu...
