Ghassani berhasil memecahkan kaca jendela istana. Ia terjatuh, namun hanya terguling tanpa merasakan sakit. Dia baik-baik saja.
"Wah, aku keren sekali!" Ucap Ghassani membanggakan dirinya.
"Tunggu! Sejak kapan aku jadi pemberani seperti ini?" Ghassani lalu tertawa kecil. Ia kemudian melaksanakan niatnya, mencari udara segar.
Ghassani berjalan perlahan mengelilingi istana. Ia tiba di taman.
"Apa ini? Air mancurnya masih sama." Ucapnya tersenyum miring. Ia teringat kejadian beberapa hari lalu saat tercebur dengan Teo, kemudian tertawa kecil.
Ghassani duduk di tepi kolam air mancur itu. Agak lama ia duduk termenung disana dengan segala rasa bingungnya.
"Ibu. Bagaimana keadaan ibu? Apa aku dan putri itu bertukar tempat? Dia mengurusmu dengan baik, kan?" Gumamnya yang tiba-tiba teringat ibunya. Setetes air mata jatuh dan segera ia usap.
Tak lama, muncul putri Ghassani, Danita, Teo, serta Zayyan keluar dari istana. Mereka terlihat mengenakan seragam sekolah.
"Sebenarnya apa gunaku disini?" Ghassani bangkit dari duduknya, kemudian pergi mengikuti sang putri dan yang lain. Entah mengapa ia tergerak untuk mengikuti mereka. Mungkin karena penasaran?
***
Teo, putri, dan Danita turun di sebuah sekolah dasar elit. Ghassani mengikuti dengan berlari mengejar mobil yang ditumpangi mereka. Benar. Ghassani masih tidak dapat merasakan apapun. Baik rasa lelah, lapar, atau sakit.
Ghassani hanya fokus pada satu anak. Tuan putri. Mungkin tujuannya dikirim ke masa lalu tuan putri ada maksud tertentu? Entahlah. Semesta menyimpan rahasia terlalu rumit.
Ghassani terhenti di depan pintu masuk kelas. Beberapa anak masuk dengan menembusnya. Ghassani benar-benar merasa sendirian sekarang.
"Aku harus apa disini? Apa aku akan tidak terlihat dan terjebak disini selamanya?" Matanya berkaca-kaca. Segera ia gelengkan kepalanya. Ghassani pun masuk ke dalam ruangan kelas, berusaha semaksimal mungkin tidak menyentuh benda-benda disana.
Ia tak sengaja menyentuh lengan seorang anak laki-laki yang tak lain adalah Teo. Teo hanya melirik lengannya, mengusapnya, kemudian kembali berjalan ke bangkunya dengan ekspresi datarnya.
"Fiuh... Untung Teo. Kyra benar. Teo memang pria yang dingin, bahkan sejak kecil." Ucap Ghassani merasa tenang.
"Lah? Aku bisa menyentuh orang juga? Haish, ini semakin rumit! Ibu aku mau pulang!" Lanjutnya setengah teriak.
Ghassani menunggu di pojok bagian belakang kelas sembari duduk memegang lututnya.
"Aku seperti penunggu kelas sekarang." Ia kemudian tertawa sendiri. Tidak ada yang melihat maupun mendengarnya. Tapi dia masih bisa menyentuh benda dan orang-orang disana. Rasanya sudah seperti hantu. Terlebih ia baru menyadari jika sejak pingsan gaun yang dia kenakan berwarna putih sepanjang lutut. Sempurna!
***
Ghassani masih terdiam disana. Terkadang ia merubah posisinya, namun tidak sampai pindah tempat. Ia takut akan menyenggol sesuatu jika nekat berjalan-jalan dan mengganggu pelajaran.
***
Jam pelajaran berganti. Ghassani masih diam di tempatnya. Ia mengantuk luar biasa. Digelengkan kepalanya kuat-kuat supaya rasa kantuk itu hilang. Tampak tuan putri bersama teman-temannya hendak keuar dari ruangan kelas. Ghassani segera bangun dari posisinya, merapikan gaunnya lalu pergi mengikuti sang putri.
"Aku harus terus mengikutinya! Mungkin ada sesuatu yang perlu ku ketahui." Ucapnya sambil terus berjalan.
Sang putri dan yang lainnya pergi ke kamar mandi. Mereka berganti pakaian olahraga disana. Selesai berganti, putri kembali ke dalam kelasnya untuk menyimpan seragam dan roknya, setelah itu berkumpul di lapangan.
***
Kini mereka berada di kolam renang sekolah.
"Putri kan takut air dalam. Mengapa disini dia terlihat baik-baik saja? Teo juga tidak melarangnya kesini." Ghassani menggaruk kepalanya bingung.
Sekitar satu jam berada di kolam renang dalam ruangan itu, Ghassani mulai merasa bosan. Ia hendak membuka pintu keluar, namun...
BRAK!
Pintu terbuka dan menampakkan manusia berkepala penyu. Tampaknya makhluk itu juga tidak merasakan kehadiran Ghassani. Lantas semua orang disana berteriak histeris dan segera melarikan diri. Makhluk itu membiarkan mereka keluar dari ruangan.
Sang putri hanya diam mematung, terkejut dengan apa yang ia lihat di hadapannya. Guru olahraga disana mendorong Ghassani untuk keluar. Namun manusia penyu itu menodongkan pistolnya ke arah sang guru.
Guru itu ketakutan. Ia pun berhenti mendorong sang putri. Manusia penyu itu memberi kode pada guru tersebut untuk keluar.
Jangan lupakan Teo. Dia masih setia memegang pergelangan tangan putri Ghassani.
"Putri! Ayo keluar!" Teriak Teo. Manusia penyu itu kembali menodongkan senjata apinya ke arah putri.
Ghassani yang melihat itu pun segera berlari memangku putri Ghassani, lalu menceburkan dirinya bersama sang putri ke dalam kolam.
DOR! DOR!
Terdengar dua kali suara tembakan.
Penyu bisa bernafas di dalam air. Jangan lupakan itu. Makhluk itu segera berenang ke dalam kolam, mengikuti Ghassani dan sang putri di pangkuannya.
Berkali-kali makhluk itu menembakkan pistolnya dan mengenai Ghassani. Namun beruntung gadis itu tidak merasakan sakit apapun. Ia setengah mati menyelamatkan sang putri dan menyadari bahwa dirinya mulai kehabisan napas. Segera ia lihat tuan putri. Matanya menutup.
Cahaya terang datang dari dasar kolam renang itu. Ghassani mulai kehabisan napas. Namun tangannya masih mendekap tuan putri.
Mereka berdua pun masuk ke dalam cahaya itu. Ghassani melihat sepasang sayap terbentang indah. Makhluk penyu itu masih mengejar mereka hingga ikut masuk cahaya itu.
***
Vote dan komennya free kaka ^_^
- MY UNIVERSE -
KAMU SEDANG MEMBACA
My Universe
FantasyON GOING Terbangun dari tidur panjang dengan situasi berbeda. Setelah mengalami kecelakaan beberapa waktu lalu, entah mengapa Ghassani berada disini, di rumah bak istana. Seluruh keluarga dan identitasnya masih sama. Ayah dan ibu, serta adik perempu...
