3 - Kolam Air Mancur

38 16 0
                                    

Selesai makan malam, Ghassani memutuskan untuk berjalan-jalan di taman.

"Perlu mama temani, putri?" Tawar mama. Ghassani menolak, "Tidak perlu, ma. Aku sekalian ingin melihat-lihat sekitar."

Namun kini Ghassani menyadari bahwa keputusannya itu salah. Lupa kini ia tinggal dimana, Ghassani malah berputar-putar tak tau arah. Lebih jelasnya tersesat di dalam istana megah itu.

Ghassani berusaha terlihat profesional di hadapan para pelayan, seolah tidak terjadi apa pun. Ia menyembunyikan wajah bingungnya itu dengan sempurna, sehingga tak ada satu pun pelayan yang mengetahui betapa kebingungannya dia saat ini.

'Kau harus jadi aktris dadakan sekarang ini, Ghassani! Jangan mempermalukan dirimu!'
Gumam hati kecil Ghassani.

Ingat teman-teman. Malu bertanya sesat di jalan.

***

Hingga sampailah ia di kamarnya.
"Sudahlah, aku menyerah." Lelahnya.

"Sepertinya istana ini menyuruhku tidur, haha."

Ghassani memutar bola matanya, menyusuri setiap sudut kamar megahnya.

"Ini terlalu luas." Senyumnya. Saat hendak masuk ke dalam kamar, Ghassani merasakan sebuah tangan menyentuh bahunya. Segera ia balikkan badannya.

"Boom!"
"Ish!"

Jantungnya berdegup kencang karena terkejut. Teo. Dialah pelakunya.

"Mama bilang kau pergi ke taman. Aku mencarimu tapi kau tidak ada disana." Ujar Teo.

"Kenapa mencariku? Mama bilang tadi kau habis pemotretan, kan? Kau pasti lelah. Sebaiknya istirahat saja!"

Terdiam beberapa detik, Ghassani kemudian kembali angkat bicara,
"Tunggu! Pemotretan? Kau model? Aktor? Idol? Astaga! Ternyata aku punya teman seorang terkenal?!" Hebohnya tak percaya.

Teo sedih mendengarnya. "Kau ini benar-benar... Eh tunggu! Kau saja tidak mengingatku. Jangan-jangan kau juga tidak ingat lorong-lorong istana?"

Ghassani kini gelagapan. Gugupnya dua kali lipat sekarang. Gugup sebab berhadapan dengan Teo sekaligus kalimat yang pria itu ucapkan di akhir barusan.

"Aaaa... I-itu..."

"Jadi kau belum melihat taman istana, hem?"

Ghassani cengengesan menahan malu, menggaruk kepala bagian belakanya yang tidak terasa gatal sama sekali.

Teo memamerkan smrik-nya, kemudian menarik tangan halus Ghassani.

Gadis itu terkejut bukan kepalang. Pertama kali lengannya dipegang erat oleh seorang lelaki. Sempurna! Tuan putri mendapat dugun-dugun tiga kali lipat.

***

Sampailah keduanya di taman.

"Apa harus...heuh..heuh...Lari?"

Ghassani sampai ngos-ngosan dibuatnya.

"Iya, harus. Karena diluar sangat dingin. Jadi kita harus tiba dengan keadaan berkeringat seperti ini."

Ghassani tertawa pelan.

"Apa ini? Kau biasanya tertawa sangat lepas. Apa gangguan ingatan itu membuat kepribadianmu berbeda juga?" Heran Teo.

"Bukan kepribadian. Tapi orangnya." Jawab Ghassani tanpa rasa bersalah.

Teo melongo, kemudian tersenyum miring. Ia anggap itu sebagai candaan Ghassani untuk menghiburnya.

Ghassani mengedarkan pandangannya.

"Wah... Ini sangat indah. Apalagi di malam hari seperti ini." Gumam sang putri agak pelan. Ia kemudian berjalan maju, merentangkan tangannya tidak terlalu tinggi, menikmati sepoi angin malam.

"Benar... Sangat indah." Setelahnya Teo menampar dirinya sendiri, lalu menepuk-nepuk mulutnya.

Ghassani berbalik menatap Teo ke belakang. Segera pria itu turunkan tangannya, lalu memutar bola mata menghindari tatapan sang gadis.

"Teo, ayo kita duduk disana!" Ghassani menunjuk air mancur besar di tengah taman, agak jauh dari tempat mereka berdiri saat ini.

"Disana? Di air? Jadi ninja?" Balas Teo dengan polosnya.

Lagi, Ghassani dibuat tertawa olehnya. Bagaimana bisa dia berkata seperti itu dengan wajah datarnya? Pikir Ghassani.

"Bukan di atas airnya, hei! Disana, di tepian kolam air mancurnya!"

"Tapi kolamnya dalam, loh."

"Kalau begitu aku ingin melihat seberapa dalamnya itu."

Mengapa Ghassani seperti ini? Rasa gugupnya perlahan menghilang. Mungkinkah terbawa hembusan angin malam?

'Kenapa Ghassani begini?' Tanya Teo dalam hati.

***

Sampailah mereka di tepian kolam air mancur. Ghassani mengintip ke dalam kolam. Sedikit is bungkukkan tubuhnya, namun segera lengannya di tarik oleh Teo.

"Itu berbahaya." Ujar Teo.

"Baiklah." Pasrah Ghassani.

Ghassani pun hendak duduk di tepian kolam itu. Namun karena kurang hati-hati, BYUR!

Ghassani terpeleset ke dalam kolam karena duduk terlalu pinggir.

Benar apa kata Teo. Kolamnya dalam. Mungkin sekitar 3 meter?

Namun karena pandai berenang, Ghassani segera naik ke permukaan. Saat sampai di permukaan, terlihat Teo yang panik dan tengah bersiap menceburkan diri. Tapi karena nampak kepala gadis itu keluar dari air, Teo segera menyeimbangkan tubuhnya, namun akhirnya tercebur juga.

"Pft." Tawa Ghassani.

Teo kemudian memunculkan diri ke permukaan, lalu mengusap wajahnya.

"Kau bisa berenang?"

Ghassani mengangguk pelan.

Tinggalkan jejak, yuk >_<

- MY UNIVERSE -


My UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang