Gita sangat lihai memainkan teko bercorong panjang itu. Ghassani memperhatikan dengan seksama sambil sesekali tersenyum, takjub dengan atraksi yang dilakukan gadis itu. Gita memasang wajah datarnya, tak peduli tatapan kedua gadis di hadapannya saat ini.
"Selesai. Selamat menikmati." Ucap Gita masih tanpa ekspresi, kemudian pergi begitu saja. Sampai akhirnya Kyra menahannya.
"Tunggu! Makanlah bersama kami."
"Aku tidak punya waktu untuk bermalas-malasan."
"Hei! Niatku baik, ya!"
Gita tetap pergi. Kyra mendengus kesal.
"Apa kalian punya masalah? Kelihatannya kurang akur." Tanya Ghassani. Kyra semakin kesal mendengar ucapan temannya itu.
"Hei! Aku tidak akur dengannya gara-gara kau juga!"
"Aku?"
"Hooh!"
'Astaga. Putri sepertinya senang sekali membuat orang lain kehilangan senyumannya.'
Melihat Ghassani yang melongo kebingungan, Kyra segera berkata,
"Kau tahu kau sangat menyukai Delmar, bukan?"
Ghassani terbangun dari lamunannya, kemudian mengangguk.
"Gita itu sahabat masa kecil Delmar. Mereka sangat akrab. Kau tidak suka melihat mereka terus bersama. Karena itu kita tidak bisa berteman baik dengannya."
Ghassani menganggukkan kepalanya mengerti. Ia meneguk segelas teh yang barusan Gita sajikan.
"Tidak hanya itu. Karena kau seorang putri, seluruh sekolah mendukungmu. Mereka bahkan rela menyakiti Gita--"
"Apa?"
"Hei, aku belum selesai bicara. Mereka tidak menyakiti Gita secara fisik, melainkan secara batin. Setiap Gita lewat, semua siswa akan berkata, "Gadis sepertimu akan kalah oleh kecantikan dan kekuasaan seorang putri. Sudahlah, menyerah saja!" Tapi Gita tidak pernah menghiraukan mereka. Meski aku yakin dia pasti tertekan." Jelas Kyra.
"Pantas saja Delmar dan Gita menatapku tidak suka. Dunia memang kejam. Yang punya kekuasaan lebih pasti yang akan selalu mendapat dukungan. Ck ck ck..."
Diam sejenak. Kemudian Ghassani melanjutkan,
"Tapi kenapa Gita malah diam dan tidak melawan mereka? Jika dia bisa beratraksi seperti tadi, pasti dia juga salah satu ahli bela diri kan? Kulihat semua pramusaji disini sepertinya ahli bela diri."
"Benar juga. Entahlah, aku tidak tahu." Kyra menaikkan tangannya seolah berkata 'tidak tahu'.
Mereka pun menyuap makanan masing-masing. Ghassani kembali melanjutkan obrolan tadi.
"Apa Gita menyukai Delmar juga?"
"Kau pikir saja sendiri! Mana ada yang namanya persahabatan antara laki-laki dan perempuan! Pikirkan saja dirimu dan Teo seperti apa!" Bentak Kyra. Ia pun menutup mulutnya, merasa berbicara terlalu lancang.
"Aku kan hanya bertanya." Ghassani tidak merasa marah sedikit pun karena Kyra memang benar. Ghassani merasakannya. Ya. Rasa suka Teo pada sang putri.
Hening sesaat. Lalu...
"Tapi... Sekolah kita... Bukankah berisi anak-anak dari kalangan atas? Bagaimana bisa seorang bangsawan bekerja sebagai seorang pramusaji? Tunggu! Tadi dia tidak sekolah, kan?" Lanjut Ghassani.
"Haih, sepertinya ingatanmu itu sulit untuk kembali." Jawab Kyra sambil menekan keningnya dengan jari telunjuknya.
Ghassani tidak sabar menunggu jawaban Kyra. Temannya itu melanjutkan,
![](https://img.wattpad.com/cover/263985926-288-k993779.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Universe
FantasiON GOING Terbangun dari tidur panjang dengan situasi berbeda. Setelah mengalami kecelakaan beberapa waktu lalu, entah mengapa Ghassani berada disini, di rumah bak istana. Seluruh keluarga dan identitasnya masih sama. Ayah dan ibu, serta adik perempu...