"Siapa itu?"
Ghassani menyingkirkan tangan yang menutupi wajahnya dan mencari sumber suara itu. Aneh. Seluruh kelas hening tanpa suara, tanpa satu pun makhluk disana. Hanya Ghassani seorang, terduduk menyendiri di bangku dekat jendela. Tentu gadis itu merasa takut. Tubuhnya bergetar.
"Ya ampun, sekarang apa lagi? Aku pergi ke masa lalu siapa sekarang?"
"Masa laluku."
Ghassani memiringkan tubuhnya menghadap jendela. Nampak pria yang sangat tidak asing baginya. Ia mengetuk-ngetuk kaca jendela sambil tersenyum manis bersama kepakan sayapnya yang lebar nan menawan.
"K-kau? Delmar? Ah, tidak! Paman peri itu, kan?"
Pria itu mengangguk. Ia kemudian menembus jendela dan kini berada tepat di hadapan Ghassani.
***
"Coba lihat jam dinding!" Perintah paman peri. Ghassani menurut.
"Hah? Pukul 7? Tadi kan sudah jam istirahat. Apa 7 malam?"
"Kau tidak buta kan? Jika pukul 7 malam tentu saja suasananya gelap."
"Aaaaa benar." Ghassani tersenyum malu.
"Pantas saja kelas masih kosong." Lanjutnya.
"Benar. Kelas dimulai pukul 8. Biasanya kelas akan mulai terisi pukul 7.30 nanti." Ucap paman peri.
"Kenapa kau membawaku pergi ke masa lalumu? Kenapa tidak tuan putri saja?"
"Aku tidak di izinkan untuk itu. Tentu aku ingin membawa tuan putri melihat siapa aku sebenarnya. Tapi aku tidak bisa."
"Kenapa?"
"Semesta tidak mengizinkanku mengganggu makhluk di planet ini. Aku mati seperti ini dan jatuh cinta pada tuan putri saja sudah lebih dari cukup."
"Ma... Mati?"
"Benar. Aku sudah meninggal beberapa tahun lalu."
Ghassani melongo. Jadi paman peri itu sebelumnya manusia? Dari awal dia bukan seorang peri?
Paman peri lalu melirik ke arah jam dinding. Jam itu kemudian berputar lebih cepat. Jam itu kemudian kembali berputar dengan normal tepat pada pukul 7.30.
Datang beberapa siswa masuk kelas. Salah satunya Zayyan. Zayyan kemudian duduk di meja paling depan tepat di samping Ghassani. Seperti sebelumnya, Ghassani tak dapat dilihat siapa pun disana.
Zayyan memandangi jendela, berkata, "Aku harus minta maaf sebelum aku mati di tanganmu, kawan."
"Mati? Tapi kak Zayyan kan masih hidup sampai sekarang." Gumam Ghassani tanpa dapat didengar Zayyan.
Paman peri masih setia di samping Ghassani. Ia nampak sedih, namun tak dapat mengeluarkan air mata.
"Ghassani. Aku minta maaf telah membawamu kemari. Kau harus melihat semuanya dan membantuku setelah ini. Mengerti?"
"Bantu apa?"
Namun paman peri hanya tersenyum sambil menahan sedihnya dan menghilang.
Semakin lama kelas menjadi semakin ramai. Ghassani masih di tempatnya, duduk di samping Zayyan yang sedari tadi menulis di secarik kertas. Ghassani memperhatikan dengan seksama.
'David, aku tahu kau sangat sedih mendengar kabar tentang ayahmu. Tapi semuanya sudah terbukti dan kau harus ikhlas. Tolong jangan salahkan orang tuaku. Aku tahu kau sedang merencanakan sesuatu saat ini. Tolong jangan melakukan hal yang sama seperti yang ayahmu lakukan. Kau teman terbaik yang paling mengerti diriku. Kau menyayangi ayahmu. Aku juga menyayangi ayah dan ibuku dalam keadaan sesibuk apapun mereka. Jika ingin menyakiti, jangan sakiti orang tuaku. Sakiti saja aku. Mereka tidak bersalah. Kau murid terpandai di sekolah ini. Kau juga bisa berlaku cerdas bukan? Jangan sakiti keluargaku, David. Aku ingin kau tetap hidup dan terus berada di sisiku. Jangan sampai kau melakukan hal yang akan membuat kau dan aku menyesal, kawan. Aku akan terus menjadi sahabatmu walaupun kau sekarang membenciku. Mari terus berteman selamanya.'
Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa David? Atau jangan-jangan David yang dimaksud Zayyan itu paman peri?
Bel berbunyi. Kursi di samping Zayyan masih kosong dan masih ditempati Ghassani. Zayyan melirik kursi itu. Ia meletakkan surat yang tadi ditulisnya di kolong meja sebangkunya tersebut. Zayyan tampak ragu untuk beberapa saat. Namun kemudian lelaki itu bergegas berlari membawa tasnya keluar dari kelas dan menabrak guru yang hendak masuk. Tanpa pikir panjang, Ghassani berlari mengikuti Zayyan.
Jika ini kisah paman peri, sepertinya tak salah lagi. David memang paman peri. Benar, kan?
Saat tiba di pintu kelas, Ghassani tertahan, seakan ada sesuatu yang menghalangi jalannya. Ghassani tak dapat keluar dari ruangan itu.
Paman peri muncul di belakangnya dan menepuk pelan pundak Ghassani.
"Ini kisah masa laluku, bukan Zayyan. Kau tidak bisa mengikutinya. Fokuslah padaku."
"Jadi benar dugaanku, kan? David itu kau?"
- MY UNIVERSE -
Maaf jarang update huhu T_T
Mungkin habis lebaran nanti author akan lebih rajin up lagi. Terima kasih sudah bersedia berkunjung membaca cerita ini dan memberi vote.Selamat hari raya idul fitri ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
My Universe
FantasyON GOING Terbangun dari tidur panjang dengan situasi berbeda. Setelah mengalami kecelakaan beberapa waktu lalu, entah mengapa Ghassani berada disini, di rumah bak istana. Seluruh keluarga dan identitasnya masih sama. Ayah dan ibu, serta adik perempu...